Raksasa Minyak Saudi Aramco Raup Laba Rp455 Triliun, Turun Hampir 40 Persen
Selasa, 08 Agustus 2023 - 11:08 WIB
Peringkat itu muncul setelah perusahaan raksasa minyak itu melaporkan laba lebih dari USD160 miliar sepanjang tahun 2022, atau terbesar yang pernah dicatat oleh perusahaan publik.
Apa yang didapatkan Aramco bakal menjadi perhatian hingga akhir tahun ini, ketika Uni Emirat Arab, produsen minyak utama lainnya, bakal menjadi tuan rumah pembicaraan iklim tahunan PBB yang bertujuan membuat dunia memangkas emisi dan mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil.
Sebelumnya Aramco diuntungkan dari lonjakan harga minyak pada tahun lalu yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina. Minyak yang diperdagangkan secara internasional memuncak pada lebih dari USD120 per barel pada Juni 2022 sebelum menetap di kisaran USD75 hingga USD85 untuk sebagian besar tahun lalu.
Robin Mills, CEO Qamar Energy, sebuah konsultan energi yang berbasis di UEA, mengatakan "tidak mengherankan" bahwa pendapatan Aramco turun. Ia menambahkan, mereka punya nasib lebih baik daripada beberapa perusahaan minyak lainnya dalam penurunan baru-baru ini.
"Hasil yang relatif bagus untuk Aramco, mengingat situasinya," katanya.
Arab Saudi telah berulang kali memangkas produksi minyaknya dalam beberapa bulan terakhir dan menekan sesama anggota OPEC untuk melakukan hal yang sama dalam upaya untuk mendorong harga dalam menghadapi pelemahan permintaan dari China dan kenaikan suku bunga yang bertujuan memerangi inflasi.
Disamping itu kerajaan membutuhkan harga minyak yang tinggi untuk mendanai Visi 2030, sebuah rencana mahal dan luas untuk merombak ekonomi dan mengubah dirinya menjadi pusat regional untuk bisnis dan pariwisata.
Rencana tersebut mencakup beberapa hal yang disebut "gigaprojects," termasuk pembangunan kota futuristik senilai USD500 miliar di pantai Laut Merah. Arab Saudi juga menginvestasikan miliaran dolar dalam pariwisata, hiburan dan olahraga, termasuk merger kontroversial dengan PGA Tour dan perekrutan beberapa bintang sepak bola terbesar untuk bermain untuk klub lokal.
Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan, bahwa Arab Saudi membutuhkan harga minyak sekitar USD80 per barel untuk menghindari defisit. Patokan minyak mentah AS untuk pengiriman September naik USD1,27 menjadi USD82,82 per barel pada hari Jumat. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik USD1,10 menjadi USD86,24 per barel.
Sebelumnya Aramco mengumpulkan rekor USD29,4 miliar melalui penawaran umum awal 2019 di mana ia menjual kurang dari 2% dari perusahaan kepada investor.
Apa yang didapatkan Aramco bakal menjadi perhatian hingga akhir tahun ini, ketika Uni Emirat Arab, produsen minyak utama lainnya, bakal menjadi tuan rumah pembicaraan iklim tahunan PBB yang bertujuan membuat dunia memangkas emisi dan mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil.
Sebelumnya Aramco diuntungkan dari lonjakan harga minyak pada tahun lalu yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina. Minyak yang diperdagangkan secara internasional memuncak pada lebih dari USD120 per barel pada Juni 2022 sebelum menetap di kisaran USD75 hingga USD85 untuk sebagian besar tahun lalu.
Robin Mills, CEO Qamar Energy, sebuah konsultan energi yang berbasis di UEA, mengatakan "tidak mengherankan" bahwa pendapatan Aramco turun. Ia menambahkan, mereka punya nasib lebih baik daripada beberapa perusahaan minyak lainnya dalam penurunan baru-baru ini.
"Hasil yang relatif bagus untuk Aramco, mengingat situasinya," katanya.
Arab Saudi telah berulang kali memangkas produksi minyaknya dalam beberapa bulan terakhir dan menekan sesama anggota OPEC untuk melakukan hal yang sama dalam upaya untuk mendorong harga dalam menghadapi pelemahan permintaan dari China dan kenaikan suku bunga yang bertujuan memerangi inflasi.
Disamping itu kerajaan membutuhkan harga minyak yang tinggi untuk mendanai Visi 2030, sebuah rencana mahal dan luas untuk merombak ekonomi dan mengubah dirinya menjadi pusat regional untuk bisnis dan pariwisata.
Rencana tersebut mencakup beberapa hal yang disebut "gigaprojects," termasuk pembangunan kota futuristik senilai USD500 miliar di pantai Laut Merah. Arab Saudi juga menginvestasikan miliaran dolar dalam pariwisata, hiburan dan olahraga, termasuk merger kontroversial dengan PGA Tour dan perekrutan beberapa bintang sepak bola terbesar untuk bermain untuk klub lokal.
Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan, bahwa Arab Saudi membutuhkan harga minyak sekitar USD80 per barel untuk menghindari defisit. Patokan minyak mentah AS untuk pengiriman September naik USD1,27 menjadi USD82,82 per barel pada hari Jumat. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik USD1,10 menjadi USD86,24 per barel.
Sebelumnya Aramco mengumpulkan rekor USD29,4 miliar melalui penawaran umum awal 2019 di mana ia menjual kurang dari 2% dari perusahaan kepada investor.
tulis komentar anda