Perusahaan Logam Non-Besi Asal Korsel Siap Kucurkan Investasi Rp9 Triliun ke RI
Sabtu, 09 September 2023 - 14:03 WIB
JAKARTA - Perusahaan pengolahan logam non-besi asal Korea Selatan ( Korsel ) Korea Zinc berminat untuk berinvestasi di Indonesia dalam bentuk kerja sama Joint Venture dengan perusahaan lokal dengan nilai rencana investasi sebesar USD 600 juta atau sekitar Rp9 triliun.
Rencana investasi tersebut disampaikan oleh Executive Chairman & CEO Korea Zinc Choi Yun-beom kepada Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta.
Menteri Bahlil mengatakan, Korea Zinc berencana mendirikan fasilitas smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Indonesia yang dapat menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) dengan kapasitas 40.000 ton per tahun.
"Dengan keberhasilannya menghasilkan pendapatan USD8,7 triliun pada 2022, Korea Zinc menyampaikan ketertarikan untuk berkolaborasi dengan Indonesia melalui investasi pengolahan nikel dengan kapasitas 40.000 ton logam nikel per tahun," ungkap Bahlil dalam keterangan resminya dikutip Sabtu (9/9/2023).
Bahlil menuturkan bahwa hal tersebut menegaskan kembali potensi Indonesia sebagai tujuan investasi strategis di pasar global. "Kami berkomitmen mendukung kolaborasi ini demi kemajuan industri berkelanjutan dan pemberdayaan ekonomi nasional," tutur Bahlil.
Sebagai informasi, Korea Zinc merupakan perusahaan pengolahan logam non-besi yang berkantor pusat di Seoul dan telah beroperasi sejak tahun 1974.
Perusahaan tersebut memproduksi sekitar 21 jenis logam non-besi yang mendukung industri utama dan berkomitmen pada industri yang keberlanjutan melalui pengembangan energi terbarukan dan baterai sekunder.
Baca Juga
Rencana investasi tersebut disampaikan oleh Executive Chairman & CEO Korea Zinc Choi Yun-beom kepada Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta.
Menteri Bahlil mengatakan, Korea Zinc berencana mendirikan fasilitas smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Indonesia yang dapat menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) dengan kapasitas 40.000 ton per tahun.
"Dengan keberhasilannya menghasilkan pendapatan USD8,7 triliun pada 2022, Korea Zinc menyampaikan ketertarikan untuk berkolaborasi dengan Indonesia melalui investasi pengolahan nikel dengan kapasitas 40.000 ton logam nikel per tahun," ungkap Bahlil dalam keterangan resminya dikutip Sabtu (9/9/2023).
Baca Juga
Bahlil menuturkan bahwa hal tersebut menegaskan kembali potensi Indonesia sebagai tujuan investasi strategis di pasar global. "Kami berkomitmen mendukung kolaborasi ini demi kemajuan industri berkelanjutan dan pemberdayaan ekonomi nasional," tutur Bahlil.
Sebagai informasi, Korea Zinc merupakan perusahaan pengolahan logam non-besi yang berkantor pusat di Seoul dan telah beroperasi sejak tahun 1974.
Perusahaan tersebut memproduksi sekitar 21 jenis logam non-besi yang mendukung industri utama dan berkomitmen pada industri yang keberlanjutan melalui pengembangan energi terbarukan dan baterai sekunder.
(akr)
tulis komentar anda