Ketika Para Pelaku UMKM Berkisah: Penjualan Daring Hanya untuk Menjaga Eksistensi
Senin, 27 Juli 2020 - 16:51 WIB
Menurutnya, itu membuat orang-orang bertanya-tanya kepada Hirka. Banyak yang menebak Hirka akan menggunakan ular sebagai bahan dasar. Ternyata, itu bentuk sindiran bagi produsen yang masih menggunakan kulit ular.
“Kami tidak besar-besaran untuk budget marketing, semampunya saja. Niat April lalu mau gede-gedean endorsement dan lain-lain, juga advertising. Karena pandemi ini, ada beberapa pogram yang di-hold, seperti rilis artikel dan kolaborasi dengan beberapa brand,” tuturnya.
Saat ini Hirka lebih mengedepankan pelayanan kepada konsumen. Misalnya, konsumen yang sudah membeli satu bulan produk masih bisa meminta perubahan warna. Namun, ini tidak akan berlaku selamanya. Setelah skala bisnisnya besar, ada beberapa pelayanan yang dikurangi.
Pengamat ekonomi Mohammad Faisal mengatakan para pelaku usaha mau tidak mau harus lebih gencar melakukan pemasaran produk melalui daring dan inovasi. Selain itu, mereka harus menurunkan harga untuk sementara waktu agar menarik minat pembeli.
“Daringnya, tidak hanya melalui marketplace, seperti Bukalapak dan Tokopedia, tapi manfaatkan juga medsos. Untuk menengah ke bawah bisa melalui jalur ini. promosinya digencarkan sambil melihat selera dan kebutuhan konsumen,” terangnya.
Para pelaku usaha muda, menurutnya, sudah paham dan familiar dengan promosi melalui medsos. Yang masalah, banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lain yang gagap dengan teknologi dan internet. “Itu ruangnya masih banyak, terus genjot. Sebelum pandemi sudah tinggi, sekarang harus lebih gencar lagi,” ucapnya.
Di tengah situasi seperti ini, para pelaku usaha berharap pemerintah segera turun tangan. Nurman meminta membantu para pelaku usaha industri kreatif, misal menurunkan harga untuk pengiriman barang ke luar negeri.
Dia mengungkapkan ada kenaikan 2-3 kali lipat untuk mengirim barang ke Malaysia. Biasanya Rp80.000, sekarang bisa Ro160.000. Sementara itu, Arief mendesak pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang jelas sehingga para pelaku usaha bisa merancang strategi bisnisnya ke depan.
Faisal mendesak pemerintah memberikan bantuan modal kepada para pelaku usaha. Di sisi lain, pemerintah harus menstimulus dan mendongkrak daya beli masyarakat. Dia mengusulkan pemerintah melakukan pengadaan barang dan jasa dengan membeli produksi dari pelaku usaha menengah- kecil.
“Mereka ada tambahan pasar. Kalau pemerintah bisa memperluas dari sisi pembelian barang dan jasa, itu akan sangat membantu,” pungkasnya.
“Kami tidak besar-besaran untuk budget marketing, semampunya saja. Niat April lalu mau gede-gedean endorsement dan lain-lain, juga advertising. Karena pandemi ini, ada beberapa pogram yang di-hold, seperti rilis artikel dan kolaborasi dengan beberapa brand,” tuturnya.
Saat ini Hirka lebih mengedepankan pelayanan kepada konsumen. Misalnya, konsumen yang sudah membeli satu bulan produk masih bisa meminta perubahan warna. Namun, ini tidak akan berlaku selamanya. Setelah skala bisnisnya besar, ada beberapa pelayanan yang dikurangi.
Pengamat ekonomi Mohammad Faisal mengatakan para pelaku usaha mau tidak mau harus lebih gencar melakukan pemasaran produk melalui daring dan inovasi. Selain itu, mereka harus menurunkan harga untuk sementara waktu agar menarik minat pembeli.
“Daringnya, tidak hanya melalui marketplace, seperti Bukalapak dan Tokopedia, tapi manfaatkan juga medsos. Untuk menengah ke bawah bisa melalui jalur ini. promosinya digencarkan sambil melihat selera dan kebutuhan konsumen,” terangnya.
Para pelaku usaha muda, menurutnya, sudah paham dan familiar dengan promosi melalui medsos. Yang masalah, banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lain yang gagap dengan teknologi dan internet. “Itu ruangnya masih banyak, terus genjot. Sebelum pandemi sudah tinggi, sekarang harus lebih gencar lagi,” ucapnya.
Di tengah situasi seperti ini, para pelaku usaha berharap pemerintah segera turun tangan. Nurman meminta membantu para pelaku usaha industri kreatif, misal menurunkan harga untuk pengiriman barang ke luar negeri.
Dia mengungkapkan ada kenaikan 2-3 kali lipat untuk mengirim barang ke Malaysia. Biasanya Rp80.000, sekarang bisa Ro160.000. Sementara itu, Arief mendesak pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang jelas sehingga para pelaku usaha bisa merancang strategi bisnisnya ke depan.
Faisal mendesak pemerintah memberikan bantuan modal kepada para pelaku usaha. Di sisi lain, pemerintah harus menstimulus dan mendongkrak daya beli masyarakat. Dia mengusulkan pemerintah melakukan pengadaan barang dan jasa dengan membeli produksi dari pelaku usaha menengah- kecil.
“Mereka ada tambahan pasar. Kalau pemerintah bisa memperluas dari sisi pembelian barang dan jasa, itu akan sangat membantu,” pungkasnya.
tulis komentar anda