Pemilu 2024 Tak Berdampak Signifikan ke Pasar Ritel Modern, Apa Sebabnya?
Jum'at, 16 Februari 2024 - 14:34 WIB
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) blak-blakan bahwa momentum pemilihan umum atau pemilu 2024 tidak berdampak signifikan bagi pertumbuhan pasar ritel modern di Tanah Air. Kendati begitu tren konsumsi naik selama periode pemilu 2024.
Ketua Aprindo, Roy Nicholas Mandey mencatat, peningkatan konsumsi yang tinggi terjadi pada Januari-Februari atau masa kampanye dan menjelang pencoblosan. Hanya saja, kenaikan itu tidak signifikan berkaitan dengan transaksi di pasar ritel.
Alasannya, belanja pemilu tahun ini hanya didominasi oleh kenaikan pertumbuhan konsumsi bagi Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Sehingga, LNPRT melakukan transaksi langsung dari produsen atau distributor barang-barang yang dibutuhkan, tanpa perantara pasar ritel.
“LNPRT tidak langsung berdampak kepada ritel karena mereka langsung dari produsen atau distributor barang-barangnya, tidak lewat ritel lagi,” ujar Roy saat Market Review IDX Channel, Jumat (16/2/2024).
Kendati demikian, konsumsi atau belanja pemilu memberi kontribusi terhadap Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Dan itu semuanya berdampak bagi pertumbuhan ekonomi, Gross Domestic Bruto kita, GDP kita, itu tentunya akan lebih baik dibanding tahun lalu,” paparnya.
Berdasarkan Indeks Kepercayaan Konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI), lanjut Roy, mengalami kenaikan dari 123,8 menjadi 125,4. Artinya, munculnya kepercayaan konsumen untuk melakukan belanja atau pengeluaran uang selama masa pemilu 2024.
“Kepercayaan konsumen untuk spending money, untuk konsumsi itu cukup baik, cukup signifikan, sehingga berkorelasi dengan pembelajar mereka karena kita mengukur dari sisi konsumen,” ucap dia.
Namun, lagi-lagi kepercayaan itu minim berdampak pada pertumbuhan pasar ritel modern di dalam negeri. Lantaran barang yang dibutuhkan minim tersedia di gerai ritel.
“Kondisi lembaga non profit ini memang tidak langsung signifikan dengan geliat ritel modern karena ritel modern itu adalah untuk konsumen, konsumsi, bukan dalam jumlah yang seperti yang dikonsumsi LNPRT. Dan mereka juga kita tahu langsung kepada produsen, tidak beli lewat ritel untuk kebutuhan bagi konstituennya,” jelasnya.
Ketua Aprindo, Roy Nicholas Mandey mencatat, peningkatan konsumsi yang tinggi terjadi pada Januari-Februari atau masa kampanye dan menjelang pencoblosan. Hanya saja, kenaikan itu tidak signifikan berkaitan dengan transaksi di pasar ritel.
Alasannya, belanja pemilu tahun ini hanya didominasi oleh kenaikan pertumbuhan konsumsi bagi Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Sehingga, LNPRT melakukan transaksi langsung dari produsen atau distributor barang-barang yang dibutuhkan, tanpa perantara pasar ritel.
“LNPRT tidak langsung berdampak kepada ritel karena mereka langsung dari produsen atau distributor barang-barangnya, tidak lewat ritel lagi,” ujar Roy saat Market Review IDX Channel, Jumat (16/2/2024).
Kendati demikian, konsumsi atau belanja pemilu memberi kontribusi terhadap Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Dan itu semuanya berdampak bagi pertumbuhan ekonomi, Gross Domestic Bruto kita, GDP kita, itu tentunya akan lebih baik dibanding tahun lalu,” paparnya.
Berdasarkan Indeks Kepercayaan Konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI), lanjut Roy, mengalami kenaikan dari 123,8 menjadi 125,4. Artinya, munculnya kepercayaan konsumen untuk melakukan belanja atau pengeluaran uang selama masa pemilu 2024.
“Kepercayaan konsumen untuk spending money, untuk konsumsi itu cukup baik, cukup signifikan, sehingga berkorelasi dengan pembelajar mereka karena kita mengukur dari sisi konsumen,” ucap dia.
Namun, lagi-lagi kepercayaan itu minim berdampak pada pertumbuhan pasar ritel modern di dalam negeri. Lantaran barang yang dibutuhkan minim tersedia di gerai ritel.
“Kondisi lembaga non profit ini memang tidak langsung signifikan dengan geliat ritel modern karena ritel modern itu adalah untuk konsumen, konsumsi, bukan dalam jumlah yang seperti yang dikonsumsi LNPRT. Dan mereka juga kita tahu langsung kepada produsen, tidak beli lewat ritel untuk kebutuhan bagi konstituennya,” jelasnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda