BI Prediksi Inflasi April 2020 Capai 0,18%
Rabu, 29 April 2020 - 10:52 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi bulan April 2020 sebesar 0,18% secara bulanan (month to month) atau 2,78% secara tahunan (year on year). Dengan demikian inflasi terjaga dan terkendali di angka 3% plus minus 1%.
"Berdasarkan survei pemantauan, kami memperkirakan inflasi untuk April 2020 sekitar 0,18% mtm. Kalau dihitung yoy 2,78%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, (29/4/2020).
Menurut Perry, angka inflasi ini lebih rendah dari dua bulan sebelumnya. Bulan Maret 2020, inflasi tahunan tercatat 2,96% dan bulan Februari 2020 sebesar 2,96%.
Adapun komoditas yang menyumbang inflasi di antaranya bawang merah sebesar 0,12%, emas perhiasan 0,9%, jeruk 0,5% dan gula pasir 0,02%. Sementara komoditas penyumbang deflasi adalah cabai merah 0,11% dan daging ayam 0,08%.
Perry mengatakan inflasi yang terjaga ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menyediakan bahan pokok selama bulan Ramadhan terpenuhi dengan baik. Hal ini terjadi karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Bulan Ramadhan tahun ini lebih rendah dari pola historisnya. Karena ada PSBB dan ini menurunkan tingkat permintaan, jadi itu bagian dari terkendalinya inflasi," kata Perry.
"Berdasarkan survei pemantauan, kami memperkirakan inflasi untuk April 2020 sekitar 0,18% mtm. Kalau dihitung yoy 2,78%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, (29/4/2020).
Menurut Perry, angka inflasi ini lebih rendah dari dua bulan sebelumnya. Bulan Maret 2020, inflasi tahunan tercatat 2,96% dan bulan Februari 2020 sebesar 2,96%.
Adapun komoditas yang menyumbang inflasi di antaranya bawang merah sebesar 0,12%, emas perhiasan 0,9%, jeruk 0,5% dan gula pasir 0,02%. Sementara komoditas penyumbang deflasi adalah cabai merah 0,11% dan daging ayam 0,08%.
Perry mengatakan inflasi yang terjaga ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menyediakan bahan pokok selama bulan Ramadhan terpenuhi dengan baik. Hal ini terjadi karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Bulan Ramadhan tahun ini lebih rendah dari pola historisnya. Karena ada PSBB dan ini menurunkan tingkat permintaan, jadi itu bagian dari terkendalinya inflasi," kata Perry.
(bon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda