Raksasa Gas Rusia Gazprom Raup Cuan Rp760,8 Miliar dari Laut Utara, Inggris Tak Rela
Selasa, 19 Desember 2023 - 13:12 WIB
LONDON - Perusahaan raksasa energi Rusia , Gazprom meraup keuntungan 39 juta poundsterling atau setara Rp760,8 miliar (Kurs Rp19.508 per pounds) dari ladang gas di Laut Utara pada tahun 2022, lalu. Seperti diketahui, Gazprom telah memproduksi gas dari ladang Sillimanite, yang tersebar di perairan Inggris dan Belanda sejak 2020.
Pemimpin Demokrat Liberal, Sir Ed Davey mengatakan, kondisi tersebut "sama sekali tidak dapat diterima" bahwa gas dari wilayah Inggris mendukung "perang ilegal Putin melawan Ukraina". Diterangkan juga, Pemerintah akan "meningkatkan tekanan ekonomi" pada Rusia.
Ladang Sillimanite, yang berjarak 200 km dari pantai Belanda, dioperasikan oleh usaha patungan antara perusahaan Rusia Gazprom dan perusahaan Jerman Wintershall. Gas yang dihasilkan dari lapangan tersebut diambil di darat di Belanda.
Meski begitu tidak ada yang mengatakan hal tersebut ilegal, seiring sanksi keras dari Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang dirancang untuk membatasi kemampuan Rusia mendapatkan keuntungan dari ekspor energi. Tujuannya yakni membatasi kemampuan Rusia dalam mendanai perangnya di Ukraina .
Diketahui sejumlah eksekutif Gazprom, termasuk kepala eksekutif Alexei Miller, berada di bawah sanksi dari pemerintah Inggris, meskipun Gazprom sebagai perusahaan tidak kena sanksi. Perusahaan masih memasok gas ke benua Eropa melalui jaringan pipa, meskipun volumenya jauh berkurang sejak perang Ukraina dimulai.
Diterangkan Gazprom International UK, anak perusahaan raksasa energi Rusia, itu menghasilkan laba sebelum pajak sebesar 45 juta euro pada tahun 2022, dan membayar dividen 41 juta euro kepada Gazprom International Projects BV, pemilik langsung perusahaan di Belanda. Dividen lanjutan sebesar 1,7 juta euro dibayarkan pada bulan Juni tahun ini.
Pemilik utama perusahaan adalah PJSC Gazprom, yang berbasis di Moskow. Saham mayoritas Gazprom dimiliki oleh negara Rusia, dan merupakan pembayar pajak terbesar di negara itu, dimana menyumbang USD80 miliar kepada pemerintah Rusia, menurut kantor berita negara TASS. Mereka juga merekrut dan membiayai milisinya sendiri yang telah bertempur pada garis depan di Ukraina.
Menanggapi Gazprom yang masih mendulang cuan dari produksi gas di perairan Inggris, Mantan Menteri Energi, Sir Ed mengatakan "sama sekali tidak dapat diterima bahwa gas yang diambil dari wilayah Inggris memperkuat pundi-pundi perang ilegal Putin melawan Ukraina".
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan akan "terus bekerja bersama mitra kami untuk menolak akses Rusia ke barang atau teknologi kami yang dapat digunakan dalam mesin perangnya, membatasi kemampuan Rusia untuk berperang di abad ke-21".
"Putin dan pendukungnya harus - dan akan - membayar harga untuk invasi ilegal mereka ke Ukraina," tambahnya.
Pemimpin Demokrat Liberal, Sir Ed Davey mengatakan, kondisi tersebut "sama sekali tidak dapat diterima" bahwa gas dari wilayah Inggris mendukung "perang ilegal Putin melawan Ukraina". Diterangkan juga, Pemerintah akan "meningkatkan tekanan ekonomi" pada Rusia.
Ladang Sillimanite, yang berjarak 200 km dari pantai Belanda, dioperasikan oleh usaha patungan antara perusahaan Rusia Gazprom dan perusahaan Jerman Wintershall. Gas yang dihasilkan dari lapangan tersebut diambil di darat di Belanda.
Meski begitu tidak ada yang mengatakan hal tersebut ilegal, seiring sanksi keras dari Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang dirancang untuk membatasi kemampuan Rusia mendapatkan keuntungan dari ekspor energi. Tujuannya yakni membatasi kemampuan Rusia dalam mendanai perangnya di Ukraina .
Diketahui sejumlah eksekutif Gazprom, termasuk kepala eksekutif Alexei Miller, berada di bawah sanksi dari pemerintah Inggris, meskipun Gazprom sebagai perusahaan tidak kena sanksi. Perusahaan masih memasok gas ke benua Eropa melalui jaringan pipa, meskipun volumenya jauh berkurang sejak perang Ukraina dimulai.
Diterangkan Gazprom International UK, anak perusahaan raksasa energi Rusia, itu menghasilkan laba sebelum pajak sebesar 45 juta euro pada tahun 2022, dan membayar dividen 41 juta euro kepada Gazprom International Projects BV, pemilik langsung perusahaan di Belanda. Dividen lanjutan sebesar 1,7 juta euro dibayarkan pada bulan Juni tahun ini.
Pemilik utama perusahaan adalah PJSC Gazprom, yang berbasis di Moskow. Saham mayoritas Gazprom dimiliki oleh negara Rusia, dan merupakan pembayar pajak terbesar di negara itu, dimana menyumbang USD80 miliar kepada pemerintah Rusia, menurut kantor berita negara TASS. Mereka juga merekrut dan membiayai milisinya sendiri yang telah bertempur pada garis depan di Ukraina.
Menanggapi Gazprom yang masih mendulang cuan dari produksi gas di perairan Inggris, Mantan Menteri Energi, Sir Ed mengatakan "sama sekali tidak dapat diterima bahwa gas yang diambil dari wilayah Inggris memperkuat pundi-pundi perang ilegal Putin melawan Ukraina".
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan akan "terus bekerja bersama mitra kami untuk menolak akses Rusia ke barang atau teknologi kami yang dapat digunakan dalam mesin perangnya, membatasi kemampuan Rusia untuk berperang di abad ke-21".
"Putin dan pendukungnya harus - dan akan - membayar harga untuk invasi ilegal mereka ke Ukraina," tambahnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda