Digertak Putin, Miliarder Rusia Ramai-ramai Pulangkan Aset Rp768 Triliun
Jum'at, 15 September 2023 - 10:48 WIB
JAKARTA - Miliarder Rusia ramai-ramai memulangkan aset senilai lebih dari USD50 miliar atau setara Rp768 triliun di bawah tekanan Presiden Vladimir Putin.
Mengutip Business Insider, taipan Rusia telah menarik setidaknya aset mereka ke luar Eropa sejak pecahnya perang di Ukraina. Para taipan Rusia memulangkan kekayaan mereka ke negara asal di tengah sanksi Barat dan tekanan dari Kremlin.
Selama beberapa dekade, Eropa telah menjadi tujuan pilihan bagi perusahaan-perusahaan Rusia di luar negeri untuk menyalurkan dana mereka. Namun tradisi ini akan segera berakhir seiring dengan meningkatnya biaya untuk mempertahankan modal di luar negeri.
Sanksi Eropa tidak hanya memberikan dampak buruk terhadap perusahaan-perusahaan Rusia. Namun Presiden Vladimir Putin juga telah meningkatkan upaya repatriasi sehingga mempersulit orang-orang terkaya di Rusia untuk menyimpan aset mereka di negara-negara yang dianggap tidak bersahabat.
Rusia telah mengambil langkah untuk memikat para miliardernya kembali ke negaranya. Negara ini menangguhkan perjanjian pajak ganda dan meningkatkan biaya perlindungan aset di negara-negara yang aman seperti Siprus dan Malta. Sementara, perusahaan yang mendaftar ulang di Rusia dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat pajak, menurut laporan Bloomberg.
"Hubungan Rusia-Siprus saat ini tidak berjalan dengan baik dalam hal pengiriman uang," kata Alexei Kuznetsov, dari perusahaan B1 Group yang sebelumnya beroperasi di Rusia. "Ini diselesaikan dengan pindah ke yurisdiksi sahabat atau Rusia," kata dia.
Di sisi lain, Rusia semakin mempersulit perusahaan asing, termasuk perbankan untuk meninggalkan negaranya. Moskow kini mengenakan biaya kepada perusahaan minimal 10% dari nilai penjualan bisnis lokal. Selain itu, Pemerintah Rusia juga mulai mewajibkan pengusaha dari negara yang tidak bersahabat untuk menyumbangkan 10% dari hasil penjualan demi memperkuat anggaran negara mulai Maret 2023.
Mengutip Business Insider, taipan Rusia telah menarik setidaknya aset mereka ke luar Eropa sejak pecahnya perang di Ukraina. Para taipan Rusia memulangkan kekayaan mereka ke negara asal di tengah sanksi Barat dan tekanan dari Kremlin.
Selama beberapa dekade, Eropa telah menjadi tujuan pilihan bagi perusahaan-perusahaan Rusia di luar negeri untuk menyalurkan dana mereka. Namun tradisi ini akan segera berakhir seiring dengan meningkatnya biaya untuk mempertahankan modal di luar negeri.
Baca Juga
Sanksi Eropa tidak hanya memberikan dampak buruk terhadap perusahaan-perusahaan Rusia. Namun Presiden Vladimir Putin juga telah meningkatkan upaya repatriasi sehingga mempersulit orang-orang terkaya di Rusia untuk menyimpan aset mereka di negara-negara yang dianggap tidak bersahabat.
Rusia telah mengambil langkah untuk memikat para miliardernya kembali ke negaranya. Negara ini menangguhkan perjanjian pajak ganda dan meningkatkan biaya perlindungan aset di negara-negara yang aman seperti Siprus dan Malta. Sementara, perusahaan yang mendaftar ulang di Rusia dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat pajak, menurut laporan Bloomberg.
"Hubungan Rusia-Siprus saat ini tidak berjalan dengan baik dalam hal pengiriman uang," kata Alexei Kuznetsov, dari perusahaan B1 Group yang sebelumnya beroperasi di Rusia. "Ini diselesaikan dengan pindah ke yurisdiksi sahabat atau Rusia," kata dia.
Baca Juga
Di sisi lain, Rusia semakin mempersulit perusahaan asing, termasuk perbankan untuk meninggalkan negaranya. Moskow kini mengenakan biaya kepada perusahaan minimal 10% dari nilai penjualan bisnis lokal. Selain itu, Pemerintah Rusia juga mulai mewajibkan pengusaha dari negara yang tidak bersahabat untuk menyumbangkan 10% dari hasil penjualan demi memperkuat anggaran negara mulai Maret 2023.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda