Mendag Minta Para Pelaku Usaha Gerak Cepat Genjot Ekspor ke Pasar Global
Kamis, 23 Juli 2020 - 15:10 WIB
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto meminta seluruh pelaku usaha dan masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah bergerak cepat dalam meningkatkan dan menjaga ekspor Indonesia di pasar global. Apalagi sejumlah produk seller market dari Indonesia mendominasi pasar dunia.
"Kita harus bergerak cepat, tidak ada lagi waktu untuk saling menunggu. Peran aktif seluruh pelaku usaha dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga kinerja ekspor Indonesia di pasar global. Banyak hal yang bisa kita gali dan kembangkan untuk peningkatan ekspor," tegas Agus dalam keterangan resminya, Kamis (23/7/2020).
Agus mengungkapkan, sejumlah produk seller market Indonesia yang mendominasi pasar dunia. Produk-produk tersebut yaitu minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dengan pangsa pasar 53%, sarang burung walet 47,8%, cengkeh 36,1%, dan nikel 28%. Selain itu, ada juga produk oleochemical, margarin, cocoa butter, tisu, timah, dan flooring dari kayu.
(Baca Juga: 'Mengintip' Peluang Ekspor Produk Mamin Indonesia ke Pasar Spanyol)
Agus juga menyampaikan sejumlah tantangan besar yang dihadapi perdagangan global, antara lain perubahan perilaku konsumen yang kini menjadi lebih selektif dalam memilih produk dan mengutamakan produk yang higienis, serta perubahan pola perdagangan yang berkembang ke sektor niaga elektronik (e-commerce).
"Tantangan lainnya, yaitu meningkatkan praktik proteksionisme dan hambatan perdagangan, sulitnya penyelesaian perundingan kerja sama perdagangan antar negara di masa pandemi Covid-19, serta besarnya potensi defisit dan resesi ekonomi di sejumlah negara, termasuk Indonesia," jelasnya.
Menghadapi hal itu, Kemendag mempunyai sejumlah strategi peningkatan ekspor Indonesia ke pasar global yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Strategi jangka pendek fokus pada pengembangan produk yaitu produk yang pertumbuhannya positif selama pandemi, contohnya produk makanan dan minuman, serta alat kesehatan. Ada juga produk yang kembali pulih pasca pandemi contohnya automotif, serta produk baru yang muncul akibat pandemi, yaitu farmasi.
Sedangkan, strategi jangka menengah dan panjang difokuskan pada langkah-langkah untuk mempertahankan pangsa pasar bagi produk yang memiliki kekuatan pasar di negara tujuan ekspor, meningkatkan pangsa pasar produk yang potensial dan memiliki tren ekspor meningkat dalam lima tahun, serta fokus pada produk-produk yang harus dipulihkan karena tren ekspornyaturun dalam lima tahun terakhir.
Kemendag juga terus memperkuat akses pasar, antara lain melalui promosi/penjajakan kesepakatan dagang (business matching). Selain itu, Kemendag juga terus berupaya memfinalisasi perjanjian perdagangan internasional (FTA/CEPA/PTA) di masa pandemi ini melalui negosiasi virtual.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan Indonesia periode Januari-Juni2020 mengalami surplus sebesar USD5,50 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang defisit USD1,87 miliar. Pada periode Januari-Juni 2020, nilai ekspor nonmigas mencapai USD72,43 miliar. Negara tujuan ekspor utama Indonesia yaitu China sebesar 17,71%, Amerika Serikat (11,68%), Uni Eropa (8,91%), Jepang (8,68%), India (6,55%) dan Singapura(6,36%).
"Kita harus bergerak cepat, tidak ada lagi waktu untuk saling menunggu. Peran aktif seluruh pelaku usaha dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga kinerja ekspor Indonesia di pasar global. Banyak hal yang bisa kita gali dan kembangkan untuk peningkatan ekspor," tegas Agus dalam keterangan resminya, Kamis (23/7/2020).
Agus mengungkapkan, sejumlah produk seller market Indonesia yang mendominasi pasar dunia. Produk-produk tersebut yaitu minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dengan pangsa pasar 53%, sarang burung walet 47,8%, cengkeh 36,1%, dan nikel 28%. Selain itu, ada juga produk oleochemical, margarin, cocoa butter, tisu, timah, dan flooring dari kayu.
(Baca Juga: 'Mengintip' Peluang Ekspor Produk Mamin Indonesia ke Pasar Spanyol)
Agus juga menyampaikan sejumlah tantangan besar yang dihadapi perdagangan global, antara lain perubahan perilaku konsumen yang kini menjadi lebih selektif dalam memilih produk dan mengutamakan produk yang higienis, serta perubahan pola perdagangan yang berkembang ke sektor niaga elektronik (e-commerce).
"Tantangan lainnya, yaitu meningkatkan praktik proteksionisme dan hambatan perdagangan, sulitnya penyelesaian perundingan kerja sama perdagangan antar negara di masa pandemi Covid-19, serta besarnya potensi defisit dan resesi ekonomi di sejumlah negara, termasuk Indonesia," jelasnya.
Menghadapi hal itu, Kemendag mempunyai sejumlah strategi peningkatan ekspor Indonesia ke pasar global yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Strategi jangka pendek fokus pada pengembangan produk yaitu produk yang pertumbuhannya positif selama pandemi, contohnya produk makanan dan minuman, serta alat kesehatan. Ada juga produk yang kembali pulih pasca pandemi contohnya automotif, serta produk baru yang muncul akibat pandemi, yaitu farmasi.
Sedangkan, strategi jangka menengah dan panjang difokuskan pada langkah-langkah untuk mempertahankan pangsa pasar bagi produk yang memiliki kekuatan pasar di negara tujuan ekspor, meningkatkan pangsa pasar produk yang potensial dan memiliki tren ekspor meningkat dalam lima tahun, serta fokus pada produk-produk yang harus dipulihkan karena tren ekspornyaturun dalam lima tahun terakhir.
Kemendag juga terus memperkuat akses pasar, antara lain melalui promosi/penjajakan kesepakatan dagang (business matching). Selain itu, Kemendag juga terus berupaya memfinalisasi perjanjian perdagangan internasional (FTA/CEPA/PTA) di masa pandemi ini melalui negosiasi virtual.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan Indonesia periode Januari-Juni2020 mengalami surplus sebesar USD5,50 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang defisit USD1,87 miliar. Pada periode Januari-Juni 2020, nilai ekspor nonmigas mencapai USD72,43 miliar. Negara tujuan ekspor utama Indonesia yaitu China sebesar 17,71%, Amerika Serikat (11,68%), Uni Eropa (8,91%), Jepang (8,68%), India (6,55%) dan Singapura(6,36%).
(fai)
tulis komentar anda