Perluas Akses Pembiayaan, Bank Jago Perbanyak Kolaborasi dengan Ekosistem
Selasa, 31 Januari 2023 - 17:14 WIB
“Segmen bisnis debitur yang kami layani beragam, ada yang menjadi bagian dari rantai pasok industri otomotif, platform digital di bisnis logistik, e-commerce, dan sebagainya. Intinya, pelaku UMKM yang menjadi bagian dari platform digital menjadi target kami,” ujar Sonny.
Sejak dua tahun lalu, Bank Jago telah memulai penyaluran pinjaman lewat kemitraan dengan institusi keuangan dan kemitraan berbasis value chain. Pinjaman tersebut disalurkan melalui pembiayaan bersama (joint financing) maupun penerusan kredit (channeling) untuk kebutuhan wirausaha ataupun individu retail. Hingga saat ini, lebih dari 32 perusahaan yang telah bermitra dengan Bank Jago.
Sonny menekankan, apapun skema dan model yang digunakan, Bank Jago memiliki risk appetite dan risk tolerance untuk menjaga tingkat risiko secara terukur. Oleh karena itu, Sonny memastikan, dengan model manajemen risiko yang dimiliki oleh Bank Jago, penyaluran pinjaman tetap dilakukan secara prudent sehingga kualitas kredit tetap terjaga. Sampai dengan akhir Desember 2022, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross Bank Jago mencapai 1,8% (tidak diaudit).
Direktur Eksekutif Segara Institute Peter Abdullah menilai kolaborasi dengan ekosistem adalah keniscayaan bagi bank berbasis teknologi. Menurut Piter, digitalisasi yang berlangsung di berbagai sektor dalam beberapa tahun terakhir membuka peluang besar bagi industri perbankan untuk memperdalam penetrasi layanan lewat kolaborasi dengan digital player.
“Fintech sudah membuktikan diri bahwa dengan penggunaan teknologi menjadi terobosan untuk memperluas akses pembiayaan. Meningkatkan akses adalah pekerjaan berat dan oleh karena itu tidak bisa dikerjakan sendiri oleh bank,” jelas Piter.
Merujuk pada data statistik Fintech Otoritas Jasa Keuangan, per Desember 2022 jumlah rekening peminjam (borrower) yang aktif telah mencapai 19,71 juta dengan outstanding Rp51 triliun. Di Desember 2018, jumlah rekening peminjam baru mencapai 4,35 juta dengan outstanding Rp5,04 triliun. Artinya hanya dalam empat tahun, jumlah peminjam yang melonjak empat kali lipat.
Piter mengatakan, strategi yang dilakukan oleh Bank Jago sudah berada di jalur yang tepat. Dia menambahkan, Bank Jago dan bank lainnya bisa mengambil peran lebih banyak dalam meningkatkan akses pembiayaan. Pasalnya, tanpa akses pembiayaan, narasi besar untuk memajukan UMKM lewat digitalisasi tidak akan memiliki fondasi yang kuat.
Sejak dua tahun lalu, Bank Jago telah memulai penyaluran pinjaman lewat kemitraan dengan institusi keuangan dan kemitraan berbasis value chain. Pinjaman tersebut disalurkan melalui pembiayaan bersama (joint financing) maupun penerusan kredit (channeling) untuk kebutuhan wirausaha ataupun individu retail. Hingga saat ini, lebih dari 32 perusahaan yang telah bermitra dengan Bank Jago.
Sonny menekankan, apapun skema dan model yang digunakan, Bank Jago memiliki risk appetite dan risk tolerance untuk menjaga tingkat risiko secara terukur. Oleh karena itu, Sonny memastikan, dengan model manajemen risiko yang dimiliki oleh Bank Jago, penyaluran pinjaman tetap dilakukan secara prudent sehingga kualitas kredit tetap terjaga. Sampai dengan akhir Desember 2022, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross Bank Jago mencapai 1,8% (tidak diaudit).
Direktur Eksekutif Segara Institute Peter Abdullah menilai kolaborasi dengan ekosistem adalah keniscayaan bagi bank berbasis teknologi. Menurut Piter, digitalisasi yang berlangsung di berbagai sektor dalam beberapa tahun terakhir membuka peluang besar bagi industri perbankan untuk memperdalam penetrasi layanan lewat kolaborasi dengan digital player.
“Fintech sudah membuktikan diri bahwa dengan penggunaan teknologi menjadi terobosan untuk memperluas akses pembiayaan. Meningkatkan akses adalah pekerjaan berat dan oleh karena itu tidak bisa dikerjakan sendiri oleh bank,” jelas Piter.
Merujuk pada data statistik Fintech Otoritas Jasa Keuangan, per Desember 2022 jumlah rekening peminjam (borrower) yang aktif telah mencapai 19,71 juta dengan outstanding Rp51 triliun. Di Desember 2018, jumlah rekening peminjam baru mencapai 4,35 juta dengan outstanding Rp5,04 triliun. Artinya hanya dalam empat tahun, jumlah peminjam yang melonjak empat kali lipat.
Piter mengatakan, strategi yang dilakukan oleh Bank Jago sudah berada di jalur yang tepat. Dia menambahkan, Bank Jago dan bank lainnya bisa mengambil peran lebih banyak dalam meningkatkan akses pembiayaan. Pasalnya, tanpa akses pembiayaan, narasi besar untuk memajukan UMKM lewat digitalisasi tidak akan memiliki fondasi yang kuat.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda