BI Diminta Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75%, Ekonom Ungkap Alasannya
Kamis, 21 September 2023 - 10:39 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) disarankan tetap mempertahankan suku bunga di level 5,75%. Saran ini disampaikan oleh Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia, Teuku Riefky dengan mempertimbangkan sejumlah hal.
Pertama, data inflasi yang baru dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia untuk bulan Agustus 2023 menunjukkan bahwa inflasi tahunan Indonesia naik sedikit setelah mengalami penurunan selama lima bulan berturut-turut, namun masih berada dalam rentang target BI. Tingkat inflasi tahunan dilaporkan sebesar 3,27% (yoy), naik sebesar 0,19 poin persentase dibandingkan dengan inflasi bulan Juli sebesar 3,08% (yoy).
"Namun, perlu diperhatikan bahwa tercatat deflasi bulanan sebesar 0,02% (mtm) pada bulan Agustus 2023, turun dari inflasi bulanan sebesar 0,21% (mtm) sebulan sebelumnya, akibat moderasi harga hampir semua komponen," ucap Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Maka dari itu, dia menilai inflasi Indonesia tetap stabil dan sesuai dengan kisaran target BI. Tren inflasi inti, harga yang diatur pemerintah, dan kelompok makanan yang bergejolak pada bulan Agustus menunjukkan adanya upaya berkelanjutan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di tengah beragam tantangan, terutama fenomena El Nino yang diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Agustus hingga September, serta penangguhan Black Sea Grain Initiatives.
Perekonomian juga tumbuh lebih kuat dari perkiraan pada kuartal kedua tahun ini, berkat permintaan domestik yang kuat. Meskipun terjadi arus keluar modal dari pasar keuangan Indonesia karena The Fed kembali menaikkan suku bunga pada FOMC bulan Juli lalu, Indonesia mempertahankan surplus perdagangan yang lebih tinggi pada bulan Agustus 2023 dibandingkan dengan bulan Juli 2023.
"Pada bulan Agustus 2023, surplus perdagangan Indonesia mencapai USD3,12 miliar, peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan surplus USD1,29 miliar yang tercatat pada bulan Juli," ungkap Riefky.
Hal ini sekaligus menandakan 40 bulan surplus berturut-turut, catatan yang ditorehkan sejak Mei 2020. "Meski demikian, penting untuk dicatat bahwa ekspor mengalami penurunan sebesar USD5 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terutama akibat penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia," sambungnya.
Selain itu, Rupiah juga tercatat sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di antara negara berkembang. Oleh karena itu, kecukupan devisa menjadi lebih tinggi sehingga mampu membantu menstabilkan nilai tukar tanpa menimbulkan desakan bagi BI untuk mengubah tingkat suku bunga.
"Secara keseluruhan, kami melihat bahwa BI sebaiknya mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini sebesar 5,75% dengan tetap memantau stabilitas Rupiah dan menjaga harga domestik," pungkas Riefky.
Pertama, data inflasi yang baru dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia untuk bulan Agustus 2023 menunjukkan bahwa inflasi tahunan Indonesia naik sedikit setelah mengalami penurunan selama lima bulan berturut-turut, namun masih berada dalam rentang target BI. Tingkat inflasi tahunan dilaporkan sebesar 3,27% (yoy), naik sebesar 0,19 poin persentase dibandingkan dengan inflasi bulan Juli sebesar 3,08% (yoy).
"Namun, perlu diperhatikan bahwa tercatat deflasi bulanan sebesar 0,02% (mtm) pada bulan Agustus 2023, turun dari inflasi bulanan sebesar 0,21% (mtm) sebulan sebelumnya, akibat moderasi harga hampir semua komponen," ucap Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Maka dari itu, dia menilai inflasi Indonesia tetap stabil dan sesuai dengan kisaran target BI. Tren inflasi inti, harga yang diatur pemerintah, dan kelompok makanan yang bergejolak pada bulan Agustus menunjukkan adanya upaya berkelanjutan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di tengah beragam tantangan, terutama fenomena El Nino yang diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Agustus hingga September, serta penangguhan Black Sea Grain Initiatives.
Perekonomian juga tumbuh lebih kuat dari perkiraan pada kuartal kedua tahun ini, berkat permintaan domestik yang kuat. Meskipun terjadi arus keluar modal dari pasar keuangan Indonesia karena The Fed kembali menaikkan suku bunga pada FOMC bulan Juli lalu, Indonesia mempertahankan surplus perdagangan yang lebih tinggi pada bulan Agustus 2023 dibandingkan dengan bulan Juli 2023.
"Pada bulan Agustus 2023, surplus perdagangan Indonesia mencapai USD3,12 miliar, peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan surplus USD1,29 miliar yang tercatat pada bulan Juli," ungkap Riefky.
Hal ini sekaligus menandakan 40 bulan surplus berturut-turut, catatan yang ditorehkan sejak Mei 2020. "Meski demikian, penting untuk dicatat bahwa ekspor mengalami penurunan sebesar USD5 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terutama akibat penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia," sambungnya.
Selain itu, Rupiah juga tercatat sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di antara negara berkembang. Oleh karena itu, kecukupan devisa menjadi lebih tinggi sehingga mampu membantu menstabilkan nilai tukar tanpa menimbulkan desakan bagi BI untuk mengubah tingkat suku bunga.
"Secara keseluruhan, kami melihat bahwa BI sebaiknya mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini sebesar 5,75% dengan tetap memantau stabilitas Rupiah dan menjaga harga domestik," pungkas Riefky.
(akr)
tulis komentar anda