Rubel Melemah, Masyarakat Rusia Ramai-ramai Jual Dolar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penurunan nilai tukar rubel terhadap mata uang asing utama telah mendorong banyak orang Rusia menjual kepemilikan dolar dan euro mereka. Hal itu diungkapkan Bank Rusia dalam tinjauan risiko keuangan bulanan yang diterbitkan minggu ini.
Menurut regulator, setelah nilai tukar mata uang Rusia tersebut melewati 90 rubel terhadap dolar pada awal Juli, masyarakat Rusia mulai membuang mata uang asing. Bank Rusia mencatat, masyarakat Rusia telah menjual mata uang asing mereka senilai USD450 juta selama sebulan. Sebagian besar penjualan terjadi pada paruh pertama bulan Juli.
"Secara keseluruhan, rubel melemah 2,3% terhadap dolar bulan lalu. Tekanan pada rubel terus diberikan oleh berkurangnya neraca perdagangan luar negeri dan rendahnya volume penjualan pendapatan mata uang asing oleh eksportir," kata bank sentral dalam ulasan tersebut seperti dilansir RT.com, MInggu (13/8/2023).
Akan tetapi, dicatat bahwa pelemahan rubel pada bulan Juli tidak signifikan dibandingkan dengan penurunan hingga 10,4% terhadap dolar pada akhir Juni. Rubel diakui telah melemah terhadap mata uang Barat selama beberapa bulan terakhir.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menghubungkan hal itu dengan tren perubahan neraca perdagangan negara di tengah tekanan sanksi Barat dan permintaan yang kuat untuk mata uang asing selama musim panas. Pada awal Juni, dolar dihargai sekitar 80-81 rubel, dan pada Juli bernilai sekitar 89 rubel. Ini memuncak pada 6 Juli, ketika nilai tukar melebihi 93 rubel terhadap dolar untuk pertama kalinya sejak Maret 2022. Tren berlanjut bulan ini, dengan rubel melintasi 98 terhadap dolar pada 9 Agustus.
Sementara itu, regulator mengatakan bahwa pasar mata uang yang diperdagangkan di bursa Rusia terus berpaling dari dolar dan euro yang "beracun", ke mata uang negara-negara sahabat, atau uang dari negara-negara yang tidak memberikan sanksi terhadap Rusia sehubungan dengan konflik di Ukraina.
Misalnya, pangsa yuan China di pasar melonjak dari 39,8% pada Juni menjadi 44,0% pada Juli, yang merupakan rekor tertinggi baru untuk Rusia. Sementara, pangsa euro dan dolar turun dari 58,8% pada Juni menjadi 54,4% bulan lalu.
Menurut regulator, setelah nilai tukar mata uang Rusia tersebut melewati 90 rubel terhadap dolar pada awal Juli, masyarakat Rusia mulai membuang mata uang asing. Bank Rusia mencatat, masyarakat Rusia telah menjual mata uang asing mereka senilai USD450 juta selama sebulan. Sebagian besar penjualan terjadi pada paruh pertama bulan Juli.
"Secara keseluruhan, rubel melemah 2,3% terhadap dolar bulan lalu. Tekanan pada rubel terus diberikan oleh berkurangnya neraca perdagangan luar negeri dan rendahnya volume penjualan pendapatan mata uang asing oleh eksportir," kata bank sentral dalam ulasan tersebut seperti dilansir RT.com, MInggu (13/8/2023).
Akan tetapi, dicatat bahwa pelemahan rubel pada bulan Juli tidak signifikan dibandingkan dengan penurunan hingga 10,4% terhadap dolar pada akhir Juni. Rubel diakui telah melemah terhadap mata uang Barat selama beberapa bulan terakhir.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menghubungkan hal itu dengan tren perubahan neraca perdagangan negara di tengah tekanan sanksi Barat dan permintaan yang kuat untuk mata uang asing selama musim panas. Pada awal Juni, dolar dihargai sekitar 80-81 rubel, dan pada Juli bernilai sekitar 89 rubel. Ini memuncak pada 6 Juli, ketika nilai tukar melebihi 93 rubel terhadap dolar untuk pertama kalinya sejak Maret 2022. Tren berlanjut bulan ini, dengan rubel melintasi 98 terhadap dolar pada 9 Agustus.
Sementara itu, regulator mengatakan bahwa pasar mata uang yang diperdagangkan di bursa Rusia terus berpaling dari dolar dan euro yang "beracun", ke mata uang negara-negara sahabat, atau uang dari negara-negara yang tidak memberikan sanksi terhadap Rusia sehubungan dengan konflik di Ukraina.
Misalnya, pangsa yuan China di pasar melonjak dari 39,8% pada Juni menjadi 44,0% pada Juli, yang merupakan rekor tertinggi baru untuk Rusia. Sementara, pangsa euro dan dolar turun dari 58,8% pada Juni menjadi 54,4% bulan lalu.
(fjo)