Kepala BKF Bicara Soal Pergerakan Tak Biasa Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global
Rabu, 22 November 2023 - 12:59 WIB
JAKARTA - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan bahwa peningkatan risiko global berdampak pada moderasi pasar sektor keuangan. Rupiah menguat, SBN (Government Bond) yields melemah, dan Capital Inflow masuk di awal hingga pertengahan November 2023.
Kepala BKF, Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, di tengah kondisi yang tidak pasti tadi, rupiah masih bisa bertahan. Padahal biasanya rupiah bakal langsung tertekan, jika melihatIndonesia dari tahun 2008.
"Indonesia dalam hal kurs itu biasanya langsung tertekan sangat signifikan, akan tetapi lihat apa yang terjadi, kenaikan suku bunga kebijakan 500 bps dalam posisi yang sangat cepat tetapi bagaimana kurs kita terjaga dengan sangat kuat," kata Febrio dalam Bank BTPN Economic Outlook 2024, Rabu (22/11/2023).
Menurut Febrio, saat ini Indonesia sudah dalam kondisi apresiasi bukan depresiasi, jadi dibandingkan awal tahun 2023 kita sekarang pada posisi apresiasi lagi. "Di sisi lain kita lihat juga indikator penting bagi perbankan adalah suku bunga global dan suku bunga risk free di Indonesia, referensinya biasanya adalah SBN 10 tahun," ungkap Febrio.
Melihat ke belakang di tahun 2008-2009, bahkan di 2011 biasanya spread antara SBN 10 tahun rupiah Indonesia dan US Treasury, biasanya pasar cukup menerima bahwa itu spreadnya sekitar 400 bps.
"Kalau dalam kondisi krisis bisa melebar sangat cepat bahkan kadang-kadang bisa SBN kita di atas 10%," ujar dia.
Saat ini, lanjut Febrio, yang terjadi adalah ketidakpastian global yang sangat besar, dimana emerging economy terdepresiasi karena modal balik ke dolar AS, Indonesia justru mengalami resiliensi.
Berdasarkan data JISDOR BI pada perdagangan, Rabu (22/11) terpantau nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada pada posisi Rp15.436 per USD. Raihan tersebut sedikit tertekan bila dibandingkan sesi kemarin yang bertengger di level Rp15.419, namun trennya terus membaik.
Baca Juga
Kepala BKF, Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, di tengah kondisi yang tidak pasti tadi, rupiah masih bisa bertahan. Padahal biasanya rupiah bakal langsung tertekan, jika melihatIndonesia dari tahun 2008.
"Indonesia dalam hal kurs itu biasanya langsung tertekan sangat signifikan, akan tetapi lihat apa yang terjadi, kenaikan suku bunga kebijakan 500 bps dalam posisi yang sangat cepat tetapi bagaimana kurs kita terjaga dengan sangat kuat," kata Febrio dalam Bank BTPN Economic Outlook 2024, Rabu (22/11/2023).
Menurut Febrio, saat ini Indonesia sudah dalam kondisi apresiasi bukan depresiasi, jadi dibandingkan awal tahun 2023 kita sekarang pada posisi apresiasi lagi. "Di sisi lain kita lihat juga indikator penting bagi perbankan adalah suku bunga global dan suku bunga risk free di Indonesia, referensinya biasanya adalah SBN 10 tahun," ungkap Febrio.
Melihat ke belakang di tahun 2008-2009, bahkan di 2011 biasanya spread antara SBN 10 tahun rupiah Indonesia dan US Treasury, biasanya pasar cukup menerima bahwa itu spreadnya sekitar 400 bps.
"Kalau dalam kondisi krisis bisa melebar sangat cepat bahkan kadang-kadang bisa SBN kita di atas 10%," ujar dia.
Saat ini, lanjut Febrio, yang terjadi adalah ketidakpastian global yang sangat besar, dimana emerging economy terdepresiasi karena modal balik ke dolar AS, Indonesia justru mengalami resiliensi.
Berdasarkan data JISDOR BI pada perdagangan, Rabu (22/11) terpantau nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada pada posisi Rp15.436 per USD. Raihan tersebut sedikit tertekan bila dibandingkan sesi kemarin yang bertengger di level Rp15.419, namun trennya terus membaik.
(akr)
tulis komentar anda