Keok Lawan Dolar AS, Rupiah Hari Ini Ditutup Tembus Rp15.634
Rabu, 04 Oktober 2023 - 16:03 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (4/10/2023), turun 54 poin ke level Rp15.634 dari penutupan sebelumnya di Rp15.580.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat setelah investor mengantisipasi kebijakan moneter restriktif dalam jangka waktu yang lebih lama karena ketahanan ekonomi yang luas, sehingga semakin memperkuat posisi greenback di pasar mata uang global. Hal tersebut dibarengi dengan pandangan hawkish dari Federal Reserve dan imbal hasil Treasury tertinggi dalam 16 tahun.
"Putaran baru inflasi, kekhawatiran kenaikan suku bunga Dolar melonjak pada hari Selasa karena sejumlah pembuat kebijakan di Federal Reserve pada hari Selasa mengisyaratkan kenaikan suku bunga lagi pada bulan November atau Desember untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan mendekati target bank sentral sebesar 2% per tahun dari saat ini 3,7%," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (4/10/2023).
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan dia tetap bersedia mendukung kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral pada pertemuan mendatang jika data yang masuk menunjukkan kemajuan inflasi terhenti atau berjalan terlalu lambat. Michael Barr, wakil ketua pengawasan The Fed, mengatakan bank sentral kemungkinan akan “perlu mempertahankan kenaikan suku bunga untuk beberapa waktu”.
Meskipun inflasi telah menurun secara signifikan dari angka tertinggi dalam empat dekade terakhir yaitu lebih dari 9% per tahun dibandingkan pada bulan Juni 2022, kenaikan harga minyak yang tidak terkendali dalam beberapa bulan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara-negara non-penghasil minyak, yang merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia. Perekonomian akan kembali menghadapi beban yang berat pada akhir tahun ini.
Dari sentimen internal, menjelang tahun politik seperti sekarang ini pelaku pasar tampaknya cenderung wait and see dan menunggu kepastian dulu. Terlebih, dua dari bakal calon presiden (bacapres) dari kubu Gerindra dan KUBU pdi Perjuangan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo belum mengumumkan pasangan yang akan dipilih untuk maju dalam pilpres 2024.
"Sikap wait and see ini berkaitan erat dengan kebijakan di masa depan. Pelaku pasar perlu mengetahui kebijakan seperti apa yang kira-kira terjadi di Indonesia ke depan dengan melihat bacapres ataupun memproyeksi siapa bacapres terkuat," ungkap Ibrahim.
Seperti biasa, selama gelaran Pemilu 2024 terdapat tren di mana rupiah mengalami pelemahan dan investor asing ogah masuk ke pasar modal dalam negeri. Dilihat dari gelaran Pemilu 2019, Rupiah mengalami pelemahan. Namun, pelemahan hanya terjadi sesaat dan pulih kembali setelah pemenang Pemilu diumumkan.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat setelah investor mengantisipasi kebijakan moneter restriktif dalam jangka waktu yang lebih lama karena ketahanan ekonomi yang luas, sehingga semakin memperkuat posisi greenback di pasar mata uang global. Hal tersebut dibarengi dengan pandangan hawkish dari Federal Reserve dan imbal hasil Treasury tertinggi dalam 16 tahun.
"Putaran baru inflasi, kekhawatiran kenaikan suku bunga Dolar melonjak pada hari Selasa karena sejumlah pembuat kebijakan di Federal Reserve pada hari Selasa mengisyaratkan kenaikan suku bunga lagi pada bulan November atau Desember untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan mendekati target bank sentral sebesar 2% per tahun dari saat ini 3,7%," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (4/10/2023).
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan dia tetap bersedia mendukung kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral pada pertemuan mendatang jika data yang masuk menunjukkan kemajuan inflasi terhenti atau berjalan terlalu lambat. Michael Barr, wakil ketua pengawasan The Fed, mengatakan bank sentral kemungkinan akan “perlu mempertahankan kenaikan suku bunga untuk beberapa waktu”.
Meskipun inflasi telah menurun secara signifikan dari angka tertinggi dalam empat dekade terakhir yaitu lebih dari 9% per tahun dibandingkan pada bulan Juni 2022, kenaikan harga minyak yang tidak terkendali dalam beberapa bulan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara-negara non-penghasil minyak, yang merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia. Perekonomian akan kembali menghadapi beban yang berat pada akhir tahun ini.
Dari sentimen internal, menjelang tahun politik seperti sekarang ini pelaku pasar tampaknya cenderung wait and see dan menunggu kepastian dulu. Terlebih, dua dari bakal calon presiden (bacapres) dari kubu Gerindra dan KUBU pdi Perjuangan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo belum mengumumkan pasangan yang akan dipilih untuk maju dalam pilpres 2024.
"Sikap wait and see ini berkaitan erat dengan kebijakan di masa depan. Pelaku pasar perlu mengetahui kebijakan seperti apa yang kira-kira terjadi di Indonesia ke depan dengan melihat bacapres ataupun memproyeksi siapa bacapres terkuat," ungkap Ibrahim.
Seperti biasa, selama gelaran Pemilu 2024 terdapat tren di mana rupiah mengalami pelemahan dan investor asing ogah masuk ke pasar modal dalam negeri. Dilihat dari gelaran Pemilu 2019, Rupiah mengalami pelemahan. Namun, pelemahan hanya terjadi sesaat dan pulih kembali setelah pemenang Pemilu diumumkan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda