Pertalite Diganti Pertamax Green 92 Tahun Depan, Ini Kata Menteri ESDM
Sabtu, 02 September 2023 - 15:00 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara terkait rencana menghapus pertalite digantikan dengan pertamax green 92. Arifin mengatakan bahwa rencana tersebut masih dalam kajian karena bahan baku etanol dari Indonesia belum cukup.
"Etanol kan kita belum punya, kemarin baru uji coba yang di Jawa Timur. Sekarang kebun-kebun di Jawa Timur mau diupayakan dengan teknologi dari Brazil, untuk bisa produksi," ungkap dia saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Arifin mengatakan pengembangan tebu akan dilakukan di Papua karena asal muasalnya memang dari sana. "Bisa tidak kita optimalkan itu. Jadi kalau sudah etanol nanti kita seperti Brazil selfrelience sama green fuel," jelasnya.
Arifin pun menekankan bahwa dengan pengembangan kebun dan tebu ini tidak akan ada perebutan kebutuhan gula dan etanol.
"Kalau kebun tebu kita gedein, produktfitas per hektar dibanyakin sehingga nggak berebut dong. Yang penting buat makanan ada, buat energi ada," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati meminta dukungan Komisi VII untuk merilis Pertamax Green 92 menggantikan pertalite. Nantinya tahun depan hanya akan ada 3 produk Pertamax Green 92 dengan campuran RON 90 dengan campuran 7% etanol E7. Selanjutnya, Pertamax Green 95 yang merupakan Pertamax dengan campuran 8 persen etanol, dan ketiga Pertamax Turbo.
Berdasarkan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) BBM yang boleh dijual di Indonesia sejatinya paling minim yakni kualitas oktan 91. "Jadi itu sudah sangat pas, dari aspek lingkungan. Kedua mandatori bioetanol, bioenergi bisa kita penuhi dan ketiga kita menurunkan impor gasoline," jelasnya.
Nicke berharap dengan demikian maka investasi di sektor energi hijau akan meningkat. Apalagi menurutnya, pemeritah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 20003 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). "Jadi kita tentu berharap dari situ ada tambahan supply 1,2 juta kl untuk campuran gasoline ini," jelas Nicke.
"Etanol kan kita belum punya, kemarin baru uji coba yang di Jawa Timur. Sekarang kebun-kebun di Jawa Timur mau diupayakan dengan teknologi dari Brazil, untuk bisa produksi," ungkap dia saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Arifin mengatakan pengembangan tebu akan dilakukan di Papua karena asal muasalnya memang dari sana. "Bisa tidak kita optimalkan itu. Jadi kalau sudah etanol nanti kita seperti Brazil selfrelience sama green fuel," jelasnya.
Arifin pun menekankan bahwa dengan pengembangan kebun dan tebu ini tidak akan ada perebutan kebutuhan gula dan etanol.
"Kalau kebun tebu kita gedein, produktfitas per hektar dibanyakin sehingga nggak berebut dong. Yang penting buat makanan ada, buat energi ada," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati meminta dukungan Komisi VII untuk merilis Pertamax Green 92 menggantikan pertalite. Nantinya tahun depan hanya akan ada 3 produk Pertamax Green 92 dengan campuran RON 90 dengan campuran 7% etanol E7. Selanjutnya, Pertamax Green 95 yang merupakan Pertamax dengan campuran 8 persen etanol, dan ketiga Pertamax Turbo.
Berdasarkan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) BBM yang boleh dijual di Indonesia sejatinya paling minim yakni kualitas oktan 91. "Jadi itu sudah sangat pas, dari aspek lingkungan. Kedua mandatori bioetanol, bioenergi bisa kita penuhi dan ketiga kita menurunkan impor gasoline," jelasnya.
Nicke berharap dengan demikian maka investasi di sektor energi hijau akan meningkat. Apalagi menurutnya, pemeritah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 20003 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). "Jadi kita tentu berharap dari situ ada tambahan supply 1,2 juta kl untuk campuran gasoline ini," jelas Nicke.
(nng)
tulis komentar anda