Kisah Menteri Investasi Jokowi: Jalan 8 Km Saat SD dan Kuliah yang di Google Aja Tidak Ada
Senin, 19 Juni 2023 - 20:48 WIB
JAKARTA - Berjalan sejauh 8 kilometer (km) untuk menuju Sekolah Dasar (SD) tempat dirinya menimba ilmu. Berkat kerja keras dan ketekunan, kini Bahlil Lahadalia mampu menjadi salah satu menteri andalan dalam kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu menceritakan kisah hidupnya di hadapan wisudawan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Lahir di sebuah kampung di Papua dari seorang Ibu yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dan ayahnya menjadi buruh bangunan dengan penghasilan Rp7.500 per hari.
Bahlil bercerita dirinya harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer (km) untuk menuju Sekolah Dasar (SD) tempat dirinya menimba ilmu. "SD saya jalan kaki 4 km pergi dan setiap hari saya harus pulang pergi 8 km. Tapi semua itu harus kita lakukan dengan optimisme," ucap Bahlil di acara Wisuda Universitas Muhammadiyah Jakarta yang dipantau secara daring, Senin (19/6/2023).
Meski demikian Bahlil mengaku, tetap yakin dan optimis bisa meraih masa depan yang lebih baik di kemudian hari. "Kalau saya pasrah dengan kehidupan itu, maka saya tidak bisa jadi apa-apa di Papua," ujarnya.
Kemudian Bahlil menuturkan, saat dirinya menimba ilmu di perguruan tinggi, kampus tempatnya belajar bahkan tidak muncul di kolom pencarian Google. Tapi Bahlil mengatakan, kalau dirinya memiliki prinsip tidak pernah ada satu perguruan tinggi yang menjamin kualitas seorang mahasiswa, yang menjamin kualitas mahasiswa itu adalah mahasiswa itu sendiri.
"Saya kuliahnya di kampung, di Google aja tidak ada, cari di Google nggak ada tuh kampus saya. Tapi saya Alhamdulillah diberikan amanah untuk menjadi Menteri Investasi dan di Kementerian Investasi itu kalau tidak tamatan Harvard, minimal UI (Universitas Indonesia)," tuturnya.
Dari perjalanan hidupnya tersebut, Bahlil berpesan, bahwa tidak ada yang mustahil di dalam kehidupan dan tidak ada yang bisa menjamin masa depan seseorang.
"Yang bisa menjamin masa depan kita adalah kita sendiri. Jangan pernah menggantungkan masa depan kalian kepada ayah, ibu, teman, apalagi pacar, itu pasti tidak akan sebaik dan tidak semaksimal kalau kita sendiri yang mencapai," pungkasnya.
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu menceritakan kisah hidupnya di hadapan wisudawan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Lahir di sebuah kampung di Papua dari seorang Ibu yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dan ayahnya menjadi buruh bangunan dengan penghasilan Rp7.500 per hari.
Bahlil bercerita dirinya harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer (km) untuk menuju Sekolah Dasar (SD) tempat dirinya menimba ilmu. "SD saya jalan kaki 4 km pergi dan setiap hari saya harus pulang pergi 8 km. Tapi semua itu harus kita lakukan dengan optimisme," ucap Bahlil di acara Wisuda Universitas Muhammadiyah Jakarta yang dipantau secara daring, Senin (19/6/2023).
Baca Juga
Meski demikian Bahlil mengaku, tetap yakin dan optimis bisa meraih masa depan yang lebih baik di kemudian hari. "Kalau saya pasrah dengan kehidupan itu, maka saya tidak bisa jadi apa-apa di Papua," ujarnya.
Kemudian Bahlil menuturkan, saat dirinya menimba ilmu di perguruan tinggi, kampus tempatnya belajar bahkan tidak muncul di kolom pencarian Google. Tapi Bahlil mengatakan, kalau dirinya memiliki prinsip tidak pernah ada satu perguruan tinggi yang menjamin kualitas seorang mahasiswa, yang menjamin kualitas mahasiswa itu adalah mahasiswa itu sendiri.
"Saya kuliahnya di kampung, di Google aja tidak ada, cari di Google nggak ada tuh kampus saya. Tapi saya Alhamdulillah diberikan amanah untuk menjadi Menteri Investasi dan di Kementerian Investasi itu kalau tidak tamatan Harvard, minimal UI (Universitas Indonesia)," tuturnya.
Dari perjalanan hidupnya tersebut, Bahlil berpesan, bahwa tidak ada yang mustahil di dalam kehidupan dan tidak ada yang bisa menjamin masa depan seseorang.
"Yang bisa menjamin masa depan kita adalah kita sendiri. Jangan pernah menggantungkan masa depan kalian kepada ayah, ibu, teman, apalagi pacar, itu pasti tidak akan sebaik dan tidak semaksimal kalau kita sendiri yang mencapai," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda