Ekonomi Rusia Tetap Tangguh di Tengah Gempuran Barat, Hanya Kontraksi 2,1% di 2022
Selasa, 21 Februari 2023 - 14:34 WIB
JAKARTA - Perekonomian Rusia terkontraksi tidak seperti yang diharapkan meskipun melakukan invasi ke Ukraina. Badan Stastitik Federal Rusia melaporkan ekonomi Rusia terkontraksi 2,1% tidak sesuai dengan prediksi turun hingga 12%.
Melansir BBC, banyak yang terkejut dengan ketanggguhan ekonomi Rusia. Harga minyak yang tinggi dan pengeluaran militer justru mendorong perekonomian. Padahal, setelah Rusia memutuskan invasi, ratusan perusahaan Barat mundur dari Rusia. Guncangan awal memaksa pasar saham Rusia tutup sementara, dan rubel mengalami keterpurukan mendalam.
Institute for International Finance telah memproyeksikan ekonomi Rusia anjlok 15% pada 2022. Namun, sepanjang tahun 2022, Rusia terus melancarkan ekspor energinya ke Asia pasca pembatasan Barat dan Eropa.
Ekspor minyak Rusia terus mengalir ke China dan India. Naiknya harga minyak dan gas global termasuk makanan dan pupuk membantu meningkatkan pendapatan ekspor Rusia. Sebagaimana diketahui, perusahaan Barat berbondong-bondong menarik diri dari Rusia. Setelah McDonald's menjual restorannya di sana pemilik baru lokal membukanya kembali dengan nama baru Vkusno i Tochka.
Tak berhenti di situ, meskipun manufaktur dan perdagangan ritel beberapa sektor mengalami penurunan di 2022, Badan Statistik Federal Rusia melaporkan pertanian, konstruksi, dan perhotelan semuanya tumbuh. Produksi peralatan angkatan bersenjata Rusia juga membuat pabrik-pabrik negara itu sibuk meningkatkan ekonomi dengan membuat senjata. Keamanan militer dan administrasi publik meningkat sebesar 4,1% tahun lalu.
Sanksi yang dijatuhkan juga jauh dari kesan kedap air. Terlepas dari upaya untuk mengisolasi Rusia dari sistem keuangan Barat, para pedagang telah menemukan cara untuk mendapatkan uang masuk dan keluar dari Rusia, melalui barter, merutekan transaksi melalui negara-negara yang tidak ikut serta dalam sanksi, atau bahkan menggunakan mata uang kripto.
Namun demikian, para ahli memproyeksikan sanksi Barat dan Eropa akan berpengaruh jangka panjang. Kesulitan mendapatkan impor berteknologi tinggi seperti microchip akan menghambat manufaktur.
Para ahli memperkirakan, hasil dari ladang minyak dan gas akan menurun dari waktu ke waktu tanpa investasi, teknologi, dan peralatan dari Barat. Pemerintah Rusia memperkirakan bahwa ekonomi akan menyusut sebesar 0,8%, tetapi Dana Moneter Internasional memperkirakan akan tumbuh sebesar 0,3% karena kekuatan ekspor.
Melansir BBC, banyak yang terkejut dengan ketanggguhan ekonomi Rusia. Harga minyak yang tinggi dan pengeluaran militer justru mendorong perekonomian. Padahal, setelah Rusia memutuskan invasi, ratusan perusahaan Barat mundur dari Rusia. Guncangan awal memaksa pasar saham Rusia tutup sementara, dan rubel mengalami keterpurukan mendalam.
Institute for International Finance telah memproyeksikan ekonomi Rusia anjlok 15% pada 2022. Namun, sepanjang tahun 2022, Rusia terus melancarkan ekspor energinya ke Asia pasca pembatasan Barat dan Eropa.
Ekspor minyak Rusia terus mengalir ke China dan India. Naiknya harga minyak dan gas global termasuk makanan dan pupuk membantu meningkatkan pendapatan ekspor Rusia. Sebagaimana diketahui, perusahaan Barat berbondong-bondong menarik diri dari Rusia. Setelah McDonald's menjual restorannya di sana pemilik baru lokal membukanya kembali dengan nama baru Vkusno i Tochka.
Tak berhenti di situ, meskipun manufaktur dan perdagangan ritel beberapa sektor mengalami penurunan di 2022, Badan Statistik Federal Rusia melaporkan pertanian, konstruksi, dan perhotelan semuanya tumbuh. Produksi peralatan angkatan bersenjata Rusia juga membuat pabrik-pabrik negara itu sibuk meningkatkan ekonomi dengan membuat senjata. Keamanan militer dan administrasi publik meningkat sebesar 4,1% tahun lalu.
Sanksi yang dijatuhkan juga jauh dari kesan kedap air. Terlepas dari upaya untuk mengisolasi Rusia dari sistem keuangan Barat, para pedagang telah menemukan cara untuk mendapatkan uang masuk dan keluar dari Rusia, melalui barter, merutekan transaksi melalui negara-negara yang tidak ikut serta dalam sanksi, atau bahkan menggunakan mata uang kripto.
Namun demikian, para ahli memproyeksikan sanksi Barat dan Eropa akan berpengaruh jangka panjang. Kesulitan mendapatkan impor berteknologi tinggi seperti microchip akan menghambat manufaktur.
Para ahli memperkirakan, hasil dari ladang minyak dan gas akan menurun dari waktu ke waktu tanpa investasi, teknologi, dan peralatan dari Barat. Pemerintah Rusia memperkirakan bahwa ekonomi akan menyusut sebesar 0,8%, tetapi Dana Moneter Internasional memperkirakan akan tumbuh sebesar 0,3% karena kekuatan ekspor.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda