Dihajar Segudang Bantuan, Tapi UMKM Nasional Belum Berdaya Saing
Jum'at, 21 Agustus 2020 - 16:41 WIB
JAKARTA - Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Untuk itu, pemerintah juga telah menggelontorkan banyak program bantuan bagi pelaku UMKM , baik berupa restrukturisasi kredit maupun bantuan langsung tunai.
"UMKM kita memang mendukung ekonomi, tapi UMKM kita juga tidak berdaya saing. Mereka tidak punya link ke global supply chain," ungkap Ekonom Senior sekaligus Founder CORE Indonesia Hendri Saparini di Jakarta, Jumat (21/8/2020).
(Baca Juga: Cair, Duit Rp2,4 Juta dari Pemerintah Sudah Diterima 1 Juta Pelaku UMKM )
Dia mengatakan, UMKM di Indonesia seakan-akan berada di dunianya sendiri, demikian pula dengan usaha-usaha besar. "Kalau berbicara soal linkage usaha besar dan kecil, di negara lain linkagenya sangat tinggi, tapi di Indonesia hanya 18-19%. Hal ini menandakan, hampir tidak ada hubungan antara usaha besar dan kecil," jelas Hendri.
Menurut dia, hal ini disebabkan karena desain kebijakan dari pemerintah. Ada strategi penguatan UMKM, tapi tidak disertai strategi pengintegrasian UMKM terhadap strategi besar ekonomi nasional.
"Bahan baku yang digunakan baik oleh UMKM maupun usaha besar sama-sama impor karena tidak dibuat linkage besar. Coba kalau kita contoh Jepang, industri otomotifnya memakai ribuan UMKM menjadi supporting industry," tambahnya.
(Baca Juga: Bantuan UMKM Rp2,4 Juta Dibagikan Senin Depan, Jokowi: Nanti Ditransfer )
Sambung dia menerangkan, di Indonesia ada BUMN-BUMN besar yang semestinya bisa menjadi pembela bagi UMKM. "Tapi sekarang TKDN BUMN juga sangat rendah, mereka sangat tergantung supplier-supplier impor. Ini yang juga harus diperhatikan, terlebih UMKM juga diperlukan untuk memperkuat struktur industri," pungkas Hendri.
"UMKM kita memang mendukung ekonomi, tapi UMKM kita juga tidak berdaya saing. Mereka tidak punya link ke global supply chain," ungkap Ekonom Senior sekaligus Founder CORE Indonesia Hendri Saparini di Jakarta, Jumat (21/8/2020).
(Baca Juga: Cair, Duit Rp2,4 Juta dari Pemerintah Sudah Diterima 1 Juta Pelaku UMKM )
Dia mengatakan, UMKM di Indonesia seakan-akan berada di dunianya sendiri, demikian pula dengan usaha-usaha besar. "Kalau berbicara soal linkage usaha besar dan kecil, di negara lain linkagenya sangat tinggi, tapi di Indonesia hanya 18-19%. Hal ini menandakan, hampir tidak ada hubungan antara usaha besar dan kecil," jelas Hendri.
Menurut dia, hal ini disebabkan karena desain kebijakan dari pemerintah. Ada strategi penguatan UMKM, tapi tidak disertai strategi pengintegrasian UMKM terhadap strategi besar ekonomi nasional.
"Bahan baku yang digunakan baik oleh UMKM maupun usaha besar sama-sama impor karena tidak dibuat linkage besar. Coba kalau kita contoh Jepang, industri otomotifnya memakai ribuan UMKM menjadi supporting industry," tambahnya.
(Baca Juga: Bantuan UMKM Rp2,4 Juta Dibagikan Senin Depan, Jokowi: Nanti Ditransfer )
Sambung dia menerangkan, di Indonesia ada BUMN-BUMN besar yang semestinya bisa menjadi pembela bagi UMKM. "Tapi sekarang TKDN BUMN juga sangat rendah, mereka sangat tergantung supplier-supplier impor. Ini yang juga harus diperhatikan, terlebih UMKM juga diperlukan untuk memperkuat struktur industri," pungkas Hendri.
(akr)
tulis komentar anda