Wah Keren! Kereta Tanpa Masinis Siap Beroperasi di Bandara Soetta
Rabu, 22 Juli 2020 - 09:49 WIB
JAKARTA - PT Len Industri melakukan uji coba Skytrain atau APMS (Automatic People Mover System) Bandara Soekarno-Hatta yang bakal sepenuhnya dioperasikan tanpa masinis. Proses uji coba disaksikan langsung oleh Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material BPPT, Eniya Listiani Dewi didampingi Direktur Operasi I PT Len Industri (Persero), Linus Andor M Sijabat.
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material BPPT, Eniya Listiani Dewi mengatakan kereta tanpa masinis ini menggunakan sistem CBTC memungkinkan APMS Kalayang tersebut akan menjadi moda transportasi kereta full driverless (tanpa masinis) pertama di Indonesia yang dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan keandalan bagi para penumpang di bandara.
"Tim BPPT membantu audit dari sistem perkeretaapian di kalayang ini. Kita sudah melihat performa, sistem, dan seluruh aspek. Selama 14 bulan, kita cek dan kali ini kita sudah memastikan semua bergerak dengan baik. Beberapa waktu yang lalu saya dilapori tim yang menguji, ada beberapa prosedur yang perlu diperbaiki, terus sudah ditangani dengan baik. Dan kali ini sudah clear semua, sehingga kita bisa mengeluarkan rekomendasi teknis dari BPPT," jelas Eniya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (22/7/2020).
Direktur Operasi I PT Len Industri (Persero), Linus Andor M Sijabatmenyatakan setelah dari audit ini mendapatkan rekomendasi dari BPPT, selanjutnya akan dilanjutkan sertifikasi dari Kementerian Perhubungan. "APMS Kalayang Bandara Soekarno Hatta akan menjadi moda kereta full driverless pertama di Indonesia yang memberikan keamanan, kenyamanan, dan keandalan bagi para penumpang di bandara," kata dia.
Sebagai informasi, sistem persinyalan adalah salah satu faktor penting dalam pengoperasian kereta. Sistem ini sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna kereta, meskipun tidak terlihat oleh penumpang. Sistem CBTC (Communication-Based Train Control / Sistem Kendali Kereta Berbasis Komunikasi) merupakan sistem persinyalan kereta yang menggunakan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data nirkabel antar berbagai sub-sistem yang terintegrasi, sesuai dengan standar IEEE 1474.1 hingga 1474.4.
Baca Juga: Railink Jazz 2019, Naik KA Bandara sambil Nonton Konser Musik
CBTC menggunakan teknologi persinyalan Moving Block memungkinkan blok kereta yang fleksibel, berubah-ubah, dan bergerak sesuai dengan pergerakan dan spesifikasi keretanya, sehingga headway atau jarak keberangkatan antar kereta dapat diatur lebih dekat namun tetap dalam jarak aman. Dengan kata lain, CBTC memungkinkan untuk memendekkan jarak aman antar kereta, sehingga jumlah kereta (train set) yang beroperasi bisa lebih banyak. Keamanan, ketepatan jadwal kereta, kapasitas angkut penumpang yang besar, serta jarak singkat antar kereta adalah hal penting bagi penumpang dalam menggunakan transportasi massal. Sistem tersebut berbeda dengan sistem fixed block (konvensional) di mana track dibagi per-section atau blok dan dalam satu blok hanya boleh terdapat satu kereta, sehingga jumlah kereta (train set) yang beoperasi menjadi lebih terbatas.
Perlengkapan sistem pesinyalan ini di sepanjang jalur kereta juga tidak sebanyak pada sistem fixed block, sehingga lebih efisien dalam pengoperasian dan pemeliharaan. CBTC cocok untuk sistem persinyalan kereta di area urban yang membutuhkan sistem angkutan massal yang efisien. Penggunaan sistem persinyalan CBTC dapat mendukung upaya dalam memberikan pelayanan yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan kepada para penggunanya.
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material BPPT, Eniya Listiani Dewi mengatakan kereta tanpa masinis ini menggunakan sistem CBTC memungkinkan APMS Kalayang tersebut akan menjadi moda transportasi kereta full driverless (tanpa masinis) pertama di Indonesia yang dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan keandalan bagi para penumpang di bandara.
"Tim BPPT membantu audit dari sistem perkeretaapian di kalayang ini. Kita sudah melihat performa, sistem, dan seluruh aspek. Selama 14 bulan, kita cek dan kali ini kita sudah memastikan semua bergerak dengan baik. Beberapa waktu yang lalu saya dilapori tim yang menguji, ada beberapa prosedur yang perlu diperbaiki, terus sudah ditangani dengan baik. Dan kali ini sudah clear semua, sehingga kita bisa mengeluarkan rekomendasi teknis dari BPPT," jelas Eniya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (22/7/2020).
Direktur Operasi I PT Len Industri (Persero), Linus Andor M Sijabatmenyatakan setelah dari audit ini mendapatkan rekomendasi dari BPPT, selanjutnya akan dilanjutkan sertifikasi dari Kementerian Perhubungan. "APMS Kalayang Bandara Soekarno Hatta akan menjadi moda kereta full driverless pertama di Indonesia yang memberikan keamanan, kenyamanan, dan keandalan bagi para penumpang di bandara," kata dia.
Sebagai informasi, sistem persinyalan adalah salah satu faktor penting dalam pengoperasian kereta. Sistem ini sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna kereta, meskipun tidak terlihat oleh penumpang. Sistem CBTC (Communication-Based Train Control / Sistem Kendali Kereta Berbasis Komunikasi) merupakan sistem persinyalan kereta yang menggunakan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data nirkabel antar berbagai sub-sistem yang terintegrasi, sesuai dengan standar IEEE 1474.1 hingga 1474.4.
Baca Juga: Railink Jazz 2019, Naik KA Bandara sambil Nonton Konser Musik
CBTC menggunakan teknologi persinyalan Moving Block memungkinkan blok kereta yang fleksibel, berubah-ubah, dan bergerak sesuai dengan pergerakan dan spesifikasi keretanya, sehingga headway atau jarak keberangkatan antar kereta dapat diatur lebih dekat namun tetap dalam jarak aman. Dengan kata lain, CBTC memungkinkan untuk memendekkan jarak aman antar kereta, sehingga jumlah kereta (train set) yang beroperasi bisa lebih banyak. Keamanan, ketepatan jadwal kereta, kapasitas angkut penumpang yang besar, serta jarak singkat antar kereta adalah hal penting bagi penumpang dalam menggunakan transportasi massal. Sistem tersebut berbeda dengan sistem fixed block (konvensional) di mana track dibagi per-section atau blok dan dalam satu blok hanya boleh terdapat satu kereta, sehingga jumlah kereta (train set) yang beoperasi menjadi lebih terbatas.
Perlengkapan sistem pesinyalan ini di sepanjang jalur kereta juga tidak sebanyak pada sistem fixed block, sehingga lebih efisien dalam pengoperasian dan pemeliharaan. CBTC cocok untuk sistem persinyalan kereta di area urban yang membutuhkan sistem angkutan massal yang efisien. Penggunaan sistem persinyalan CBTC dapat mendukung upaya dalam memberikan pelayanan yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan kepada para penggunanya.
(nng)
tulis komentar anda