Waduh, Sri Mulyani Akui Bakal Berat Pulihkan Ekonomi
Senin, 17 Agustus 2020 - 15:57 WIB
JAKARTA - Pemerintah terus berbenah guna menyelamatkan ekonomi Indonesia pada tahun 2020. Kendati demikian, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengakui bahwa upaya memulihkan ekonomi Indonesia akan berat sekali.
Sri Mulyani mengatakan, agar terhindar dari resesi ekonomi tahun ini, tergantung dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga ini.
(Baca Juga: Luhut Akui Ada Kemungkinan Indonesia Resesi, Pemerintah Kerja Keras)
"Resesi itu definisinya itu kalau dua kuartal berturut-turut yaitu pertumbuhan year on year-nya itu negatif. Kita sudah di kuartal kedua, kita negatif 5,32%. Jadi kalau tidak ingin negatif maka pada kuartal ketiga harus dipulihkan. Memulihkan ekonomi itu sangat berat sekali," ujar Sri Mulyani, Senin (17/8/2020).
Dia melanjutkan, guna memulihkan ekonomi , Indonesia harus mampu menggenjot konsumsi dan investasi. Sebab, kedua sektor ini diketahui berkontribusi paling besar bagi pertumbuhan ekonomi. "Dua varibel itu, yakni investasi dan konsumsi harus dipulihkan karena kedua sektor ini menyumbang besar pertumbuhan ekonomi Indonesia sebanyak 90%," jelasnya.
Sri Mulyani juga menambahkan, pemerintah akan terus menggunakan instrumen kebijakan yang dimiliki secara maksimal, serta berkoordinasi terkait kebijakan fiskal moneter untuk bisa menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan pemulihan ekonomi. Selain itu, agar dapat tercipta stabilitas, terutama pada instrumen-instrumen penting seperti surat berharga negara, pasar saham, juga nilai tukar.
(Baca Juga: 75 Tahun Merdeka, Ekonom Titip 10 Masalah Ekonomi Ini)
"Burden sharing antara fiskal dan moneter yang selama ini sudah memberikan confidence dan cukup memberikan kontribusi terhadap sentimen positif di pasar surat berharga negara akan tetap kita jaga kredibilitasnya pada tahun depan dengan pemahaman bahwa situasi ini memang sangat eksepsional namun kita tetap hati-hati untuk membangun fundamental dan kembali kepada track pertumbuhan ekonomi yang sehat," tandasnya.
Sri Mulyani mengatakan, agar terhindar dari resesi ekonomi tahun ini, tergantung dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga ini.
(Baca Juga: Luhut Akui Ada Kemungkinan Indonesia Resesi, Pemerintah Kerja Keras)
"Resesi itu definisinya itu kalau dua kuartal berturut-turut yaitu pertumbuhan year on year-nya itu negatif. Kita sudah di kuartal kedua, kita negatif 5,32%. Jadi kalau tidak ingin negatif maka pada kuartal ketiga harus dipulihkan. Memulihkan ekonomi itu sangat berat sekali," ujar Sri Mulyani, Senin (17/8/2020).
Dia melanjutkan, guna memulihkan ekonomi , Indonesia harus mampu menggenjot konsumsi dan investasi. Sebab, kedua sektor ini diketahui berkontribusi paling besar bagi pertumbuhan ekonomi. "Dua varibel itu, yakni investasi dan konsumsi harus dipulihkan karena kedua sektor ini menyumbang besar pertumbuhan ekonomi Indonesia sebanyak 90%," jelasnya.
Sri Mulyani juga menambahkan, pemerintah akan terus menggunakan instrumen kebijakan yang dimiliki secara maksimal, serta berkoordinasi terkait kebijakan fiskal moneter untuk bisa menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan pemulihan ekonomi. Selain itu, agar dapat tercipta stabilitas, terutama pada instrumen-instrumen penting seperti surat berharga negara, pasar saham, juga nilai tukar.
(Baca Juga: 75 Tahun Merdeka, Ekonom Titip 10 Masalah Ekonomi Ini)
"Burden sharing antara fiskal dan moneter yang selama ini sudah memberikan confidence dan cukup memberikan kontribusi terhadap sentimen positif di pasar surat berharga negara akan tetap kita jaga kredibilitasnya pada tahun depan dengan pemahaman bahwa situasi ini memang sangat eksepsional namun kita tetap hati-hati untuk membangun fundamental dan kembali kepada track pertumbuhan ekonomi yang sehat," tandasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda