Proyek Abadi Blok Masela Baru Digarap 2,2%, Ini Updatenya
Senin, 24 Agustus 2020 - 21:58 WIB
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ( SKK Migas ) mencatat hingga Juli 2020, proses konstruksi proyek Abadi Blok Masela , di Maluku baru mencapai 2,2%. Keterlambatan tersebut karena adanya Covid-19.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyebut, capaian itu jauh dari yang ditargetkan pihaknya sebelumnya yakni, 10,5% pada Juli tahun ini. Meski begitu, pihaknya berusaha melakukan percepatan dan recovery pada bulan-bulan mendatang.
"Memang terjadi keterlambatan dari target progress-nya mencapai 10,5 persen tapi aktualnya baru 2,2 persen, terlambat sekitar 8,3 persen. Mudah-mudahan ini bisa di-recovery di waktu yang akan datang," ujar Dwi dalam RDP dengan Komisi VII DPR, Jakarta, Senin (24/8/2020).
(Baca Juga: Mau Cabut dari Blok Masela, Shell Harus Nunggu 18 Bulan )
Saat ini, lanjut Dwi, pihak Inpex Corporate selaku kontraktor tengah memasang operator Blok Masela tengah pemasangan alat survei di lapangan, serta melakukan kajian gas turbine driver dan liquefaction licensor yang mencapai 80 persen.
"Inpex juga sudah melakukan penilaian pusat operasi terintegrasi (Integrated Operation Center Assessment) yang telah tuntas 100 persen," ujarnya.
Inpex juga tengah melakukan pengadaan desain teknis akhir Front End Engineering Design (FEED) kilang darat (onshore), fasilitas produksi, penyimpanan dan bongkar muat terapung Floating Production Storage and Offloading (FPSO), pipa gas, dan fasilitas bawah laut atau Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines (SURF).
"Untuk pra-kualifikasi dari calon-calon yang akan mengerjakan empat paket tadi itu selesai. Kemudian, dokumen lelang sedang disiapkan," kata Dwi.
(Baca Juga: Duh! Proyek Blok Masela Molor, Bos SKK Migas Ungkap Alasannya )
Selain itu, pihak operator juga tengah melakukan pengumpulan data Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang sudah mencapai 60% setelah pengajuan kerangka Amdal disetujui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 25 Februari 2020.
Sementara terkait dengan pengerjaan survei geofisika dan geoteknik untuk mendukung FEED fasilitas produksi dan pipa bawah laut telah diserahkan kepada Fugro. "Namun mobilisasi peralatan dan personil tertunda karena wabah virus Covid-19 yang seharusnya di Maret 2020 sudah mulai bergerak," kata dia.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyebut, capaian itu jauh dari yang ditargetkan pihaknya sebelumnya yakni, 10,5% pada Juli tahun ini. Meski begitu, pihaknya berusaha melakukan percepatan dan recovery pada bulan-bulan mendatang.
"Memang terjadi keterlambatan dari target progress-nya mencapai 10,5 persen tapi aktualnya baru 2,2 persen, terlambat sekitar 8,3 persen. Mudah-mudahan ini bisa di-recovery di waktu yang akan datang," ujar Dwi dalam RDP dengan Komisi VII DPR, Jakarta, Senin (24/8/2020).
(Baca Juga: Mau Cabut dari Blok Masela, Shell Harus Nunggu 18 Bulan )
Saat ini, lanjut Dwi, pihak Inpex Corporate selaku kontraktor tengah memasang operator Blok Masela tengah pemasangan alat survei di lapangan, serta melakukan kajian gas turbine driver dan liquefaction licensor yang mencapai 80 persen.
"Inpex juga sudah melakukan penilaian pusat operasi terintegrasi (Integrated Operation Center Assessment) yang telah tuntas 100 persen," ujarnya.
Inpex juga tengah melakukan pengadaan desain teknis akhir Front End Engineering Design (FEED) kilang darat (onshore), fasilitas produksi, penyimpanan dan bongkar muat terapung Floating Production Storage and Offloading (FPSO), pipa gas, dan fasilitas bawah laut atau Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines (SURF).
"Untuk pra-kualifikasi dari calon-calon yang akan mengerjakan empat paket tadi itu selesai. Kemudian, dokumen lelang sedang disiapkan," kata Dwi.
(Baca Juga: Duh! Proyek Blok Masela Molor, Bos SKK Migas Ungkap Alasannya )
Selain itu, pihak operator juga tengah melakukan pengumpulan data Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang sudah mencapai 60% setelah pengajuan kerangka Amdal disetujui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 25 Februari 2020.
Sementara terkait dengan pengerjaan survei geofisika dan geoteknik untuk mendukung FEED fasilitas produksi dan pipa bawah laut telah diserahkan kepada Fugro. "Namun mobilisasi peralatan dan personil tertunda karena wabah virus Covid-19 yang seharusnya di Maret 2020 sudah mulai bergerak," kata dia.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda