Digempur Sentimen Obligasi AS dan Harga Minyak, Rupiah Hari Ini Kian Terkapar di Rp15.520
Rabu, 27 September 2023 - 16:14 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) semakin terpuruk. Pada perdagangan Rabu (27/9/2023), rupiah turun 87 poin ke level Rp15.520 dari penutupan sebelumnya di Rp15.490.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar stabil pada hari Rabu, mendekati level tertinggi baru dalam 10 bulan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS. Sementara euro dan sterling jatuh ke posisi terendah dalam enam bulan.
Penguatan Greenback ditopang oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS yang mencapai puncaknya dalam 16 tahun. Plus, kombinasi data ekonomi yang tangguh dan retorika The Fed yang hawkish (pengencangan kebijakan moneter).
"Nada hawkish dalam pertemuan Federal Reserve baru-baru ini telah dikonfirmasi oleh para pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir, karena mereka menandai kemungkinan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah menghentikan siklus kenaikan suku bunga pada minggu lalu,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (27/9/2023).
Situasi itu telah membuat imbal hasil Treasury AS melonjak dalam beberapa hari terakhir karena para pedagang menyesuaikan diri dengan kondisi moneter yang tetap ketat lebih lama dari perkiraan semula.
Sentimen eksternal lainnya yang membuat mata uang garuda loyo adalah kenaikan harga minyak mentah dunia akibat dihentikannya ekspor bahan bakar minyak (BBM) dari Rusia ke Eropa dan Inggris sehingga membuat harga bensin dan solar terus mengalami kenaikan. Apalagi sebentar lagi akan memasuki musim dingin yang ekstrim di November 2023 yang membuat harga-harga komoditas yang lainnya ikut merangkat naik dan akan berdampak terhadap inflasi inti.
“Begitu pula Indonesia yang saat ini masih melakukan impor minyak mentah sehingga kebutuhan dolar untuk impor minyak mentah terus meningkat akibat penguatan dolar,” kata Ibrahim.
Di sisi lain pemerintah juga mengantisipasi permintaan dolar yang cukup besar bersamaan akhir kuartal III-2023 ketika banyak perusahaan yang listing di bursa, baik BUMN ataupun swasta yang harus membagi deviden untuk investor.
Kendati demikian, BI menyatakan pelemahan ini terjadi sementara. Fundamental ekonomi dalam negeri yang semakin membaik akan mendorong penguatan rupiah ke depannya.
Berdasarkan sentimen di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup kembali melemah di rentang Rp15.510-Rp15.580.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar stabil pada hari Rabu, mendekati level tertinggi baru dalam 10 bulan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS. Sementara euro dan sterling jatuh ke posisi terendah dalam enam bulan.
Penguatan Greenback ditopang oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS yang mencapai puncaknya dalam 16 tahun. Plus, kombinasi data ekonomi yang tangguh dan retorika The Fed yang hawkish (pengencangan kebijakan moneter).
"Nada hawkish dalam pertemuan Federal Reserve baru-baru ini telah dikonfirmasi oleh para pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir, karena mereka menandai kemungkinan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah menghentikan siklus kenaikan suku bunga pada minggu lalu,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (27/9/2023).
Situasi itu telah membuat imbal hasil Treasury AS melonjak dalam beberapa hari terakhir karena para pedagang menyesuaikan diri dengan kondisi moneter yang tetap ketat lebih lama dari perkiraan semula.
Sentimen eksternal lainnya yang membuat mata uang garuda loyo adalah kenaikan harga minyak mentah dunia akibat dihentikannya ekspor bahan bakar minyak (BBM) dari Rusia ke Eropa dan Inggris sehingga membuat harga bensin dan solar terus mengalami kenaikan. Apalagi sebentar lagi akan memasuki musim dingin yang ekstrim di November 2023 yang membuat harga-harga komoditas yang lainnya ikut merangkat naik dan akan berdampak terhadap inflasi inti.
“Begitu pula Indonesia yang saat ini masih melakukan impor minyak mentah sehingga kebutuhan dolar untuk impor minyak mentah terus meningkat akibat penguatan dolar,” kata Ibrahim.
Di sisi lain pemerintah juga mengantisipasi permintaan dolar yang cukup besar bersamaan akhir kuartal III-2023 ketika banyak perusahaan yang listing di bursa, baik BUMN ataupun swasta yang harus membagi deviden untuk investor.
Kendati demikian, BI menyatakan pelemahan ini terjadi sementara. Fundamental ekonomi dalam negeri yang semakin membaik akan mendorong penguatan rupiah ke depannya.
Berdasarkan sentimen di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup kembali melemah di rentang Rp15.510-Rp15.580.
(uka)
tulis komentar anda