Fadli Zon Wanti-wanti Ancaman Krisis Pangan dan Air
Senin, 16 Oktober 2023 - 13:01 WIB
Dua momen ini mestinya menyadarkan semua pihak tentang betapa krusial dan mendesaknya isu pangan dan air ini. Pemerintah perlu merancang kebijakan berbasis pengetahuan, data, inovasi, serta kerjasama multipihak untuk mengatasi isu ini. Pemerintah perlu segera mengedukasi petani mengenai pentingnya mengelola dan menggunakan air secara efisien.
Apalagi saat ini sedang menghadapi fenomena el nino, di mana musim kemarau akan berlangsung lebih kering dan lama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini makin menambah ancaman terhadap ketahanan pangan negeri Indonesia. "Dari data yang saya miliki, el nino tercatat menurunkan produksi padi kita antara 1-5 juta ton sejak 1990-2020," bebernya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi produksi beras pada Februari dan Maret 2023 adalah masing-masing 2,8 juta ton dan 5 juta ton, atau lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang ditetapkan sebesar 3,6 juta ton dan 5 juta ton. Turunnya realisasi produksi ini tidak lepas akibat dari el nino.
Lebih lanjut, dampak perubahan iklim seperti el nino ini bersifat global, penurunan produksi ini bukan hanya dialami Indonesia, tapi juga oleh negara lainnya. Akibatnya, banyak negara yang selama ini dikenal sebagai produsen beras, kini telah membatasi, bahkan melarang ekspor beras sama sekali. "Ini tentu saja akan menjadi persoalan buat kita, karena selama ini kita masih butuh impor untuk mencukupi kebutuhan permintaan beras dalam negeri."
Pasar beras global belakangan memang mengalami turbulensi signifikan, terutama sejak India, eksportir beras terkemuka di dunia, mulai menerapkan serangkaian pembatasan ekspor pada bulan Juli lalu, termasuk larangan ekspor beras putih giling. Dominasi India sebagai pemasok beras putih dengan harga terendah, terutama ke Afrika Sub-Sahara sejak 2020, telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak potensial dari harga beras yang jauh lebih tinggi di wilayah yang bergantung pada impor ini.
"Persoalan-persoalan ini tak bisa diatasi pemerintah hanya dengan kebijakan yang sifatnya jangka pendek. Harus ada kebijakan strategis berjangka panjang untuk mengatasi soal pangan dan air ini. Jika tidak, kita akan menghadapi krisis pangan dan air sekaligus," kata dia.
Apalagi saat ini sedang menghadapi fenomena el nino, di mana musim kemarau akan berlangsung lebih kering dan lama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini makin menambah ancaman terhadap ketahanan pangan negeri Indonesia. "Dari data yang saya miliki, el nino tercatat menurunkan produksi padi kita antara 1-5 juta ton sejak 1990-2020," bebernya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi produksi beras pada Februari dan Maret 2023 adalah masing-masing 2,8 juta ton dan 5 juta ton, atau lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang ditetapkan sebesar 3,6 juta ton dan 5 juta ton. Turunnya realisasi produksi ini tidak lepas akibat dari el nino.
Lebih lanjut, dampak perubahan iklim seperti el nino ini bersifat global, penurunan produksi ini bukan hanya dialami Indonesia, tapi juga oleh negara lainnya. Akibatnya, banyak negara yang selama ini dikenal sebagai produsen beras, kini telah membatasi, bahkan melarang ekspor beras sama sekali. "Ini tentu saja akan menjadi persoalan buat kita, karena selama ini kita masih butuh impor untuk mencukupi kebutuhan permintaan beras dalam negeri."
Pasar beras global belakangan memang mengalami turbulensi signifikan, terutama sejak India, eksportir beras terkemuka di dunia, mulai menerapkan serangkaian pembatasan ekspor pada bulan Juli lalu, termasuk larangan ekspor beras putih giling. Dominasi India sebagai pemasok beras putih dengan harga terendah, terutama ke Afrika Sub-Sahara sejak 2020, telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak potensial dari harga beras yang jauh lebih tinggi di wilayah yang bergantung pada impor ini.
"Persoalan-persoalan ini tak bisa diatasi pemerintah hanya dengan kebijakan yang sifatnya jangka pendek. Harus ada kebijakan strategis berjangka panjang untuk mengatasi soal pangan dan air ini. Jika tidak, kita akan menghadapi krisis pangan dan air sekaligus," kata dia.
(nng)
tulis komentar anda