BKPM Optimistis Konflik Israel-Palestina Tak Pengaruhi Investasi di Indonesia
Rabu, 11 Oktober 2023 - 14:49 WIB
JAKARTA - Konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina dinilai tidak berpengaruh secara langsung terhadap investasi di Indonesia. Meskipun demikian, pemerintah melalui Kementerian Investasi/BKPM terus mengamati kondisi geopolitik global yang terjadi di seluruh dunia.
"Sejauh ini konflik di Timur Tengah tidak berpengaruh secara langsung kepada Indonesia," kata Juru Bicara (Jubir) Menteri Investasi/Kepala BKPM Tina Talisa, saat ditemui di The St Regis Hotel, Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Tina mengaku pihaknya masih optimistis bisa memenuhi target investasi di akhir tahun yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebesar Rp1.400 triliun. "Seperti komitmen Pak Bahlil insya Allah target akan tercapai di akhir tahun," ujarnya.
Seperti diketahui, Israel dan pejuang Hamas kembali memanas dan kedua pihak masih saling serang sehingga korban terus berjatuhan. Konflik itu turut menyeret Amerika Serikat turut campur membantu Israel menggempur sejumlah wilayah Palestina.
Dukungan Amerika Serikat terhadap Israel dalam konflik melawan pejuang Hamas dinilai memengaruhi arah investasi global. Dengan adanya konflik ini, investor diperkirakan beralih ke instrumen investasi aset safe haven.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, konflik yang bersifat klasik ini sudah terjadi beberapa abad, hanya kali ini yang mendorong terapresiasinya harga minyak mentah dunia.
"Memang secara klasik perang yang terjadi di kawasan Timur Tengah mendorong terapresiasinya harga minyak mentah dunia karena di kawasan itu terdapat negara-negara penghasil minyak, kalau misal terjadi perang ya berarti ada risiko terjadi blokade jalur distribusi maupun tingkat produksi terganggu," jelas Nafan saat dikonfirmasi MPI.
Menurut Nafan, kenaikan harga minyak dunia bisa memberikan pengaruh terhadap kenaikan inflasi terutama di negara yang membutuhkan yang mengkonsumsi minyak seperti AS dan negara Eropa karena inflasinya relatif masih tinggi.
"Jika inflasi masih relatif lebih tinggi dibandingkan yang ditetapkan oleh bank sentral maka di tahun depan peluang terjadinya soft landing policy akan mengecil," jelas Nafan.
"Sejauh ini konflik di Timur Tengah tidak berpengaruh secara langsung kepada Indonesia," kata Juru Bicara (Jubir) Menteri Investasi/Kepala BKPM Tina Talisa, saat ditemui di The St Regis Hotel, Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Tina mengaku pihaknya masih optimistis bisa memenuhi target investasi di akhir tahun yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebesar Rp1.400 triliun. "Seperti komitmen Pak Bahlil insya Allah target akan tercapai di akhir tahun," ujarnya.
Seperti diketahui, Israel dan pejuang Hamas kembali memanas dan kedua pihak masih saling serang sehingga korban terus berjatuhan. Konflik itu turut menyeret Amerika Serikat turut campur membantu Israel menggempur sejumlah wilayah Palestina.
Dukungan Amerika Serikat terhadap Israel dalam konflik melawan pejuang Hamas dinilai memengaruhi arah investasi global. Dengan adanya konflik ini, investor diperkirakan beralih ke instrumen investasi aset safe haven.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, konflik yang bersifat klasik ini sudah terjadi beberapa abad, hanya kali ini yang mendorong terapresiasinya harga minyak mentah dunia.
"Memang secara klasik perang yang terjadi di kawasan Timur Tengah mendorong terapresiasinya harga minyak mentah dunia karena di kawasan itu terdapat negara-negara penghasil minyak, kalau misal terjadi perang ya berarti ada risiko terjadi blokade jalur distribusi maupun tingkat produksi terganggu," jelas Nafan saat dikonfirmasi MPI.
Menurut Nafan, kenaikan harga minyak dunia bisa memberikan pengaruh terhadap kenaikan inflasi terutama di negara yang membutuhkan yang mengkonsumsi minyak seperti AS dan negara Eropa karena inflasinya relatif masih tinggi.
"Jika inflasi masih relatif lebih tinggi dibandingkan yang ditetapkan oleh bank sentral maka di tahun depan peluang terjadinya soft landing policy akan mengecil," jelas Nafan.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda