Perusahaan China Garap 5 Ladang Minyak dan Gas di Irak
Minggu, 12 Mei 2024 - 16:30 WIB
Sekitar 20 proyek masih terbuka untuk penawaran pada hari Minggu dan Senin.
Falah Al-amri, penasihat perdana menteri Irak untuk masalah minyak dan gas mengatakan, pemerintah berharap proyek-proyek baru akan meningkatkan produksi minyak menjadi 6 juta barel per hari pada tahun 2030 dari sekitar 5 juta saat ini.
Pemerintah juga menginginkan proyek-proyek tersebut menghasilkan gas alam yang cukup sehingga, mengiringi rencana untuk menghilangkan pembakaran gas pada tahun 2030, dan membuat Irak dapat mengakhiri impor.
"Masih terlalu dini untuk berbicara tentang ekspor (gas). Kami ingin mandiri," kata Al-amri kepada Reuters.
Irak, adalah produsen minyak terbesar kedua OPEC setelah Arab Saudi, bahkan sempat menjadi saingan kerajaan Teluk Arab dengan output lebih dari sepersepuluh dari permintaan global.
Tetapi pengembangan sektor minyak telah terhambat oleh persyaratan kontrak yang dipandang tidak menguntungkan oleh banyak perusahaan minyak besar serta konflik berulang dan kelumpuhan politik.
Di sisi lain raksasa minyak Barat seperti Exxon Mobil Corp dan Royal Dutch Shell Plc telah meninggalkan sejumlah proyek di Irak sementara perusahaan-perusahaan China terus memperluas jejak mereka.
Falah Al-amri, penasihat perdana menteri Irak untuk masalah minyak dan gas mengatakan, pemerintah berharap proyek-proyek baru akan meningkatkan produksi minyak menjadi 6 juta barel per hari pada tahun 2030 dari sekitar 5 juta saat ini.
Pemerintah juga menginginkan proyek-proyek tersebut menghasilkan gas alam yang cukup sehingga, mengiringi rencana untuk menghilangkan pembakaran gas pada tahun 2030, dan membuat Irak dapat mengakhiri impor.
"Masih terlalu dini untuk berbicara tentang ekspor (gas). Kami ingin mandiri," kata Al-amri kepada Reuters.
Irak, adalah produsen minyak terbesar kedua OPEC setelah Arab Saudi, bahkan sempat menjadi saingan kerajaan Teluk Arab dengan output lebih dari sepersepuluh dari permintaan global.
Tetapi pengembangan sektor minyak telah terhambat oleh persyaratan kontrak yang dipandang tidak menguntungkan oleh banyak perusahaan minyak besar serta konflik berulang dan kelumpuhan politik.
Di sisi lain raksasa minyak Barat seperti Exxon Mobil Corp dan Royal Dutch Shell Plc telah meninggalkan sejumlah proyek di Irak sementara perusahaan-perusahaan China terus memperluas jejak mereka.
(akr)
tulis komentar anda