Fitch Kritisi Tingginya Utang Luar Negeri RI, Sri Mulyani: Kami Hati-Hati
Senin, 10 Agustus 2020 - 20:21 WIB
JAKARTA - Lembaga pemeringkat Fitch mengkritisi terkait masih tingginya ketergantungan terhadap utang luar negeri , penerimaan pemerintah yang rendah, serta sisi struktural seperti indikator tata kelola dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita yang masih tertinggal dibandingkan negara lainnya. Masukan tersebut langsung direspon Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
"Kami sangat open dan berhati-hati. Namun tidak menutup kemungkinan kalau memang ada kebutuhan stimulus tambahan kami selama itu bisa tereksekusi. Ini semua terukur dan akuntabel. Ini mungkin yang dinilai kita tetap prudent," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, secara virtual, Senin (10/8/2020).
Tidak hanya itu, pihaknya juga menjaga defisit anggaran pemerintah di mana disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
"Jadi kita tidak segan menambah dukungan stimulus selama bisa tereksekusi. Ini terlihat dari realisasi program PEN sampai 6 Agustus baru sekitar 21% dari total anggaran. Sehingga anggaran yang ditetapkan tergantung dari eksekusi dan kita tidak menutup kemungkinan ada stimulus baru," tandas dia.
Sebelumya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan peringkat BBB dengan outlook stabil merupakan bentuk pengakuan Fitch, sebagai salah satu lembaga pemeringkat utama dunia, atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga di tengah pandemi COVID-19 yang menekan perekonomian global. Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Bank Indonesia dan Pemerintah.
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus bersinergi dengan Pemerintah untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional," tandasnya.
"Kami sangat open dan berhati-hati. Namun tidak menutup kemungkinan kalau memang ada kebutuhan stimulus tambahan kami selama itu bisa tereksekusi. Ini semua terukur dan akuntabel. Ini mungkin yang dinilai kita tetap prudent," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, secara virtual, Senin (10/8/2020).
Tidak hanya itu, pihaknya juga menjaga defisit anggaran pemerintah di mana disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
"Jadi kita tidak segan menambah dukungan stimulus selama bisa tereksekusi. Ini terlihat dari realisasi program PEN sampai 6 Agustus baru sekitar 21% dari total anggaran. Sehingga anggaran yang ditetapkan tergantung dari eksekusi dan kita tidak menutup kemungkinan ada stimulus baru," tandas dia.
Sebelumya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan peringkat BBB dengan outlook stabil merupakan bentuk pengakuan Fitch, sebagai salah satu lembaga pemeringkat utama dunia, atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga di tengah pandemi COVID-19 yang menekan perekonomian global. Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Bank Indonesia dan Pemerintah.
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus bersinergi dengan Pemerintah untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional," tandasnya.
(nng)
tulis komentar anda