Dihantam Data Makro, Wall Street Dibuka Sempoyongan
Jum'at, 18 Agustus 2023 - 23:00 WIB
JAKARTA - Indeks utama Wall Street melemah pada pembukaan perdagangan Jumat (18/8/2023). Aksi jual selama tiga sesi berturut-turut mendorong sejumlah saham big caps terkoreksi.
Secara fundamental, pelaku pasar masih mengkhawatirkan potensi kenaikan suku bunga, terlebih setelah rilis sejumlah data makro.
Dow Jones Industrial Average melemah 0,58% di 34.274,82. S&P 500 terkoreksi 0,73% di 4.338,26, sedangkan Nasdaq Composite turun 1,01% menjadi 13.182,23.
Sepanjang pekan ini, ketiga indeks utama pasar modal Amerika Serikat tertekan lebih dari 2%, setelah rentetan kabar data ekonomi makro yang kuat, termasuk penurunan klaim pengangguran, hingga angka ritel, sehingga membawa kekhawatiran baru bagi investor.
Kecemasan pasar terlihat dari kenaikan yield atau imbal hasil surat utang negara yang mencapai level tertingginya dalam 10 bulan terakhir, tertinggi sejak 2007. Analis menilai kenaikan yield obligasi pemerintah dapat menekan appetite (selera) investor yang menggenggam aset-aset yang lebih berisiko seperti saham.
"Investor masih melihat data ekonomi, dan memproyeksikan bahwa bank sentral (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan belum membatasi pengetatan," kata Chief Market Strategist B Riley Wealth, Art Hogan, dilansir Reuters, Jumat (18/8/2023).
Malam ini indikator FedWatch dari CME Group membaca peluang 91% suku bunga The Fed kemungkinan akan tertahan di level saat ini.
Sentimen juga datang dari pemulihan ekonomi China ang melamban, hingga meningkatnya kekhawatiran terhadap pasar propertnya, setelah Evergrande mengajukan pailit di pengadilan New York, AS.
Akhir pekan ini tidak ada data ekonomi yang dinanti pasar. Fokusnya akan beralih terhadap pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada pekan depan di Jackson Hole.
Secara fundamental, pelaku pasar masih mengkhawatirkan potensi kenaikan suku bunga, terlebih setelah rilis sejumlah data makro.
Dow Jones Industrial Average melemah 0,58% di 34.274,82. S&P 500 terkoreksi 0,73% di 4.338,26, sedangkan Nasdaq Composite turun 1,01% menjadi 13.182,23.
Sepanjang pekan ini, ketiga indeks utama pasar modal Amerika Serikat tertekan lebih dari 2%, setelah rentetan kabar data ekonomi makro yang kuat, termasuk penurunan klaim pengangguran, hingga angka ritel, sehingga membawa kekhawatiran baru bagi investor.
Kecemasan pasar terlihat dari kenaikan yield atau imbal hasil surat utang negara yang mencapai level tertingginya dalam 10 bulan terakhir, tertinggi sejak 2007. Analis menilai kenaikan yield obligasi pemerintah dapat menekan appetite (selera) investor yang menggenggam aset-aset yang lebih berisiko seperti saham.
"Investor masih melihat data ekonomi, dan memproyeksikan bahwa bank sentral (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan belum membatasi pengetatan," kata Chief Market Strategist B Riley Wealth, Art Hogan, dilansir Reuters, Jumat (18/8/2023).
Malam ini indikator FedWatch dari CME Group membaca peluang 91% suku bunga The Fed kemungkinan akan tertahan di level saat ini.
Sentimen juga datang dari pemulihan ekonomi China ang melamban, hingga meningkatnya kekhawatiran terhadap pasar propertnya, setelah Evergrande mengajukan pailit di pengadilan New York, AS.
Baca Juga
Akhir pekan ini tidak ada data ekonomi yang dinanti pasar. Fokusnya akan beralih terhadap pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada pekan depan di Jackson Hole.
(uka)
tulis komentar anda