Harga Beras Mahal, Dirut Bulog Sebut Ada Oknum yang Menguasai Pasar
Selasa, 07 Februari 2023 - 21:20 WIB
JAKARTA - Direktur Utama Bulog, Budi Waseso menilai, persoalan masih mahalnya harga beras , lantaran ada oknum tertentu yang menguasai pasar dan memanfaatkannya. Sehingga harga makanan pokok orang Indonesia itu masih terbilang tinggi menjelang Ramadhan 2023.
"Ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan beras ini untuk dia kuasai, nanti dia jual dan melihat peluang untuk menjual beras ini mahal, mendapat keuntungan yang berlipat-lipat," ungkap Buwas -sapaan akrab Dirut Bulog - di Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Perkara lainnya lanjut Buwas yakni, permintaan dan ketersediaan beras belum seimbang. Terkait ketersediaan, Bulog memang menerima penugasan untuk mengimpor 500.000 ton beras yang diperuntukan bagi cadangan beras pemerintah (CBP).
"Beras masih dalam kondisi harganya tinggi karena memang karena demand dan supply tidak imbang, harga jadi meningkat saat ini," ucap dia.
Buwas sebelumnya optimis bila impor beras mampu menekan kenaikan harga di pasaran. "Psikologisnya begitu kita datangkan impor ada kepastian barang, dan ketika pasar sudah mengetahui Bulog punya barang, maka sangat diyakini harga akan bisa terkendali,” tuturnya.
Untuk meredam harga lebih tinggi, Perum Bulog diklaim telah gencar melaksanakan operasi pasar. Buwas mengatakan, operasi pasar menjadi alternatif menekan harga beras saat ini.
Lantaran beras yang dijual Bulog cukup murah atau di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yakni Rp 10.000 per kg.
Meski begitu, langkah itu terbilang belum berhasil lantaran harga komoditas pangan dasar itu masih mahal. Di DKI Jakarta misalnya, harga beras masih berada di angka Rp 10.483 hingga Rp 13.588 per kilogram (kg).
"Ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan beras ini untuk dia kuasai, nanti dia jual dan melihat peluang untuk menjual beras ini mahal, mendapat keuntungan yang berlipat-lipat," ungkap Buwas -sapaan akrab Dirut Bulog - di Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Perkara lainnya lanjut Buwas yakni, permintaan dan ketersediaan beras belum seimbang. Terkait ketersediaan, Bulog memang menerima penugasan untuk mengimpor 500.000 ton beras yang diperuntukan bagi cadangan beras pemerintah (CBP).
"Beras masih dalam kondisi harganya tinggi karena memang karena demand dan supply tidak imbang, harga jadi meningkat saat ini," ucap dia.
Buwas sebelumnya optimis bila impor beras mampu menekan kenaikan harga di pasaran. "Psikologisnya begitu kita datangkan impor ada kepastian barang, dan ketika pasar sudah mengetahui Bulog punya barang, maka sangat diyakini harga akan bisa terkendali,” tuturnya.
Untuk meredam harga lebih tinggi, Perum Bulog diklaim telah gencar melaksanakan operasi pasar. Buwas mengatakan, operasi pasar menjadi alternatif menekan harga beras saat ini.
Lantaran beras yang dijual Bulog cukup murah atau di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yakni Rp 10.000 per kg.
Meski begitu, langkah itu terbilang belum berhasil lantaran harga komoditas pangan dasar itu masih mahal. Di DKI Jakarta misalnya, harga beras masih berada di angka Rp 10.483 hingga Rp 13.588 per kilogram (kg).
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda