India Agresif Kembangkan Energi Baru Terbarukan, Bagaimana Indonesia?
Senin, 10 Agustus 2020 - 23:04 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, India merupakan salah satu negara yang paling agresif dalam pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Asia. Saat ini India berada di posisi kelima di dunia untuk kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga energi baru terbarukan. Adapun kapasitas terpasang energi terbarukan meningkat 226% dalam 5 tahun terakhir.
"Jadi India sudah melakukan banyak program dan komitmen mereka untuk melakukan reformasi di sektor energi itu besar. Ini tentu saja ke depan akan mengurangi konsumsi gas dan juga konsumsi batubara. Kita tahu Indonesia banyak mengekspor batubara ke India sehingga membutuhkan suatu pemikiran ke depan bagaimana memanfaatkan energi kita," ujarnya pada diskusi virtual, Senin (10/8/2020).
(Baca Juga: Manfaatkan Angin Hingga Sawit, Pengembangan Energi Hijau Terus Dipacu )
Arifin melanjutkan, Indonesia punya potensi total EBT hampir 417,8 GW namun pemanfaatannya belum maksimal. Dari sumber energi samudra mempunyai potensi 18 GW tetapi pemanfaatanya masih 0%. Kemudian energi panas bumi dari potensi 23,9 GW, pemanfaatannya 9%.
"Bioenergi baru 5,8% pemanfaatannya dari potensi 32,6 GW. Bioenergi ini sangat penting ke depan karena kita bisa rasakan nanti kalau minyak habis, gas sedikit, bioenergi akan jadi andalan kita," tuturnya.
Selanjutnya, energi angin ada potensi 60,6 GW potensinya dan baru dimanfaatkan 0,25% yang terpasang di Sulawesi. Kemudian punya potensi hidro sebesar 75 GW yang baru termanfaatkan 8,1%. "Yang besar ini energi surya potensinya sampai 207,8 GW, yang baru termanfaatkan 0,07%," imbuh Arifin.
(Baca Juga: Tanpa Perpres, ESDM Ngos-ngosan Kejar Target EBT 23% )
Menteri ESDM menegaskan, komitmen Indonesia untuk meningkatkan porsi energi bersih dalam bauran energi dengan mendorong investasi EBT. Dalam Paris Agreement, pemerintah memberikan komitmen di sektor energi. Adapun tindakan mitigasi yang dilakukan, diantaranya pengalihan anggaran subsidi bahan bakar ke kegiatan produk produtif seperti infrastruktur.
"Kita juga akan melaksanakan pemanfaatan waste to energy. Komitmen kita di sektor energi itu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314-398 juta ton CO2 pada tahun 2030. Bagaimana bisa memanfaatkan sumber-sumber yang ada di dalam negeri yang potensinya masih besar ini," pungkasnya.
"Jadi India sudah melakukan banyak program dan komitmen mereka untuk melakukan reformasi di sektor energi itu besar. Ini tentu saja ke depan akan mengurangi konsumsi gas dan juga konsumsi batubara. Kita tahu Indonesia banyak mengekspor batubara ke India sehingga membutuhkan suatu pemikiran ke depan bagaimana memanfaatkan energi kita," ujarnya pada diskusi virtual, Senin (10/8/2020).
(Baca Juga: Manfaatkan Angin Hingga Sawit, Pengembangan Energi Hijau Terus Dipacu )
Arifin melanjutkan, Indonesia punya potensi total EBT hampir 417,8 GW namun pemanfaatannya belum maksimal. Dari sumber energi samudra mempunyai potensi 18 GW tetapi pemanfaatanya masih 0%. Kemudian energi panas bumi dari potensi 23,9 GW, pemanfaatannya 9%.
"Bioenergi baru 5,8% pemanfaatannya dari potensi 32,6 GW. Bioenergi ini sangat penting ke depan karena kita bisa rasakan nanti kalau minyak habis, gas sedikit, bioenergi akan jadi andalan kita," tuturnya.
Selanjutnya, energi angin ada potensi 60,6 GW potensinya dan baru dimanfaatkan 0,25% yang terpasang di Sulawesi. Kemudian punya potensi hidro sebesar 75 GW yang baru termanfaatkan 8,1%. "Yang besar ini energi surya potensinya sampai 207,8 GW, yang baru termanfaatkan 0,07%," imbuh Arifin.
(Baca Juga: Tanpa Perpres, ESDM Ngos-ngosan Kejar Target EBT 23% )
Menteri ESDM menegaskan, komitmen Indonesia untuk meningkatkan porsi energi bersih dalam bauran energi dengan mendorong investasi EBT. Dalam Paris Agreement, pemerintah memberikan komitmen di sektor energi. Adapun tindakan mitigasi yang dilakukan, diantaranya pengalihan anggaran subsidi bahan bakar ke kegiatan produk produtif seperti infrastruktur.
"Kita juga akan melaksanakan pemanfaatan waste to energy. Komitmen kita di sektor energi itu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314-398 juta ton CO2 pada tahun 2030. Bagaimana bisa memanfaatkan sumber-sumber yang ada di dalam negeri yang potensinya masih besar ini," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda