Nilai Investasi Energi Surya Tahun Ini Diramal Salip Sektor Migas
Kamis, 25 Mei 2023 - 15:20 WIB
JAKARTA - Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan investasi global di sektor energi akan mencapai sekitar USD2,8 triliun pada tahun ini. Berdasarkan laporan terbaru IEA, dari jumlah itu lebih dari USD1,7 triliun akan digunakan untuk energi bersih.
IEA mengatakan, investasi tenaga surya diperkirakan akan menarik lebih dari USD1 miliar per hari, atau sekitar Rp14,5 triliun (kurs Rp14.500 per USD). Dalam sebuah pernyataan, Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, investasi tenaga surya untuk pertama kalinya akan menyalip jumlah investasi yang masuk ke produksi minyak. IEA juga memproyeksikan bahwa batu bara, gas, dan minyak masih berada di jalur untuk menarik investasi sedikit di atas USD1 triliun tahun ini.
"Pengeluaran investasi bahan bakar fosil saat ini lebih dari dua kali lipat tingkat yang dibutuhkan dalam Skenario Net Zero Emissions di 2050," ungkap IEA dalam laporannya yang dikutip CNBC, Kamis (25/5/2023). "Ketidaksesuaian untuk batu bara sangat mencolok: investasi saat ini hampir enam kali lipat dari persyaratan Skenario NZE tahun 2030," tambahnya.
Meskipun akan ada kekhawatiran tentang masih besarnya aliran uang ke bahan bakar fosil, Birol menyebut akan adanya perubahan signifikan di masa mendatang. "Energi bersih bergerak cepat – lebih cepat dari yang disadari banyak orang," katanya.
Hal ini menurutnya terlihat jelas dalam tren investasi, di mana teknologi bersih menjauh dari bahan bakar fosil. "Untuk setiap USD1 yang diinvestasikan dalam bahan bakar fosil, sekitar USD1,7 sekarang digunakan untuk energi bersih," kata Birol.
Kepala Wawasan Data di thinktank energi Ember Dave Jones mengatakan, laporan IEA tersebut menunjukkan tenaga surya sebagai sumber energi yang tercepat untuk upaya dekarbonisasi. "Ironisnya, beberapa tempat tercerah di dunia memiliki tingkat investasi tenaga surya yang paling rendah, dan ini adalah masalah yang perlu diperhatikan," katanya.
IEA mengatakan, investasi tenaga surya diperkirakan akan menarik lebih dari USD1 miliar per hari, atau sekitar Rp14,5 triliun (kurs Rp14.500 per USD). Dalam sebuah pernyataan, Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, investasi tenaga surya untuk pertama kalinya akan menyalip jumlah investasi yang masuk ke produksi minyak. IEA juga memproyeksikan bahwa batu bara, gas, dan minyak masih berada di jalur untuk menarik investasi sedikit di atas USD1 triliun tahun ini.
Baca Juga
"Pengeluaran investasi bahan bakar fosil saat ini lebih dari dua kali lipat tingkat yang dibutuhkan dalam Skenario Net Zero Emissions di 2050," ungkap IEA dalam laporannya yang dikutip CNBC, Kamis (25/5/2023). "Ketidaksesuaian untuk batu bara sangat mencolok: investasi saat ini hampir enam kali lipat dari persyaratan Skenario NZE tahun 2030," tambahnya.
Meskipun akan ada kekhawatiran tentang masih besarnya aliran uang ke bahan bakar fosil, Birol menyebut akan adanya perubahan signifikan di masa mendatang. "Energi bersih bergerak cepat – lebih cepat dari yang disadari banyak orang," katanya.
Hal ini menurutnya terlihat jelas dalam tren investasi, di mana teknologi bersih menjauh dari bahan bakar fosil. "Untuk setiap USD1 yang diinvestasikan dalam bahan bakar fosil, sekitar USD1,7 sekarang digunakan untuk energi bersih," kata Birol.
Kepala Wawasan Data di thinktank energi Ember Dave Jones mengatakan, laporan IEA tersebut menunjukkan tenaga surya sebagai sumber energi yang tercepat untuk upaya dekarbonisasi. "Ironisnya, beberapa tempat tercerah di dunia memiliki tingkat investasi tenaga surya yang paling rendah, dan ini adalah masalah yang perlu diperhatikan," katanya.
(fjo)
tulis komentar anda