Kontras dengan Indonesia, Ini Alasan PPN di Vietnam Turun Jadi 8%

Selasa, 17 Desember 2024 - 11:59 WIB
loading...
Kontras dengan Indonesia,...
Vietnam baru-baru ini mengesahkan aturan memperpanjang penurunan tarif PPN 8%. FOTO/VietnamNet
A A A
JAKARTA - Vietnam baru-baru ini mengesahkan aturan memperpanjang penurunan tarif Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dari awalnya 10% turun jadi 8%. Langkah yang dilakukan Vietnam ini kontras dengan Pemerintah Indonesia yang menaikkan PPN menjadi 12% pada 1 Januari 2025.

Vietnam secara resmi memperpanjang pengurangan PPN sebesar 2% hingga akhir Juni 2025. Pada 30 November 2024, Majelis Nasional ke-15 mengesahkan Resolusi Sesi ke-8, yang menetapkan untuk terus mengurangi PPN untuk kelompok barang dan jasa untuk mendukung Program Pemulihan dan Pengembangan Sosial Ekonomi.



Pengurangan PPN 2% akan berlaku secara seragam di semua tahap impor, manufaktur, pemrosesan, dan perdagangan untuk barang dan jasa yang memenuhi syarat termasuk bahan kebutuhan pokok.

Sementara itu, barang dan jasa yang tidak memenuhi syarat untuk pengurangan PPN akan sama dengan pemotongan sebelumnya, yang meliputi; Telekomunikasi; Teknologi informasi; Jasa keuangan dan perbankan; Sekuritas; Asuransi; Bisnis real estat; Produksi logam dan produksi produk logam prefabrikasi; Pertambangan (tidak termasuk pertambangan batu bara); Produksi kokas; Pengilangan minyak bumi; Bahan kimia dan produk kimia; dan Barang dan jasa yang dikenakan pajak konsumsi khusus.

Selain itu, Keputusan 94/2023/ND-CP telah menerapkan pengurangan PPN sebesar 2% untuk barang dan jasa yang tadinya dikenai PPN sebesar 10%, dengan beberapa pengecualian. Keputusan tersebut mencakup daftar lengkap barang dan jasa yang dikecualikan dari pengurangan PPN 2%, yang merinci kode produk dan kode HS tertentu.

Alasan Pemotongan Pajak

Sejak diimplementasikan pada 1 Januari 2024, pemotongan PPN sebesar 2% telah terbukti berperan penting dalam meringankan biaya input untuk bisnis di berbagai sektor di Vietnam. Melansir dari Vietnam Briefing, kebijakan ini telah mendorong konsumsi domestik, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mendukung stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global yang sedang berlangsung, termasuk pemulihan yang lambat di negara-negara mitra dagang utama dan gangguan dalam rantai pasokan global.



Menurut para pengamat pasar, pengurangan PPN secara langsung telah berkontribusi dalam menstabilkan produksi dan kegiatan bisnis, yang pada gilirannya telah mengarah pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan standar hidup. Dengan menurunkan biaya produksi, perusahaan-perusahaan dapat menawarkan harga yang kompetitif, sehingga semakin menstimulasi belanja konsumen. Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi sektor-sektor seperti ritel, otomotif, dan manufaktur.

Implikasi Keuangan

Pemotongan pajak terbaru diperkirakan akan mengurangi pendapatan anggaran negara sekitar VND 26,1 triliun atau USD1,03 miliar ketika diimplementasikan. Oleh karena itu, dalam resolusi tersebut, Majelis Nasional menugaskan Pemerintah untuk bertanggung jawab dalam memastikan pendapatan dan menyeimbangkan anggaran negara pada tahun 2025.

Untuk bisnis di Vietnam, terutama yang bergerak di industri yang berhubungan langsung dengan konsumen, pengurangan PPN yang diperpanjang memberikan peluang untuk penetapan harga strategis dan manajemen biaya. Sangat penting untuk meninjau struktur harga, dinamika rantai pasokan, dan strategi perencanaan keuangan untuk memaksimalkan manfaat dari langkah kebijakan fiskal ini.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Misbakhun Ajak Pelaku...
Misbakhun Ajak Pelaku Pasar Modal Tetap Optimistis soal Ekonomi RI
Dalam Sekejap, Harta...
Dalam Sekejap, Harta Wanita Terkaya di Indonesia Ini Lenyap Rp62 Triliun
Tok, BI Tahan Suku Bunga...
Tok, BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75%
Dampingi Wapres Gibran,...
Dampingi Wapres Gibran, Waketum Kadin Clarissa Tanoesoedibjo Dukung Pengembangan AI
Trump Bangun Cadangan...
Trump Bangun Cadangan Bitcoin, Indonesia Tertarik Ikuti Jejak AS?
Pengembangan Proyek...
Pengembangan Proyek Gas Dinilai Hambat Tujuan Iklim Indonesia
Tetangga Indonesia Ini...
Tetangga Indonesia Ini Diserbu Investasi AS, Capai Kesepakatan Rp67 Triliun
Diskon PPN Sampai Rp220...
Diskon PPN Sampai Rp220 Juta, Segera Miliki One East Penthouse & Residences
Baru Awal Tahun, Pemerintah...
Baru Awal Tahun, Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp224,3 Triliun
Rekomendasi
Pabrik Hyundai di Georgia...
Pabrik Hyundai di Georgia Siap Produksi Ioniq 9 Tepat Waktu
Skywell Hadirkan Mobil...
Skywell Hadirkan Mobil Listrik China Pertama di Inggris
Lebaran 2025, Ayu Ting...
Lebaran 2025, Ayu Ting Ting Bersyukur Pekerjaan Lancar dan Rezeki Berlimpah
Berita Terkini
Sepanjang Arus Mudik...
Sepanjang Arus Mudik Lebaran 2025, Tercatat Ada 1,7 Juta Kendaraan Keluar Jabotabek
4 jam yang lalu
Orang Terkaya di Thailand...
Orang Terkaya di Thailand Borong Saham Perbankan Rp6,1 Triliun
4 jam yang lalu
BRI Dorong UMKM Kota...
BRI Dorong UMKM Kota Depok Naik Kelas Lewat Program Klasterku, Pelaku Usaha Beri Apresiasi
6 jam yang lalu
Sri Mulyani Pede Mudik...
Sri Mulyani Pede Mudik dan Lebaran Angkat Ekonomi Daerah, Ini 2 Pendorongnya
7 jam yang lalu
Bagi-bagi Takjil dan...
Bagi-bagi Takjil dan Layanan Kesehatan, BNI Hadir di Posko Mudik Malang
7 jam yang lalu
Bukan Gimmick, Pertamina...
Bukan Gimmick, Pertamina Hadirkan Antar Gratis Bright Gas & Promo Refill Berhadiah Cashback
9 jam yang lalu
Infografis
10 Kota dengan Konsumsi...
10 Kota dengan Konsumsi Gorengan Tertinggi di Indonesia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved