Ekonomi Israel Ambruk 19,4 Persen, Kontraksi Terbesar dalam Sejarah
Selasa, 20 Februari 2024 - 09:31 WIB
TEL AVIV - Ekonomi Israel menghadapi salah satu kontraksi terbesar dalam sejarah negara Yahudi tersebut pada kuartal IV tahun 2023, ketika perang dengan Hamas masih berlangsung. Data ini disampaikan oleh Biro Pusat Statistik Israel pada awal pekan kemarin.
PDB Israel tercatat merosot sebesar 19,4% dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, yang merupakan penurunan kuartalan pertama dalam ekonomi Israel dalam dua tahun. Kontraksi tersebut secara signifikan lebih buruk daripada perkiraan konsensus Bloomberg dan Reuters, yang memprediksi penurunan mencapai 10%.
Perang melawan Hamas telah melumpuhkan bisnis, memaksa evakuasi warga sipil dan rekor pemanggilan pasukan cadangan, yang menggerus sekitar 8% dari sektor tenaga kerja Israel, menurut para ekonom.
Perang menyebabkan kerugian parah pada ekonomi Israel senilai USD520 miliar, dimana efeknya mendekati ketika ada "lockdown selama pandemi Covid-19, menyebabkan efek mengejutkan di bidang manufaktur, menekan konsumsi, dan mengosongkan sekolah, kantor, dan lokasi konstruksi secara sementara," tulis Bloomberg.
Investasi di Israel mendapat pukulan terbesar, anjlok sebesar 70%, sementara konsumsi swasta yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi terpantau turun 27% pada kuartal keempat tahun 2023. Konsumsi publik juga anjlok hampir 90%, menurut data terbaru.
Sementara itu, pengeluaran pemerintah meroket sebesar 88,1%, menurut statistik. Peningkatan pengeluaran militer memainkan peran besar dalam lonjakan tersebut.
Untuk setahun penuh, PDB Israel meningkat sebesar 2%, turun dari pertumbuhan 6,5% pada tahun 2022. Bank of Israel mempertahankan perkiraan pertumbuhannya untuk tahun 2024 yakni sebesar 2%, sementara Kementerian Keuangan melihatnya sebesar 1,6%.
Pada awal bulan ini, lembaga pemeringkat internasional Moody's menurunkan peringkat kredit Israel, yang merupakan penurunan peringkat pertama yang pernah dirasakan Israel.
Peringkat Israel diturunkan dari A1 ke A2 dan prospeknya tetap 'negatif' karena apa yang diyakini lembaga pemeringkat adalah risiko politik dan fiskal yang berasal dari perang berkelanjutan negara itu dengan Hamas.
PDB Israel tercatat merosot sebesar 19,4% dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, yang merupakan penurunan kuartalan pertama dalam ekonomi Israel dalam dua tahun. Kontraksi tersebut secara signifikan lebih buruk daripada perkiraan konsensus Bloomberg dan Reuters, yang memprediksi penurunan mencapai 10%.
Perang melawan Hamas telah melumpuhkan bisnis, memaksa evakuasi warga sipil dan rekor pemanggilan pasukan cadangan, yang menggerus sekitar 8% dari sektor tenaga kerja Israel, menurut para ekonom.
Perang menyebabkan kerugian parah pada ekonomi Israel senilai USD520 miliar, dimana efeknya mendekati ketika ada "lockdown selama pandemi Covid-19, menyebabkan efek mengejutkan di bidang manufaktur, menekan konsumsi, dan mengosongkan sekolah, kantor, dan lokasi konstruksi secara sementara," tulis Bloomberg.
Investasi di Israel mendapat pukulan terbesar, anjlok sebesar 70%, sementara konsumsi swasta yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi terpantau turun 27% pada kuartal keempat tahun 2023. Konsumsi publik juga anjlok hampir 90%, menurut data terbaru.
Sementara itu, pengeluaran pemerintah meroket sebesar 88,1%, menurut statistik. Peningkatan pengeluaran militer memainkan peran besar dalam lonjakan tersebut.
Untuk setahun penuh, PDB Israel meningkat sebesar 2%, turun dari pertumbuhan 6,5% pada tahun 2022. Bank of Israel mempertahankan perkiraan pertumbuhannya untuk tahun 2024 yakni sebesar 2%, sementara Kementerian Keuangan melihatnya sebesar 1,6%.
Pada awal bulan ini, lembaga pemeringkat internasional Moody's menurunkan peringkat kredit Israel, yang merupakan penurunan peringkat pertama yang pernah dirasakan Israel.
Peringkat Israel diturunkan dari A1 ke A2 dan prospeknya tetap 'negatif' karena apa yang diyakini lembaga pemeringkat adalah risiko politik dan fiskal yang berasal dari perang berkelanjutan negara itu dengan Hamas.
(akr)
tulis komentar anda