Penjualan Mobil Tak Bakal Bisa Ngegas Seperti Tahun Lalu
Senin, 20 Juli 2020 - 20:23 WIB
JAKARTA - Asosiasi kendaraan bermotor atau Gaikindo menyatakan hingga bulan Juni 2020 tercatat ada kenaikan volume penjualan kendaraan yang semakin positif. Penjualan mobil di atas 12 ribu unit, lebih baik dibandingkan bulan Mei yang hanya 3.551 unit. Apakah ini otomatis menjadi tanda industri otomotif akan kembali pulih?
Pengamat bisnis dari Inventure, Yuswohady, mengatakan tren pembelian mobil baru sangat bergantung pada arah penanganan Covid-19. Namun hingga saat ini belum ada sinyal positif pandemi akan selesai. Dampaknya tentu saja masyarakat akan mengurangi belanja barang-barang, khususnya pembelian besar. Salah satunya adalah mobil.
"Manfaat mobil untuk alat transportasi dan tujuan prestisius sekarang tidak terlalu dibutuhkan. Tren saat ini segala pembelian besar cenderung ditunda. Terlebih belum ada sinyal positif penyebaran Covid-19 di Indonesia bakal mereda. Bahkan di negara besar seperti AS menuju second wave. Produksi vaksin juga belum ada titik terang," ujar Yuswohady.
Menurut dia kondisi masyarakat masih dalam keadaan bertahan. Alih-alih belanja, justru yang jadi perhatian adalah kondisi kesehatan pribadi dan keluarga. Penanganan kesehatan di Indonesia masih memerlukan biaya tinggi. Semua berjaga-jaga bila kondisinya diperparah oleh PHK yang terus meningkat.
"Semua jaga-jaga bila ada anggota keluarga yang sakit. Termasuk berjaga bila kena PHK. Ini berlaku untuk segmen ekonomi bawah dan atas juga," ujarnya. ( Baca juga:Komplotan Pembobol Showroom Mobil Bekas di Surabaya Dibekuk Polisi )
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan, daya beli kelas menengah atas masih menjadi harapan industri otomotif meskipun tidak akan kembali pada kondisi sebelum pandemi. Menurutnya di tengah kondisi pandemi, memaksa masyarakat harus fokus ke kebutuhan primer. (Lihat grafis: Pelemahan Ekonomi Akibat Pandemi, Startup Menolak Tumbang)
"Tahun ini pertumbuhan industri akan jatuh. Kelas menengah akan mendukung pembelian di semester dua. Setidaknya angkanya lebih baik dibandingkan saat PSBB lalu," ujar Johnny. (Baca juga: Selamatkan Industri Automotif RI dari COVID-19, GIIAS 2020 Tetap Digelar?)
Lebih lanjut dia juga mengingatkan data industri otomotif per Juni 2020 yang menyebut mulai ada kenaikan penjualan otomotif. Menurutnya angka tersebut tidak menunjukkan kondisi sebenarnya. Data tersebut merupakan akumulasi dari kondisi awal tahun yang masih relatif normal.
"Data tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi riil karena dihitung sejak awal tahun. Kondisi terparah sejak Maret hingga Juni 2020. Hingga akhir tahun ini volume penjualan di kisaran hanya 500-550 ribu unit ," ujarnya.
Pengamat bisnis dari Inventure, Yuswohady, mengatakan tren pembelian mobil baru sangat bergantung pada arah penanganan Covid-19. Namun hingga saat ini belum ada sinyal positif pandemi akan selesai. Dampaknya tentu saja masyarakat akan mengurangi belanja barang-barang, khususnya pembelian besar. Salah satunya adalah mobil.
"Manfaat mobil untuk alat transportasi dan tujuan prestisius sekarang tidak terlalu dibutuhkan. Tren saat ini segala pembelian besar cenderung ditunda. Terlebih belum ada sinyal positif penyebaran Covid-19 di Indonesia bakal mereda. Bahkan di negara besar seperti AS menuju second wave. Produksi vaksin juga belum ada titik terang," ujar Yuswohady.
Menurut dia kondisi masyarakat masih dalam keadaan bertahan. Alih-alih belanja, justru yang jadi perhatian adalah kondisi kesehatan pribadi dan keluarga. Penanganan kesehatan di Indonesia masih memerlukan biaya tinggi. Semua berjaga-jaga bila kondisinya diperparah oleh PHK yang terus meningkat.
"Semua jaga-jaga bila ada anggota keluarga yang sakit. Termasuk berjaga bila kena PHK. Ini berlaku untuk segmen ekonomi bawah dan atas juga," ujarnya. ( Baca juga:Komplotan Pembobol Showroom Mobil Bekas di Surabaya Dibekuk Polisi )
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan, daya beli kelas menengah atas masih menjadi harapan industri otomotif meskipun tidak akan kembali pada kondisi sebelum pandemi. Menurutnya di tengah kondisi pandemi, memaksa masyarakat harus fokus ke kebutuhan primer. (Lihat grafis: Pelemahan Ekonomi Akibat Pandemi, Startup Menolak Tumbang)
"Tahun ini pertumbuhan industri akan jatuh. Kelas menengah akan mendukung pembelian di semester dua. Setidaknya angkanya lebih baik dibandingkan saat PSBB lalu," ujar Johnny. (Baca juga: Selamatkan Industri Automotif RI dari COVID-19, GIIAS 2020 Tetap Digelar?)
Lebih lanjut dia juga mengingatkan data industri otomotif per Juni 2020 yang menyebut mulai ada kenaikan penjualan otomotif. Menurutnya angka tersebut tidak menunjukkan kondisi sebenarnya. Data tersebut merupakan akumulasi dari kondisi awal tahun yang masih relatif normal.
"Data tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi riil karena dihitung sejak awal tahun. Kondisi terparah sejak Maret hingga Juni 2020. Hingga akhir tahun ini volume penjualan di kisaran hanya 500-550 ribu unit ," ujarnya.
tulis komentar anda