Dorong Ekonomi Hijau, Barito Renewable Energi Perluas Bisnis EBT

Senin, 08 Juli 2024 - 23:11 WIB
Langkah ini semakin menegaskan keseriusan BREN untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam upayanya menuju transisi energi yang berkelanjutan. Adapun geotermal merupakan salah satu energi paling andal untuk menggantikan batu bara karena merupakan energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Emisi gas rumah kaca dari geotermal sangat rendah sehingga juga diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim.

Dampak lingkungan dari pengembangan geotermal jauh lebih kecil dibandingkan dengan pertambangan batu bara, sehingga menjadikannya pilihan yang lebih bersih dan lebih aman untuk masa depan energi di Indonesia maupun dunia.

Sebelum mendirikan BREN, Barito Pacific sebagai induk usaha telah mengakuisisi mayoritas saham di Star Energy Geothermal pada tahun 2018. Star Energy Geothermal yang memiliki wilayah panas bumi Wayang Windu di Kabupaten Bandung merupakan produsen listrik tenaga panas bumi (PLTP) terbesar di Indonesia yang bekerja sama dengan berbagai mitra strategis, termasuk Pertamina dan PLN.

Pada 2017, Star Energy Geothermal mengakuisisi PLTP Salak dan PLTP Darajat milik Chevron Corporation. Sampai dengan tahun 2023, total kapasitas terpasang di ketiga wilayah panas bumi tersebut mencapai 886 megawatt (MW). Tidak berhenti di situ saja, BREN juga tengah melakukan serangkaian eksplorasi untuk menambah wilayah panas buminya yakni di Gunung Hamiding, Maluku Utara dan Sekincau, Lampung.

Fokus perusahaan pada pengembangan energi terbarukan mendorong BREN melalui anak usahanya PT Barito Wind Energy mengembangkan bisnisnya ke sektor energi angin.

Perusahaan ini telah mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi 100% saham PT UPC Sidrap Bayu Energy, pembangkit listrik tenaga angin pertama dan terbesar di Indonesia dengan kapasitas 75 MW. Langkah ini semakin memperkuat posisi Barito Pacific sebagai pemimpin pasar di sektor energi terbarukan.

Direktur Utama Barito Renewables, Hendra Soetjipto Tan menuturkan, langkah pengembangan portofolio ini menegaskan komitmen perseroan untuk berkontribusi dalam mendukung pencapaian target Pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2060.

Pada tahun 2020, Star Energy Geothermal menerbitkan obligasi hijau atau green bond senilai US$ 1,11 miliar dan mendapat sambutan positif dari investor hingga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) dan dilirik oleh institusi besar.

Obligasi hijau tersebut merupakan obligasi hijau swasta pertama di Indonesia yang mendapatkan status investment grade dari Moody's Investor Service dengan rating Baa3 untuk senior secured bond yang dirilis dua entitas anak Star Energy, yaitu Star Energy Geothermal Drajat II Ltd dan Star Energy Geothermal Salak Ltd.

"Sebagai upaya untuk mewujudkan komitmen, kami menjalankan langkah-langkah strategis, seperti pelaksanaan riset dan pengembangan, pemanfaatan teknologi terkini, pengembangan aset existing, eksplorasi cadangan panas bumi, serta pengembangan portofolio bisnis energi terbarukan. Seluruhnya kami lakukan untuk memastikan keandalan operasi serta tersedianya pasokan dan cadangan energi bersih untuk masyarakat Indonesia," tambah Hendra.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More