Waskita Karya Rugi Rp1,89 Triliun Sepanjang 2022, Intip Rinciannya

Minggu, 09 April 2023 - 07:56 WIB
Waskita Karya (WSKT) sepanjang tahun 2022 menelan kerugian sebesar Rp1,89 triliun. Foto/Dok
JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) sepanjang tahun 2022 menelan kerugian sebesar Rp1,89 triliun atau membengkak 73,30% secara tahunan atau year-on-year (yoy). Sebelumnya pada 2021, WSKT juga boncos mencapai Rp1,09 triliun.



Performa itu membawa rugi per saham dasar WSKT bertambah menjadi minus Rp65,95 per saham, dari semula Rp41,66 per saham. Kondisi ini terjadi meskipun pendapatan usaha BUMN Konstruksi itu meningkat 25,18% yoy menjadi Rp15,30 triliun. Pada tahun 2021, WSKT membukukan pemasukan senilai Rp12,22 triliun.



Secara segmentatif, kontribusi utama pendapatan WSKT berasal dari jasa kontruksi senilai Rp13,60 triliun, tumbuh dari 2021 yang mencapai Rp10,66 triliun, dikutip dari keterbukaan informasi, Minggu (9/4/2023).



Pendapatan jalan tol juga meningkat menjadi Rp916,56 miliar, dari Rp775 miliar. Pemasukan properti dan hotel tumbuh dari Rp300,43 miliar, menjadi Rp334,27 miliar, disusul segmen infrastruktur lainnya juga tumbuh

Sayangnya, penjualan beton pracetak/precast melandai menjadi Rp344,71 miliar, dari semula Rp380,95 miliar. Demikian pula bisnis sewa gedung dan peralatan juga jatuh dari Rp8,85 miliar, menjadi Rp838,15 juta.

Seiring peningkatan sisi top line, beban pokok pendapatan WSKT juga bertambah 34,16% yoy menjadi Rp13,85 triliun. Biaya terbesar berasal dari jasa konstruksi mencapai Rp12,76 triliun, yang terdiri dari bahan baku, subkontraktor, upah, hingga beban tidak langsung.

Beban umum-administrasi WSKT juga naik dari Rp2,03 triliun, menjadi Rp2,41 triliun, di mana pos gaji pegawai tumbuh menjadi Rp664 miliar.

Dari sisi neraca, total aset WSKT melandai 5,18% yoy menjadi Rp98,23 triliun. Adapun utang (liabilitas) berkurang 4,71% yoy menjadi Rp83,98 triliun, sedangkan ekuitas berkurang 7,89% yoy menjadi Rp14,24 triliun.

Kas dan setara kas yang digenggam WSKT pada akhir 2022 turun Rp4,79 triliun, menjadi total Rp8,94 triliun. Ini terjadi akibat penggunaan untuk aktivitas pendanaan, mulai dari pembayaran utang bank, pelunasan obligasi, hingga kegiatan investasi seperti perolehan aset tak berwujud.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More