Bank Sentral Israel Belum Pangkas Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Perang
Selasa, 28 November 2023 - 19:28 WIB
YERUSALEM - Bank of Israel mempertahankan suku bunga pinjaman jangka pendek, untuk menjadi keempat kalinya secara beruntun. Bank sentral menerangkan, terlalu dini untuk menurunkan suku bunga, meski diterpa ketidakpastian ekonomi dan keuangan selama perang Israel melawan Hamas.
Bank sentral mempertahankan suku bunga acuan di posisi 4,75% - level tertinggi sejak akhir 2006. Sebagai informasi, suku bunga telah dinaikkan 10 kali berturut-turut dalam siklus pengetatan agresif dari bulan April, sebelum berhenti di Juli, Agustus dan Oktober.
Dari 14 ekonom yang disurvei oleh Reuters, seluruhnya memperkirakan tidak akan ada perubahan suku bunga. Akan tetapi dengan penurunan inflasi turun dan ekonomi yang bakal melambat sebagai akibat dari perang, analis percaya penurunan suku bunga dapat dimulai pada keputusan kebijakan berikutnya pada 1 Januari 2024.
"Kita perlu mengakui fakta bahwa kita masih berada dalam lingkungan ketidakpastian yang sangat tinggi," kata Gubernur Bank of Israel, Amir Yaron pada konferensi pers setelah keputusan tersebut.
"Penggunaan alat suku bunga yang tergesa-gesa dalam lingkungan ketidakpastian yang signifikan, jika keadaan berbalik, itu hanya akan meningkatkan volatilitas di pasar keuangan dan itu bisa memerlukan waktu atau alat yang lebih besar untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, untuk saat ini kami menunggu stabilitas di pasar keuangan dan hanya setelah itu kami dapat mempertimbangkan menggunakan alat moneter apalagi," bebernya.
Yaron mencatat bahwa premi risiko Israel tetap tinggi, meskipun shekel telah pulih 8% terhadap dolar setelah jatuh hingga 6% pada awal perang.
Bank sentral memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2023 dan 2024 mengingat dampak perang. Tahun depan diproyeksikan bakal ekspansi 2%, atau turun dari prediksi sebulan lalu di angka 2,8% - mengingat harapan bahwa perang akan terkendali di dekat perbatasan Gaza dan berlanjut hingga 2024.
Bank sentral mempertahankan suku bunga acuan di posisi 4,75% - level tertinggi sejak akhir 2006. Sebagai informasi, suku bunga telah dinaikkan 10 kali berturut-turut dalam siklus pengetatan agresif dari bulan April, sebelum berhenti di Juli, Agustus dan Oktober.
Dari 14 ekonom yang disurvei oleh Reuters, seluruhnya memperkirakan tidak akan ada perubahan suku bunga. Akan tetapi dengan penurunan inflasi turun dan ekonomi yang bakal melambat sebagai akibat dari perang, analis percaya penurunan suku bunga dapat dimulai pada keputusan kebijakan berikutnya pada 1 Januari 2024.
"Kita perlu mengakui fakta bahwa kita masih berada dalam lingkungan ketidakpastian yang sangat tinggi," kata Gubernur Bank of Israel, Amir Yaron pada konferensi pers setelah keputusan tersebut.
"Penggunaan alat suku bunga yang tergesa-gesa dalam lingkungan ketidakpastian yang signifikan, jika keadaan berbalik, itu hanya akan meningkatkan volatilitas di pasar keuangan dan itu bisa memerlukan waktu atau alat yang lebih besar untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, untuk saat ini kami menunggu stabilitas di pasar keuangan dan hanya setelah itu kami dapat mempertimbangkan menggunakan alat moneter apalagi," bebernya.
Yaron mencatat bahwa premi risiko Israel tetap tinggi, meskipun shekel telah pulih 8% terhadap dolar setelah jatuh hingga 6% pada awal perang.
Bank sentral memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2023 dan 2024 mengingat dampak perang. Tahun depan diproyeksikan bakal ekspansi 2%, atau turun dari prediksi sebulan lalu di angka 2,8% - mengingat harapan bahwa perang akan terkendali di dekat perbatasan Gaza dan berlanjut hingga 2024.
tulis komentar anda