IHSG Ambruk Bukan Kena Efek Perang Iran-Israel, Analis Ungkap Faktornya

Selasa, 16 April 2024 - 20:37 WIB
Libur panjang bursa selama sepekan juga dinilai membangun kebutuhan investor terhadap likuiditas, sehingga menghadirkan aksi profit taking terhadap aset berisiko seperti saham. Ini pun sebagian besar dikontribusikan oleh investor asing.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada closing-session Selasa (16/4) mencatat nilai transaksi asing (foreign-sell) menembus Rp14,3 triliun, dengan net-foreign sell sebesar Rp2,48 triliun.

Beberapa efek yang dibuang tak jauh-jauh dari konsituen LQ45 antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), hingga PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

“Betul, dapat dikatakan kebutuhan likuiditas bisa jadi, dapat dikatakan untuk mengamankan aset mereka sendiri pun juga bisa,” terang Didit.

Karena kalau kita lihat kan kita juga belum tahu nih, ini Israel kan konfliknya juga sudah cukup lama ya. Dan kita juga tidak mengerti ini selesainya kapan. Bahkan Rusia, Ukraina pun juga kembali memanaskan.

Tak Menutup Mata

Kendati ketegangan timur tengah memanas, investor dinilai masih memberi perhatian terhadap dampak yang akan timbul terhadap market.

Komoditas adalah satu hal yang disorot Didit, yang dikhawatirkan akan membuat harga jual rata-ratanya menjadi lebih mahal. Namun ini tak serta-merta dikhawatirkan akan memberatkan indeks.

“Kalau kita lihat memang masih ada beberapa komoditas yang dilarang dibeli dari Rusia sendiri seperti aluminium, nikel dan sebagainya, terutama oleh Amerika Serikat dan sekutunya,” papar Didit.

Ke Mana Selanjutnya?
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More