Rubel Keok Ditekuk USD, Kebijakan Moneter Bank Rusia Jadi Sorotan
Senin, 14 Agustus 2023 - 17:03 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rubel terus merosot terhadap dolar AS dan kini menyentuh angka 101 per USD . Penasehat ekonomi Presiden Vladimir Putin menyalahkan Kebijakan moneter yang diambil bank sentral - Bank Rusia, atas pelemahan tersebut.
Kejatuhan rubel tak tertahan kendati pendapatan ekspor meningkat dan langkah kontrol modal oleh bank sentral Rusia. Rubel juga melemah ke level terendah dalam 16 bulan terakhir, di angka 110 per euro. Sementara, level terendah rubel terhadap dolar AS terjadi Maret tahun lalu, di angka 120 per USD. Namun, rubel berhasil pulih beberapa bulan kemudian.
Sementara, sepanjang tahun ini rubel tercatat terus melemah dan tergerus hampir 25% terhadap dolar AS. Pekan lalu, Bank Rusia mengumumkan rencana untuk menghentikan pembelian mata uang asing di pasar domestik di bawah mekanisme anggaran yang digunakan untuk melindungi ekonomi dari harga komoditas yang bergejolak.
Terlepas dari depresiasi tajam tersebut, penasihat ekonomi Presiden Vladimir Putin Maksim Oreshkin meyakini rubel akan kembali stabil. "Nilai tukar saat ini telah menyimpang secara signifikan dari level fundamental, dan normalisasi diharapkan terjadi dalam waktu dekat," kata Oreshkin seperti dilansir RT.com, Senin (14/8/2023).
Dia menambahkan, pelemahan rubel telah memperumit transformasi struktural ekonomi dan berdampak negatif pada pendapatan riil penduduk. Oreshkin mengingatkan, adalah kepentingan ekonomi Rusia untuk memiliki rubel yang kuat.
Bank Rusia dan Kementerian Keuangan sebelumnya menyalahkan penurunan rubel pada perubahan neraca perdagangan. Sementara, Oreshkin menilai penurunan tersebut terjadi karena kebijakan moneter regulator. "Bank sentral memiliki semua alat untuk menormalkan situasi dalam waktu dekat dan memastikan suku bunga pinjaman diturunkan ke tingkat yang berkelanjutan," tandasnya.
Kejatuhan rubel tak tertahan kendati pendapatan ekspor meningkat dan langkah kontrol modal oleh bank sentral Rusia. Rubel juga melemah ke level terendah dalam 16 bulan terakhir, di angka 110 per euro. Sementara, level terendah rubel terhadap dolar AS terjadi Maret tahun lalu, di angka 120 per USD. Namun, rubel berhasil pulih beberapa bulan kemudian.
Sementara, sepanjang tahun ini rubel tercatat terus melemah dan tergerus hampir 25% terhadap dolar AS. Pekan lalu, Bank Rusia mengumumkan rencana untuk menghentikan pembelian mata uang asing di pasar domestik di bawah mekanisme anggaran yang digunakan untuk melindungi ekonomi dari harga komoditas yang bergejolak.
Terlepas dari depresiasi tajam tersebut, penasihat ekonomi Presiden Vladimir Putin Maksim Oreshkin meyakini rubel akan kembali stabil. "Nilai tukar saat ini telah menyimpang secara signifikan dari level fundamental, dan normalisasi diharapkan terjadi dalam waktu dekat," kata Oreshkin seperti dilansir RT.com, Senin (14/8/2023).
Dia menambahkan, pelemahan rubel telah memperumit transformasi struktural ekonomi dan berdampak negatif pada pendapatan riil penduduk. Oreshkin mengingatkan, adalah kepentingan ekonomi Rusia untuk memiliki rubel yang kuat.
Bank Rusia dan Kementerian Keuangan sebelumnya menyalahkan penurunan rubel pada perubahan neraca perdagangan. Sementara, Oreshkin menilai penurunan tersebut terjadi karena kebijakan moneter regulator. "Bank sentral memiliki semua alat untuk menormalkan situasi dalam waktu dekat dan memastikan suku bunga pinjaman diturunkan ke tingkat yang berkelanjutan," tandasnya.
(fjo)
tulis komentar anda