Kian Banyak Warga China yang 'Tobat', Produsen Daging Babi Terbelit Utang Gila-gilaan
Selasa, 05 Desember 2023 - 08:54 WIB
Namun tantangan semakin meningkat ketika China memproduksi daging babi dalam jumlah besar, yang sebagian merupakan warisan dari dorongan Beijing di masa lalu, yang mengkhawatirkan gejolak harga pangan dan mendesak perluasan besar-besaran ternak babi setelah wabah demam babi Afrika pada akhir tahun 2010-an menewaskan separuh babi di negara tersebut.
Muyuan sendiri telah meningkatkan jumlah ternak babi sebanyak tiga kali lipat sejak tahun 2018, mengejar pangsa pasar bersama dengan perusahaan publik besar lainnya, dan kini memiliki jumlah induk babi tiga kali lebih banyak dibandingkan WH Group (yang memiliki produsen terkemuka AS, Smithfield Foods).
Analis di Hua'an Securities memperkirakan produksi daging babi akan melonjak 10% pada paruh pertama tahun 2024. Hal ini menyusul lonjakan 17% dalam sembilan bulan pertama tahun ini di 15 perusahaan peternakan besar yang terdaftar di pasar China, bahkan ketika mereka melaporkan gabungan kerugian bersih sebesar 200 miliar yuan atau USD28 miliar (Rp434 triliun).
Yang lebih buruk lagi, konsumsi daging babi di China telah terpukul baik oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi maupun oleh perubahan preferensi konsumen. Kini semakin banyak warga China yang sadar akan kesehatan sehingga menghindari daging babi dan kemudian beralih ke unggas dan makanan lainnya. Mereka umumnya kaum muda dan masyarakat perkotaan.
Dan biaya untuk memerangi penyakit ini telah meningkat secara signifikan, dengan demam babi Afrika yang kini menjadi endemik dan menjadi ancaman terus-menerus terhadap semua peternakan.
Kementerian Pertanian China telah memperingatkan kerugian yang lebih besar pada sektor ini pada awal tahun 2024 dibandingkan tahun lalu dan mendesak produsen daging babi untuk mengurangi produksi.
Meskipun produsen besar telah memangkas pengeluaran untuk peralatan baru dan mengambil langkah-langkah pemotongan biaya lainnya, sebagian besar masih enggan untuk membongkar peternakan yang menganggur dan mengurangi jumlah ternak.
“Perusahaan-perusahaan terkemuka melakukan ekspansi secara agresif pada tahun 2020-21, belanja modal sangat besar, dan mereka tidak bersedia mengurangi kapasitas, bahkan di bawah harga yang lemah saat ini,” kata Flora Zhu, direktur China Corporate Research di Fitch Ratings.
Muyuan sendiri telah meningkatkan jumlah ternak babi sebanyak tiga kali lipat sejak tahun 2018, mengejar pangsa pasar bersama dengan perusahaan publik besar lainnya, dan kini memiliki jumlah induk babi tiga kali lebih banyak dibandingkan WH Group (yang memiliki produsen terkemuka AS, Smithfield Foods).
Analis di Hua'an Securities memperkirakan produksi daging babi akan melonjak 10% pada paruh pertama tahun 2024. Hal ini menyusul lonjakan 17% dalam sembilan bulan pertama tahun ini di 15 perusahaan peternakan besar yang terdaftar di pasar China, bahkan ketika mereka melaporkan gabungan kerugian bersih sebesar 200 miliar yuan atau USD28 miliar (Rp434 triliun).
Yang lebih buruk lagi, konsumsi daging babi di China telah terpukul baik oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi maupun oleh perubahan preferensi konsumen. Kini semakin banyak warga China yang sadar akan kesehatan sehingga menghindari daging babi dan kemudian beralih ke unggas dan makanan lainnya. Mereka umumnya kaum muda dan masyarakat perkotaan.
Dan biaya untuk memerangi penyakit ini telah meningkat secara signifikan, dengan demam babi Afrika yang kini menjadi endemik dan menjadi ancaman terus-menerus terhadap semua peternakan.
Kementerian Pertanian China telah memperingatkan kerugian yang lebih besar pada sektor ini pada awal tahun 2024 dibandingkan tahun lalu dan mendesak produsen daging babi untuk mengurangi produksi.
Meskipun produsen besar telah memangkas pengeluaran untuk peralatan baru dan mengambil langkah-langkah pemotongan biaya lainnya, sebagian besar masih enggan untuk membongkar peternakan yang menganggur dan mengurangi jumlah ternak.
“Perusahaan-perusahaan terkemuka melakukan ekspansi secara agresif pada tahun 2020-21, belanja modal sangat besar, dan mereka tidak bersedia mengurangi kapasitas, bahkan di bawah harga yang lemah saat ini,” kata Flora Zhu, direktur China Corporate Research di Fitch Ratings.
(uka)
tulis komentar anda