Krisis Properti China Memburuk, Sino-Ocean Setop Bayar Utang Luar Negeri
Jum'at, 15 September 2023 - 15:44 WIB
JAKARTA - Pengembang properti asal China , Sino-Ocean Group telah membekukan pembayaran atas semua utang luar negerinya termasuk hampir USD4 miliar obligasi dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu menandakan pasar properti di negara tersebut sedang terperosok dalam kesulitan.
Perusahaan tersebut meminta persetujuan dari para pemegang obligasi untuk memperpanjang jatuh tempo obligasi antara tahun 2024 dan 2029 serta membekukan pembayaran atas semua pinjaman luar negeri,demikian menurut pengajuan bursa pada hari Jumat. Perdagangan sekuritas dan sahamnya dihentikan setelah pengumuman tersebut.
Mengutip South China Morning Post, Sino-Ocean memiliki pinjaman sebesar 91,9 miliar yuan atau USD12,7 miliar pada 30 Juni, menurut laporan interim terakhir kepada para pemegang saham yang diterbitkan awal pekan ini, di mana 49% di antaranya akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan. Sekitar 43% dari total pinjaman tersebut didenominasikan dalam mata uang asing.
Kebijakan tiga garis merah China, yang diperkenalkan pada Agustus 2020 untuk mengekang utang yang berlebihan di industri properti justru memicu krisis likuiditas dan gagal bayar senilai USUD29 miliar.
Sejak China Evergrande Group tersandung krisis dua tahun lalu, korban-korban baru bermunculan. Country Garden Holdings, yang pernah menjadi pembangun rumah terbesar di China dan menjadi standar emas di industri ini, bulan ini menghubungi para kreditur untuk menunda kewajiban utangnya.
"Grup ini telah mengalami penurunan pesat dalam penjualan kontrak dan peningkatan ketidakpastian dalam pelepasan aset dan terus menerus menghadapi keterbatasan dalam berbagai aktivitas pembiayaan," kata Sino-Ocean yang berbasis di Beijing dalam pengajuannya. "Jalan yang optimal ke depan adalah restrukturisasi holistik untuk menstabilkan operasinya," tambahnya.
Perusahaan ini menyewa bank investasi AS Houlihan Lokey untuk menata ulang keuangannya dan mempertahankan Sidley Austin untuk memberikan nasihat hukum. Saham Sino-Ocean ditutup pada harga SHK0,66 per lembar pada Kamis (15/9) setelah kehilangan 42% dari nilai pasar tahun ini.
Berdasarkan pengajuan pemegang saham utama perusahaan ini adalah perusahaan asuransi yang dikendalikan oleh pemerintah, China Life Group dan Dajia Insurance Group, dengan kepemilikan saham masing-masing lebih dari 29%.
Perusahaan tersebut meminta persetujuan dari para pemegang obligasi untuk memperpanjang jatuh tempo obligasi antara tahun 2024 dan 2029 serta membekukan pembayaran atas semua pinjaman luar negeri,demikian menurut pengajuan bursa pada hari Jumat. Perdagangan sekuritas dan sahamnya dihentikan setelah pengumuman tersebut.
Mengutip South China Morning Post, Sino-Ocean memiliki pinjaman sebesar 91,9 miliar yuan atau USD12,7 miliar pada 30 Juni, menurut laporan interim terakhir kepada para pemegang saham yang diterbitkan awal pekan ini, di mana 49% di antaranya akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan. Sekitar 43% dari total pinjaman tersebut didenominasikan dalam mata uang asing.
Kebijakan tiga garis merah China, yang diperkenalkan pada Agustus 2020 untuk mengekang utang yang berlebihan di industri properti justru memicu krisis likuiditas dan gagal bayar senilai USUD29 miliar.
Sejak China Evergrande Group tersandung krisis dua tahun lalu, korban-korban baru bermunculan. Country Garden Holdings, yang pernah menjadi pembangun rumah terbesar di China dan menjadi standar emas di industri ini, bulan ini menghubungi para kreditur untuk menunda kewajiban utangnya.
"Grup ini telah mengalami penurunan pesat dalam penjualan kontrak dan peningkatan ketidakpastian dalam pelepasan aset dan terus menerus menghadapi keterbatasan dalam berbagai aktivitas pembiayaan," kata Sino-Ocean yang berbasis di Beijing dalam pengajuannya. "Jalan yang optimal ke depan adalah restrukturisasi holistik untuk menstabilkan operasinya," tambahnya.
Perusahaan ini menyewa bank investasi AS Houlihan Lokey untuk menata ulang keuangannya dan mempertahankan Sidley Austin untuk memberikan nasihat hukum. Saham Sino-Ocean ditutup pada harga SHK0,66 per lembar pada Kamis (15/9) setelah kehilangan 42% dari nilai pasar tahun ini.
Berdasarkan pengajuan pemegang saham utama perusahaan ini adalah perusahaan asuransi yang dikendalikan oleh pemerintah, China Life Group dan Dajia Insurance Group, dengan kepemilikan saham masing-masing lebih dari 29%.
tulis komentar anda