Bank Dunia: Kemiskinan di Myanmar Makin Parah, Ekonomi Stagnan
Rabu, 12 Juni 2024 - 14:17 WIB
Junta juga telah kehilangan akses ke beberapa perbatasan darat utama dengan China dan Thailand, yang menyebabkan penurunan tajam dalam perdagangan darat. "Tidak termasuk gas alam, ekspor melalui perbatasan darat menurun hingga 44%," kata Bank Dunia. "Impor melalui perbatasan darat menurun hingga setengahnya, yang mencakup 71 persen dari penurunan impor secara keseluruhan."
Secara keseluruhan, ekspor barang dagangan turun hingga 13% dan impor turun hingga 20% dalam enam bulan hingga Maret 2024, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut Bank Dunia.
Gejolak mata uang yang sedang berlangsung, yang telah coba dikendalikan oleh junta dengan serangkaian penangkapan dalam beberapa minggu terakhir, dan inflasi yang cepat akan memberikan tekanan lebih lanjut pada rumah tangga. Sementara itu, menurut Bank Dunia, industri harus mengatasi kekurangan listrik dan mata uang asing, dengan produksi energi yang diperkirakan akan terus menurun.
"Prospek ekonomi masih sangat lemah, yang berarti hanya ada sedikit kelonggaran bagi rumah tangga Myanmar dalam jangka pendek hingga menengah," ungkap Bank Dunia.
Secara keseluruhan, ekspor barang dagangan turun hingga 13% dan impor turun hingga 20% dalam enam bulan hingga Maret 2024, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut Bank Dunia.
Gejolak mata uang yang sedang berlangsung, yang telah coba dikendalikan oleh junta dengan serangkaian penangkapan dalam beberapa minggu terakhir, dan inflasi yang cepat akan memberikan tekanan lebih lanjut pada rumah tangga. Sementara itu, menurut Bank Dunia, industri harus mengatasi kekurangan listrik dan mata uang asing, dengan produksi energi yang diperkirakan akan terus menurun.
"Prospek ekonomi masih sangat lemah, yang berarti hanya ada sedikit kelonggaran bagi rumah tangga Myanmar dalam jangka pendek hingga menengah," ungkap Bank Dunia.
(fjo)
tulis komentar anda