China Jadi Pasar Minuman Beralkohol Terbesar di Dunia, Nilainya Tembus Rp3.470 Triliun
Selasa, 23 Juli 2024 - 10:05 WIB
JENEWA - China memimpin penjualan minuman beralkohol secara global pada tahun 2022, seperti diungkapkan oleh studi terbaru dari World Spirits Alliance (WSA). Disebutkan oleh WSA bahwa, industri minuman beralkohol secara keseluruhan menyumbang USD730 miliar terhadap PDB global dan menopang 36 juta pekerjaan di seluruh dunia.
Dalam laporan 'Spirits: Global Economic Impact Study 2024', WSA mengatakan, sektor minuman beralkohol memainkan peran kunci dalam "mendorong pertumbuhan ekonomi, menghasilkan pendapatan pajak yang signifikan, dan menciptakan jutaan pekerjaan di seluruh dunia."
China menduduki peringkat teratas dengan pasar senilai USD215 miliar atau setara Rp3.470 triliun (Kurs Rp16.142 per USD), menurut laporan itu, yang memeringkat negara-negara berdasarkan volume penjualan alkohol. Amerika Serikat (AS) berada di urutan berikutnya dalam daftar dengan lebih dari USD60 miliar.
India dan Rusia berbagi tempat ketiga dalam hal volume penjualan minuman beralkohol dengan masing-masing sekitar USD20 miliar, kata WSA yang berbasis di Jenewa.
Industri ini menghasilkan pendapatan pajak USD390 miliar pada tahun 2022, setara dengan 20 besar ekonomi global. Produsen di sektor ini menghabiskan sekitar USD120 miliar untuk pemasok mereka, sedangkan lebih dari setengahnya langsung digunakan untuk mendukung pertanian.
"Khususnya, lebih dari setengah minuman beralkohol yang dijual secara global sekarang berada pada tingkat premium atau lebih tinggi, bukti bahwa konsumen kami merangkul filosofi 'minum lebih sedikit, tetapi lebih baik'," ungkap CEO Moёt Hennessy dan presiden WSA, Philippe Schaus mencatat.
Sementara CEO WSA, Helen Medina menekankan, dampak ekonomi yang signifikan dari sektor minuman beralkohol di seluruh dunia. Ia menambahkan, bahwa laporan tersebut memberikan "pengingat penting tentang kisah sukses sektor minuman beralkohol global" pada saat meningkatnya ketegangan perdagangan.
Dalam laporan 'Spirits: Global Economic Impact Study 2024', WSA mengatakan, sektor minuman beralkohol memainkan peran kunci dalam "mendorong pertumbuhan ekonomi, menghasilkan pendapatan pajak yang signifikan, dan menciptakan jutaan pekerjaan di seluruh dunia."
China menduduki peringkat teratas dengan pasar senilai USD215 miliar atau setara Rp3.470 triliun (Kurs Rp16.142 per USD), menurut laporan itu, yang memeringkat negara-negara berdasarkan volume penjualan alkohol. Amerika Serikat (AS) berada di urutan berikutnya dalam daftar dengan lebih dari USD60 miliar.
India dan Rusia berbagi tempat ketiga dalam hal volume penjualan minuman beralkohol dengan masing-masing sekitar USD20 miliar, kata WSA yang berbasis di Jenewa.
Industri ini menghasilkan pendapatan pajak USD390 miliar pada tahun 2022, setara dengan 20 besar ekonomi global. Produsen di sektor ini menghabiskan sekitar USD120 miliar untuk pemasok mereka, sedangkan lebih dari setengahnya langsung digunakan untuk mendukung pertanian.
"Khususnya, lebih dari setengah minuman beralkohol yang dijual secara global sekarang berada pada tingkat premium atau lebih tinggi, bukti bahwa konsumen kami merangkul filosofi 'minum lebih sedikit, tetapi lebih baik'," ungkap CEO Moёt Hennessy dan presiden WSA, Philippe Schaus mencatat.
Sementara CEO WSA, Helen Medina menekankan, dampak ekonomi yang signifikan dari sektor minuman beralkohol di seluruh dunia. Ia menambahkan, bahwa laporan tersebut memberikan "pengingat penting tentang kisah sukses sektor minuman beralkohol global" pada saat meningkatnya ketegangan perdagangan.
(akr)
tulis komentar anda