Peringkat Kredit dan Utang Israel Diturunkan Imbas Perang dengan Hamas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lembaga pemeringkat internasional , Moody's menurunkan peringkat kredit Israel pada Jumat (9/2) sebagai dampak perang dengan Hamas di Gaza . Untuk pertama kalinya bagi Israel, Moody’s menurunkannya satu tingkat dari A1 menjadi A2.
Selain memangkas skor kredit Israel, Moody's juga menurunkan prospek utang Israel menjadi 'negatif' karena "risiko eskalasi" dengan kelompok militan Lebanon yang jauh lebih kuat, Hizbullah, yang beroperasi di sepanjang perbatasan utaranya.
Dalam sebuah pernyataan, Moody's menerangkan, risiko politik dan fiskal dari perang Israel yang berkelanjutan dengan kelompok militan Palestina Hamas sebagai alasan penurunan peringkat.
"Konflik militer yang sedang berlangsung dengan Hamas, akibatnya dan konsekuensi yang lebih luas secara material meningkatkan risiko politik bagi Israel serta melemahkan lembaga eksekutif dan legislatif dan kekuatan fiskalnya, untuk masa mendatang," kata badan itu dalam sebuah pernyataan di situsnya.
Sementara itu diterangkan juga, meski perang di Gaza saat ini berkurang intensitasnya atau jeda. Namun tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri permusuhan secara tahan lama dan tidak ada kesepakatan tentang rencana jangka panjang yang akan sepenuhnya memulihkan dan akhirnya memperkuat keamanan bagi Israel.
Moody's juga memproyeksikan bahwa beban utang Israel akan lebih tinggi dari yang diprediksi sebelum konflik. Sebelumnya Moody's menempatkan peringkat kredit Israel pada tinjauan kembali pada bulan Oktober, kurang dari dua minggu setelah negara itu menyatakan perang terhadap Hamas menyusul serangan mendadak oleh kelompok militan yang menewaskan sekitar 1.200 orang Israel.
Selain itu S&P dan Fitch juga menempatkan Israel pada pengawasan peringkat negatif, tetapi sejauh ini belum menurunkan skor kreditnya. S&P memperingatkan, pada bulan lalu bahwa mereka bisa menurunkan prospek kredit Israel dari stabil menjadi negatif karena risiko yang dapat meluas akibat konflik Israel-Hamas.
Mengomentari penurunan peringkat, Perdana Menteri atau PM Israel, Benjamin Netanyahu bersikeras itu tidak mencerminkan keadaan ekonomi negaranya, tetapi "sepenuhnya karena fakta bahwa kita sedang berperang."
"Peringkat akan kembali naik segera setelah kita memenangkan perang," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip oleh Bloomberg.
Selain memangkas skor kredit Israel, Moody's juga menurunkan prospek utang Israel menjadi 'negatif' karena "risiko eskalasi" dengan kelompok militan Lebanon yang jauh lebih kuat, Hizbullah, yang beroperasi di sepanjang perbatasan utaranya.
Dalam sebuah pernyataan, Moody's menerangkan, risiko politik dan fiskal dari perang Israel yang berkelanjutan dengan kelompok militan Palestina Hamas sebagai alasan penurunan peringkat.
"Konflik militer yang sedang berlangsung dengan Hamas, akibatnya dan konsekuensi yang lebih luas secara material meningkatkan risiko politik bagi Israel serta melemahkan lembaga eksekutif dan legislatif dan kekuatan fiskalnya, untuk masa mendatang," kata badan itu dalam sebuah pernyataan di situsnya.
Sementara itu diterangkan juga, meski perang di Gaza saat ini berkurang intensitasnya atau jeda. Namun tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri permusuhan secara tahan lama dan tidak ada kesepakatan tentang rencana jangka panjang yang akan sepenuhnya memulihkan dan akhirnya memperkuat keamanan bagi Israel.
Moody's juga memproyeksikan bahwa beban utang Israel akan lebih tinggi dari yang diprediksi sebelum konflik. Sebelumnya Moody's menempatkan peringkat kredit Israel pada tinjauan kembali pada bulan Oktober, kurang dari dua minggu setelah negara itu menyatakan perang terhadap Hamas menyusul serangan mendadak oleh kelompok militan yang menewaskan sekitar 1.200 orang Israel.
Selain itu S&P dan Fitch juga menempatkan Israel pada pengawasan peringkat negatif, tetapi sejauh ini belum menurunkan skor kreditnya. S&P memperingatkan, pada bulan lalu bahwa mereka bisa menurunkan prospek kredit Israel dari stabil menjadi negatif karena risiko yang dapat meluas akibat konflik Israel-Hamas.
Mengomentari penurunan peringkat, Perdana Menteri atau PM Israel, Benjamin Netanyahu bersikeras itu tidak mencerminkan keadaan ekonomi negaranya, tetapi "sepenuhnya karena fakta bahwa kita sedang berperang."
"Peringkat akan kembali naik segera setelah kita memenangkan perang," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip oleh Bloomberg.
(akr)