Didera Inflasi, Jutaan Orang di Inggris Terancam Kelaparan
Sabtu, 01 Juli 2023 - 13:56 WIB
JAKARTA - Survei badan amal bank makanan Trussell Trust mengungkapkan, satu dari tujuh orang di Inggris menghadapi kelaparan tahun lalu karena kekurangan uang. Survei ini menyebutkan, jumlah itu setara dengan sekitar 11,3 juta orang.
Etnis minoritas, penyandang disabilitas, dan pengasuh termasuk di antara mereka yang paling terpengaruh. Para peneliti menghubungkan kerawanan pangan dengan krisis biaya hidup di Inggris. Rumah tangga Inggris menghadapi tekanan terbesar dalam dua tahun dalam standar hidup sejak pencatatan dimulai pada 1950-an, karena inflasi yang melonjak menggerogoti pertumbuhan gaji pekerja di hampir semua sektor ekonomi.
Trussell Trust menjalankan lebih dari 1.200 bank makanan di seluruh jaringannya, yaitu sekitar dua pertiga dari total Inggris. Badan amal tersebut mengatakan telah memberikan rekor 3 juta paket makanan dalam setahun hingga Maret, melonjak 37% dari sebelumnya. Badan amal itu menambahkan bahwa temuan terbaru itu hanyalah puncak gunung es dari kondisi sebenarnya.
Sekitar 7% populasi Inggris diberikan dukungan makanan amal pada tahun hingga pertengahan 2022, sementara 71% orang yang menghadapi kekurangan makanan mengatakan bahwa mereka belum mengakses dukungan semacam itu.
"Bank makanan bukanlah jawaban ketika orang pergi tanpa kebutuhan pokok di salah satu ekonomi terkaya di dunia. Kami membutuhkan sistem jaminan sosial yang memberikan perlindungan dan martabat bagi orang-orang untuk menutupi kebutuhan mereka sendiri, seperti makanan dan tagihan," kata kepala eksekutif Trussell Trust Emma Revie seperti dilansir Russia Today, Sabtu (1/7/2023).
Inflasi makanan di negara dengan perekonomian terbesar keenam dunia itu tercatat mencapai 18,3% pada Mei dan 14,6% pada Juni. Pertumbuhan harga konsumen di Inggris tetap tinggi meskipun pemerintah terus berupaya untuk menjinakkan inflasi. Sementara para pejabat dan serikat pekerja menuding supermarket serakah dan mengambil keuntungan dengan mengorbankan konsumen.
Ekonomi Inggris yang sebelumnya menduduki posisi puncak di antara negara-negara G7 pada tahun 2022 selama rebound pandemi, kini oleh IMF diramalkan menyusut sebesar 0,3% pada tahun 2023.
Etnis minoritas, penyandang disabilitas, dan pengasuh termasuk di antara mereka yang paling terpengaruh. Para peneliti menghubungkan kerawanan pangan dengan krisis biaya hidup di Inggris. Rumah tangga Inggris menghadapi tekanan terbesar dalam dua tahun dalam standar hidup sejak pencatatan dimulai pada 1950-an, karena inflasi yang melonjak menggerogoti pertumbuhan gaji pekerja di hampir semua sektor ekonomi.
Trussell Trust menjalankan lebih dari 1.200 bank makanan di seluruh jaringannya, yaitu sekitar dua pertiga dari total Inggris. Badan amal tersebut mengatakan telah memberikan rekor 3 juta paket makanan dalam setahun hingga Maret, melonjak 37% dari sebelumnya. Badan amal itu menambahkan bahwa temuan terbaru itu hanyalah puncak gunung es dari kondisi sebenarnya.
Sekitar 7% populasi Inggris diberikan dukungan makanan amal pada tahun hingga pertengahan 2022, sementara 71% orang yang menghadapi kekurangan makanan mengatakan bahwa mereka belum mengakses dukungan semacam itu.
"Bank makanan bukanlah jawaban ketika orang pergi tanpa kebutuhan pokok di salah satu ekonomi terkaya di dunia. Kami membutuhkan sistem jaminan sosial yang memberikan perlindungan dan martabat bagi orang-orang untuk menutupi kebutuhan mereka sendiri, seperti makanan dan tagihan," kata kepala eksekutif Trussell Trust Emma Revie seperti dilansir Russia Today, Sabtu (1/7/2023).
Inflasi makanan di negara dengan perekonomian terbesar keenam dunia itu tercatat mencapai 18,3% pada Mei dan 14,6% pada Juni. Pertumbuhan harga konsumen di Inggris tetap tinggi meskipun pemerintah terus berupaya untuk menjinakkan inflasi. Sementara para pejabat dan serikat pekerja menuding supermarket serakah dan mengambil keuntungan dengan mengorbankan konsumen.
Ekonomi Inggris yang sebelumnya menduduki posisi puncak di antara negara-negara G7 pada tahun 2022 selama rebound pandemi, kini oleh IMF diramalkan menyusut sebesar 0,3% pada tahun 2023.
(fjo)
tulis komentar anda