Investasi Asing ke China Anjlok, Terburuk dalam 30 Tahun Terakhir

Senin, 19 Februari 2024 - 14:21 WIB
Bendera China berkibar di depan sebuah lokasi konstruksi di Guangzhou, Provinsi Guangdong. FOTO/Reuters
JAKARTA - Investasi asing di China merosot ke level terendah dalam 30 tahun terakhir. Berdasarkan laporan State Administration of Foreign Exchange, investasi asing langsung ke China sebesar USD33 miliar pada 2023 turun 10% selama dua tahun berturut-turut lebih rendah dibandingkan tahun 2021 sebesar USD344 miliar.

Menyitir Nikkei Asia, arus investasi yang masuk lebih rendah dari arus keluar sebesar USD17,5 miliar pada kuartal IV 2023. Perusahaan-perusahaan asing telah mengurangi operasional mereka di China setelah Pemerintah China lebih fokus pada perlindungan keamanan nasional, termasuk tindakan keras terhadap kegiatan mata-mata.



Pihak berwenang memperketat cengkeraman mereka terhadap perusahaan riset yang melakukan analisis pasar dan kegiatan lainnya, dan ada beberapa laporan tentang pekerja perusahaan asing yang ditahan. Financial Times melaporkan, perusahaan riset asal Amerika Serikat (AS) Gallup tahun lalu memutuskan untuk menarik diri dari China. Perusahaan-perusahaan Jepang memiliki kekhawatiran yang sama.



Dalam sebuah survei terhadap perusahaan Jepang yang beroperasi di China yang dilakukan pada bulan November dan Desember, beberapa responden mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang kehidupan sehari-hari karena ketidakpastian hukum.

Dengan AS membatasi akses China ke semikonduktor canggih, bisnis yang terkait dengan chip jelas bergeser menjauh dari negara tersebut. China menyumbang 48% dari FDI terkait chip global pada tahun 2018, tetapi angka ini turun menjadi 1% pada 2022 menurut Rhodium Group.

FDI chip AS melonjak menjadi 37% dari 0% selama rentang waktu tersebut. Sementara pangsa gabungan India, Singapura, dan Malaysia naik menjadi 38% dari 10%. Perusahaan AS, Teradyne, produsen utama peralatan pengujian untuk fabrikasi chip, telah merelokasi fasilitas produksi utamanya dari provinsi Jiangsu, China ke Malaysia, menurut media China. Graphcore dari Inggris, yang mengembangkan chip untuk aplikasi kecerdasan buatan juga dilaporkan telah memberhentikan sebagian besar karyawannya.



Tak hanya itu, Mitsubishi Motors pada Oktober akan berhenti memproduksi mobil di China. Toyota Motor dan Honda Motor juga mengurangi staf di perusahaan patungan mereka. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berkepanjangan adalah alasan lain mengapa perusahaan-perusahaan asing menahan diri untuk berinvestasi. Permintaan domestik yang lemah karena kemerosotan pasar real estate, dan ada tanda-tanda peringatan deflasi.

Sadar akan risiko-risiko ini, Pemerintah China bulan lalu melonggarkan persyaratan investasi dengan mempermudah proses akuisisi, termasuk yang melibatkan perusahaan asing dengan harapan dapat membuat pasar China lebih menarik.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More