Masalah Ekonomi China Bertambah, Raksasa Properti Country Garden Rugi Rp114,8 Triliun
Sabtu, 12 Agustus 2023 - 10:15 WIB
BEIJING - Salah satu pengembang properti terbesar di China , Country Garden memperingatkan bahwa perusahaan kemungkinan besar bakal menelan kerugian hingga USD7,6 Miliar atau setara Rp114,8 triliun (Kurs Rp15.118 per USD) selama periode enam bulan pertama tahun ini. Pengumuman ini menjadi tanda terbaru dari masalah utama yang dihadapi oleh ekonomi terbesar kedua di dunia.
Di sisi lain seperti dilansir BBC, pekan ini data resmi menunjukkan China telah tergelincir ke dalam deflasi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Ekspor China juga mengalami penurunan tajam, sementara pengangguran kaum muda berada pada rekor tertinggi.Sementara itu saham Country Garden Holdings turun hampir 10% di perdagangan Hong Kong pada Jumat pagi.
"Country Garden diperkirakan akan mencatat kerugian bersih mulai dari sekitar RMB45 miliar (USD6,24 miliar) hingga RMB55 miliar untuk enam bulan yang berakhir 30 Juni 2023," kata perusahaan dalam sebuah pengumuman ke Bursa Efek Hong Kong.
Perusahaan itu juga mengatakan telah membentuk satuan tugas khusus, yang dipimpin oleh Chairman Yang Huiyan, untuk menemukan cara strategi bisnis yang baru.
Sebelumnya pada hari Kamis, lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat perusahaan, mengutip "peningkatan likuiditas dan risiko pembiayaan kembali". Kondisi ini terjadi ketika China menghadapi sejumlah tantangan ekonomi, yang telah menimbulkan pertanyaan tentang laju pemulihan pascapandemi.
Awal pekan ini, angka resmi menunjukkan ekspor China turun lebih besar dari perkiraan 14,5% pada Juli dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara impor turun 12,4%. Sedangkan pengangguran kaum muda, yang berada pada rekor tertinggi, juga diawasi ketat karena rekor 11,58 juta lulusan universitas diperkirakan akan memasuki pasar kerja tahun ini.
Tekanan yang dialami Beijing juga menjadi perhatian Presiden AS, Joe Biden yang mengatakan, bahwa masalah ekonomi China yang berkembang membuatnya menjadi "bom waktu'. Pada acara penggalangan dana di negara bagian barat Utah, Biden juga mengatakan "China dalam masalah" saat ia menyoroti tingginya pengangguran dan tenaga kerja yang menua.
Negara ini juga tengah menghadapi tantangan dalam mengatasi utang pemerintah daerah yang membengkak dan tantangan di pasar perumahan. Bulan lalu, Evergrande, yang pernah menjadi perusahaan real estat terbesar di China, mengungkapkan bahwa total kerugian yang dialami sepanjang periode tahun 2021 dan 2022 mencapai sebesar USD81,1 miliar.
Apa yang dialami Evergrande, terjadi saat perusahaan gagal membayar utangnya pada akhir 2021. Evergrande telah berjuang untuk bertahan dengan beban utang mencapai USD300 miliar.Kerugian besar pengembang menjadi sorotan, sejauh mana mereka mengalami guncangan dalam beberapa tahun terakhir oleh krisis pasar properti di China.
Baca Juga
Di sisi lain seperti dilansir BBC, pekan ini data resmi menunjukkan China telah tergelincir ke dalam deflasi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Ekspor China juga mengalami penurunan tajam, sementara pengangguran kaum muda berada pada rekor tertinggi.Sementara itu saham Country Garden Holdings turun hampir 10% di perdagangan Hong Kong pada Jumat pagi.
"Country Garden diperkirakan akan mencatat kerugian bersih mulai dari sekitar RMB45 miliar (USD6,24 miliar) hingga RMB55 miliar untuk enam bulan yang berakhir 30 Juni 2023," kata perusahaan dalam sebuah pengumuman ke Bursa Efek Hong Kong.
Perusahaan itu juga mengatakan telah membentuk satuan tugas khusus, yang dipimpin oleh Chairman Yang Huiyan, untuk menemukan cara strategi bisnis yang baru.
Sebelumnya pada hari Kamis, lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat perusahaan, mengutip "peningkatan likuiditas dan risiko pembiayaan kembali". Kondisi ini terjadi ketika China menghadapi sejumlah tantangan ekonomi, yang telah menimbulkan pertanyaan tentang laju pemulihan pascapandemi.
Awal pekan ini, angka resmi menunjukkan ekspor China turun lebih besar dari perkiraan 14,5% pada Juli dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara impor turun 12,4%. Sedangkan pengangguran kaum muda, yang berada pada rekor tertinggi, juga diawasi ketat karena rekor 11,58 juta lulusan universitas diperkirakan akan memasuki pasar kerja tahun ini.
Tekanan yang dialami Beijing juga menjadi perhatian Presiden AS, Joe Biden yang mengatakan, bahwa masalah ekonomi China yang berkembang membuatnya menjadi "bom waktu'. Pada acara penggalangan dana di negara bagian barat Utah, Biden juga mengatakan "China dalam masalah" saat ia menyoroti tingginya pengangguran dan tenaga kerja yang menua.
Negara ini juga tengah menghadapi tantangan dalam mengatasi utang pemerintah daerah yang membengkak dan tantangan di pasar perumahan. Bulan lalu, Evergrande, yang pernah menjadi perusahaan real estat terbesar di China, mengungkapkan bahwa total kerugian yang dialami sepanjang periode tahun 2021 dan 2022 mencapai sebesar USD81,1 miliar.
Apa yang dialami Evergrande, terjadi saat perusahaan gagal membayar utangnya pada akhir 2021. Evergrande telah berjuang untuk bertahan dengan beban utang mencapai USD300 miliar.Kerugian besar pengembang menjadi sorotan, sejauh mana mereka mengalami guncangan dalam beberapa tahun terakhir oleh krisis pasar properti di China.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda