Tanpa Pengembangan Energi Ini, Indonesia Terancam Krisis Listrik
Kamis, 13 Agustus 2020 - 09:05 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menekankan pentingnya akselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dalam mengantisipasi krisis ekonomi dan krisis energi. Tak hanya di Indonesia, negara-negara di dunia, terutama India, juga melakukan berbagai langkah antisipatif dalam mengembangkan EBT.
"India sudah melakukan banyak program, dan komitmen mereka untuk melakukan reformasi di sektor energi itu besar. Ini tentu saja ke depan akan mengurangi konsumsi gas dan juga batubara. Kita tahu Indonesia banyak mengekspor batubara ke India sehingga membutuhkan suatu pemikiran ke depan bagaimana memanfaatkan energi kita," kata Arifin di Jakarta, Kamis (13/8/2020).
Salah satu sumber EBT yang menjadi sorotan Arifin untuk bisa dikonversi sebagai listrik adalah bioenergi. Sumber energi tersebut memiliki potensi 32,6 giga watt (GW), akan tetapi baru terealisasi sebesar 5,8% atau 1.895,7 mega watt (MW). ( Baca juga:Soal Bintang Jasa, Pendukung Jokowi Diminta Tak Mudah Buat Pelaporan )
"Bioenergi sangat penting ke depan, terutama nanti kalau minyak dan gas sedikit. Bioenergi ini adalah salah satu andalan kita. Kita jangan berpikir sekarang, tapi ke depan pada saat minyak mahal. Kita akan memanfaatkan bioresources ini," kata Arifin.
Jenis sumber EBT lain yang punya potensi besar namun belum teroptimalkan secara baik adalah panas bumi (23,9 GW), bayu atau angin (60,6 GW), hidro atau air (75 GW), surya (207,8 GW) dan samudera.
"Samudera, ocean resources kita punya potensi hampir 18 GW, tapi masih 0%. Belum termanfaatkan," ungkap Arifin.
Lihat Juga: Gotong Royong Bangun Jargas, Solusi Kurangi Beban Subsidi Energi lewat Optimalisasi Gas Domestik
"India sudah melakukan banyak program, dan komitmen mereka untuk melakukan reformasi di sektor energi itu besar. Ini tentu saja ke depan akan mengurangi konsumsi gas dan juga batubara. Kita tahu Indonesia banyak mengekspor batubara ke India sehingga membutuhkan suatu pemikiran ke depan bagaimana memanfaatkan energi kita," kata Arifin di Jakarta, Kamis (13/8/2020).
Salah satu sumber EBT yang menjadi sorotan Arifin untuk bisa dikonversi sebagai listrik adalah bioenergi. Sumber energi tersebut memiliki potensi 32,6 giga watt (GW), akan tetapi baru terealisasi sebesar 5,8% atau 1.895,7 mega watt (MW). ( Baca juga:Soal Bintang Jasa, Pendukung Jokowi Diminta Tak Mudah Buat Pelaporan )
"Bioenergi sangat penting ke depan, terutama nanti kalau minyak dan gas sedikit. Bioenergi ini adalah salah satu andalan kita. Kita jangan berpikir sekarang, tapi ke depan pada saat minyak mahal. Kita akan memanfaatkan bioresources ini," kata Arifin.
Jenis sumber EBT lain yang punya potensi besar namun belum teroptimalkan secara baik adalah panas bumi (23,9 GW), bayu atau angin (60,6 GW), hidro atau air (75 GW), surya (207,8 GW) dan samudera.
"Samudera, ocean resources kita punya potensi hampir 18 GW, tapi masih 0%. Belum termanfaatkan," ungkap Arifin.
Lihat Juga: Gotong Royong Bangun Jargas, Solusi Kurangi Beban Subsidi Energi lewat Optimalisasi Gas Domestik
(uka)
tulis komentar anda