BRICS Mulai Retak, India Tolak Yuan China Gantikan Dolar AS
Jum'at, 05 Juli 2024 - 09:26 WIB
JAKARTA - KTT SCO 2024 menunjukkan ketidakpuasan India yang semakin meningkat terhadap China dan kemajuannya dalam mendorong yuan China untuk penyelesaian perdagangan bukannya dolar AS. Dilema pertama muncul ketika Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, memutuskan untuk tidak menghadiri KTT SCO 2024 di Kazakhstan. Menteri Luar Negeri India, S Jaishankar, menghadiri acara tersebut dengan sebuah delegasi.
China memajukan agenda dedolarisasi pada KTT SCO 2024 yang berlangsung selama dua hari. Mitranya, Rusia, juga mendukung sikap China untuk menggunakan mata uang lokal untuk perdagangan dan bukan dolar AS. Rusia ingin pembeli minyak mentahnya membayar dalam mata uang yuan atau rubel Rusia. Kedua negara ini ingin meyakinkan para anggota SCO untuk berdagang dengan mata uang lokal dan mengesampingkan dolar AS.
India tidak senang dengan dorongan ini karena negara ini tidak tertarik untuk menggunakan yuan China untuk pembayaran. Pemerintahan Modi berfokus pada penggunaan dolar AS dan ingin menghindari yuan Cina. India menghemat USD7 miliar dalam nilai tukar dengan membayar yuan China dan rubel Rusia untuk minyak dari Rusia pada 2022. Ketegangan anggota BRICS ini mulai menguat ketika permintaan dari Rusia untuk menyelesaikan setiap pengiriman minyak mentah dalam yuan China tidak berjalan dengan baik dengan India.
Saat itulah India mulai meninggalkan minyak Rusia dan membeli minyak dari AS dengan membayar dalam dolar. Melansir dari laporan Watcher Guru, India khawatir bahwa China menggunakan KTT SCO 2024 hanya untuk memajukan agenda dedolarisasi dan memperkuat ekonominya.
Keengganan ini juga berakar dari sejarah karena India dan China telah berselisih selama lima dekade. Pemerintah Modi akan dipandang lemah oleh warganya jika mereka tunduk pada tuntutan China. Kesimpulannya, satu hal yang jelas pada KTT SCO 2024 adalah bahwa India menginginkan dolar AS dan bukan yuan China untuk perdagangan.
China memajukan agenda dedolarisasi pada KTT SCO 2024 yang berlangsung selama dua hari. Mitranya, Rusia, juga mendukung sikap China untuk menggunakan mata uang lokal untuk perdagangan dan bukan dolar AS. Rusia ingin pembeli minyak mentahnya membayar dalam mata uang yuan atau rubel Rusia. Kedua negara ini ingin meyakinkan para anggota SCO untuk berdagang dengan mata uang lokal dan mengesampingkan dolar AS.
India tidak senang dengan dorongan ini karena negara ini tidak tertarik untuk menggunakan yuan China untuk pembayaran. Pemerintahan Modi berfokus pada penggunaan dolar AS dan ingin menghindari yuan Cina. India menghemat USD7 miliar dalam nilai tukar dengan membayar yuan China dan rubel Rusia untuk minyak dari Rusia pada 2022. Ketegangan anggota BRICS ini mulai menguat ketika permintaan dari Rusia untuk menyelesaikan setiap pengiriman minyak mentah dalam yuan China tidak berjalan dengan baik dengan India.
Saat itulah India mulai meninggalkan minyak Rusia dan membeli minyak dari AS dengan membayar dalam dolar. Melansir dari laporan Watcher Guru, India khawatir bahwa China menggunakan KTT SCO 2024 hanya untuk memajukan agenda dedolarisasi dan memperkuat ekonominya.
Keengganan ini juga berakar dari sejarah karena India dan China telah berselisih selama lima dekade. Pemerintah Modi akan dipandang lemah oleh warganya jika mereka tunduk pada tuntutan China. Kesimpulannya, satu hal yang jelas pada KTT SCO 2024 adalah bahwa India menginginkan dolar AS dan bukan yuan China untuk perdagangan.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda