ASEAN Bakal Geser China Jadi Pusat Manufaktur Dunia
A
A
A
SINGAPURA - Murahnya upah tenaga kerja muda dan lokasi strategis di Myanmar, Kamboja dan Laos menarik semakin banyak investor datang ke Asia Tenggara (ASEAN), yang pada akhirnya akan menggeser China sebagai pusat manufaktur dunia.
Ekonom ANZ Bank menyatakan, transformasi ini akan menjadi bagian dari kebangkitan ASEAN untuk menjadi pilar ketiga dari pertumbuhan regional setelah China dan India.
Pada 2030, lebih setengah dari 650 juta penduduk di Asia Tenggara, dengan usia di bawah 30 tahun akan menjadi kelas menengah dengan tingkat konsumsi yang tinggi.
"Kami juga percaya Asia Tenggara akan menggeser China sebagai pusat manufaktur dunia dalam 10-15 tahun ke depan karena produsen akan mengambil keuntungan dari tenaga kerja yang murah dan berlimpah di wilayah seperti Mekong," tulis ANZ seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/4/2015).
Faktor yang akan membantu pergeseran ini adalah hubungan antara upah tenaga kerja yang murah di negara seperti Myanmar, Kamboja dan Laos, biaya yang rendah di Thailand, Vietnam, Indonesia dan Filipina, serta produsen canggih di Singapura dan Malaysia.
Negara-negara Asia Tenggara telah berkomitmen untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini, di mana barang, jasa, modal dan tenaga kerja dapat bebas keluar masuk lintas negara-negara anggota ASEAN.
Dengan begitu, ANZ memperkirakan, negara-negara ASEAN bisa meningkatkan nilai perdagangan intraregional mencapai USD1 triliun pada 2025. Investasi asing langsung ke ASEAN dari negara ekonomi utama dunia bisa naik ke USD106 miliar pada 2025.
"Sebagian besar negara-negara anggota ASEAN terletak di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Beberapa anggota ASEAN di wilayah darat berada antara dua negara yang paling padat penduduknya di dunia, China dan India," tulis ANZ.
Menurut ANZ, akses ke jalur darat dan maritim ini memungkinkan ASEAN berpartisipasi memperkuat jaringan produksi Asia.
Ekonom ANZ Bank menyatakan, transformasi ini akan menjadi bagian dari kebangkitan ASEAN untuk menjadi pilar ketiga dari pertumbuhan regional setelah China dan India.
Pada 2030, lebih setengah dari 650 juta penduduk di Asia Tenggara, dengan usia di bawah 30 tahun akan menjadi kelas menengah dengan tingkat konsumsi yang tinggi.
"Kami juga percaya Asia Tenggara akan menggeser China sebagai pusat manufaktur dunia dalam 10-15 tahun ke depan karena produsen akan mengambil keuntungan dari tenaga kerja yang murah dan berlimpah di wilayah seperti Mekong," tulis ANZ seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/4/2015).
Faktor yang akan membantu pergeseran ini adalah hubungan antara upah tenaga kerja yang murah di negara seperti Myanmar, Kamboja dan Laos, biaya yang rendah di Thailand, Vietnam, Indonesia dan Filipina, serta produsen canggih di Singapura dan Malaysia.
Negara-negara Asia Tenggara telah berkomitmen untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini, di mana barang, jasa, modal dan tenaga kerja dapat bebas keluar masuk lintas negara-negara anggota ASEAN.
Dengan begitu, ANZ memperkirakan, negara-negara ASEAN bisa meningkatkan nilai perdagangan intraregional mencapai USD1 triliun pada 2025. Investasi asing langsung ke ASEAN dari negara ekonomi utama dunia bisa naik ke USD106 miliar pada 2025.
"Sebagian besar negara-negara anggota ASEAN terletak di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Beberapa anggota ASEAN di wilayah darat berada antara dua negara yang paling padat penduduknya di dunia, China dan India," tulis ANZ.
Menurut ANZ, akses ke jalur darat dan maritim ini memungkinkan ASEAN berpartisipasi memperkuat jaringan produksi Asia.
(rna)