Rupiah Makin Parah, Hari Ini Anjlok Sentuh Level Rp15.341 per USD
Selasa, 15 Agustus 2023 - 16:08 WIB
Seperti halnya gejolak politik AS yang terus berlanjut, dengan mantan Presiden AS Donald Trump dihantam dengan lebih banyak dakwaan kriminal ketika dewan juri Georgia mengeluarkan dakwaan Senin malam yang menuduhnya mencoba membalikkan kekalahan pemilu 2020 dari Demokrat Joe Biden.
Dari sisi internal, pemerintah menegaskan bahwa kondisi ekonomi global masih menunjukkan pelemahan. Hal ini tercermin dari PMI (purchasing managers index) Manufaktur global yang masih dalam posisi kontraktif yaitu dibawah 50. Terutama dari negara-negara seperti Eropa dan Tiongkok yang merupakan dua negara besar yang PMI nya lemah.
Di sisi lain, PMI Manufaktur Indonesia masih berada di zona ekpansif yang menguat yaitu berada di level 53,3 pada Juli 2023. Menkeu menjelaskan, sedangkan Eropa sangat turun di level 42,7. Kemudian Tiongkok masih berada di 49,2, Amerika Serikat (AS) 49,0, dan Jepang juga negatif di level 49,0.
Sementara itu, Indonesia dan India menjadi dua negara yang memiliki ekonomi kuat dan mengalami pertumbuhan yang tinggi. Sementara, ada negara-negara di ASEAN maupun Asia yang selama ini cukup kuat, namun saat ini dalam posisi tertindas oleh ekonomi global yang melemah.
Seperti Vietnam yang selama pandemi menunjukan kinerja yang kuat sekarang mengalami pelemahan di 48,7, dan Malaysia 47,8. Di lihat dari total negara yang di survei, sebanyak 72,7% berada dalam aktifitas PMI manufaktur yang kontaktif. Artinya perekonomian dunia dicirikan dengan mayoritas negara dengan kondisi kegiatan manufakturnya melambat.
Selanjutnya, PMI yang di atas 50 hanya sebesar 9,1%. Artinya menunjukan ekspansi namun dalam tren melambat. Serta, sebanyak 18,2% PMI nya menunjukan ekspansi dan akseleratif, ini termasuk negara Indonesia, India, Filipina, dan Meksiko.
Berdasarkan sentimen diatas, mata uang rupiah diprediksi masih bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup melemah di rentang Rp15.320 - Rp15.390 per USD.
Dari sisi internal, pemerintah menegaskan bahwa kondisi ekonomi global masih menunjukkan pelemahan. Hal ini tercermin dari PMI (purchasing managers index) Manufaktur global yang masih dalam posisi kontraktif yaitu dibawah 50. Terutama dari negara-negara seperti Eropa dan Tiongkok yang merupakan dua negara besar yang PMI nya lemah.
Di sisi lain, PMI Manufaktur Indonesia masih berada di zona ekpansif yang menguat yaitu berada di level 53,3 pada Juli 2023. Menkeu menjelaskan, sedangkan Eropa sangat turun di level 42,7. Kemudian Tiongkok masih berada di 49,2, Amerika Serikat (AS) 49,0, dan Jepang juga negatif di level 49,0.
Sementara itu, Indonesia dan India menjadi dua negara yang memiliki ekonomi kuat dan mengalami pertumbuhan yang tinggi. Sementara, ada negara-negara di ASEAN maupun Asia yang selama ini cukup kuat, namun saat ini dalam posisi tertindas oleh ekonomi global yang melemah.
Seperti Vietnam yang selama pandemi menunjukan kinerja yang kuat sekarang mengalami pelemahan di 48,7, dan Malaysia 47,8. Di lihat dari total negara yang di survei, sebanyak 72,7% berada dalam aktifitas PMI manufaktur yang kontaktif. Artinya perekonomian dunia dicirikan dengan mayoritas negara dengan kondisi kegiatan manufakturnya melambat.
Selanjutnya, PMI yang di atas 50 hanya sebesar 9,1%. Artinya menunjukan ekspansi namun dalam tren melambat. Serta, sebanyak 18,2% PMI nya menunjukan ekspansi dan akseleratif, ini termasuk negara Indonesia, India, Filipina, dan Meksiko.
Berdasarkan sentimen diatas, mata uang rupiah diprediksi masih bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup melemah di rentang Rp15.320 - Rp15.390 per USD.
(akr)
tulis komentar anda