Duh! Proyek Blok Masela Molor, Bos SKK Migas Ungkap Alasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Proyek Strategi Nasional (PSN) yakni, Proyek Abadi Blok Masela di Laut Arafuru, Maluku ditargetkan rampung pada 2027. Meski begitu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat ada sejumlah persoalan yang menghambat proses penyelesaian konstruksi proyek.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, merinci sejumlah masalah yang menyebabkan molornya pengembangan proyek Abadi Blok Masela itu. Dia bilang, ada tiga permasalahan besar yang menghambat.Pertama, Health Safety and Environment (HSE) yang terganggu ditengah pandemi Covid-19.
Hal ini berakibat pada Inpex Corporation selaku kontraktor terpaksa melakukan penundaan atas beberapa kegiatan. Penundaan itu, di antaranya kegiatan survei analisis dampak lingkungan (Amdal) di musim hujan serta terhambatnya mobilisasi personil dan peralatan untuk survei geofisika dan geoteknik darat dan lepas pantai (Survei G&C).
"Sehubungan protokol kesehatan bahwa adanya aturan terkait pembatasan kerja juga WNA ataupun orang dari kota lain harus dikarantina selama 14 hari. Sehingga proses pengerjaan Amdal menjadi terhambat," ujar dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Jakarta, Senin (24/8/2020).
Kedua, isu keuangan dan perekonomian global. Di mana, saat ini tren penurunan permintaan gas secara global terus berlanjut. Kemudian diperparah dengan terpangkasnya harga berbagai gas. "Sementara asumsi ekonomi yang digunakan dalam revisi PoD-1 adalah minyak 65/bbl per dolar Amerika Serikat, LNG per dolar AS 7,47/mmbtu, dan Gas Pipa per dolar AS 6/mmbtu," kata dia
Ketiga, isu kemitraan di mana hengkangnya Shell Upstream Overseas Ltd dari proyek tersebut. Shell telah melakukan divestasi kepemilikan PI di WK Abadi Masela. Lalu, Shell telah mengajukan izin pembukaan data yang disetujui Ditjen Migas. Bahkan, telah persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Adapun solusi yang diusulkan SKK Migas dan Inpex Corporation terkait persoalan HSE akibat damlak Corona adalah dengan mempercepat proses penyusunan Amdal melalui pengolahan data non seasonal. "Kami akan mengusulkan kepada KLHK, agar proses dilakukan secara remote (melalui video call). Sedangkan terkait pengolahan data seasonal, diusulkan menggunakan data sekunder paparnya," katanya.
Sementara untuk menjawab isu keuangan dan perekonomian global, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sedang melakukan evaluasi ulang untuk disampaikan ke SKK Migas. Untuk mengatasi isu kemitraan, Shell akan menyelesaikan proses divestasi dengan target 18 bulan. Begitupun Inpex selaku operator tetap berkomitmen dalam pengembangan lapangan abadi Masela
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, merinci sejumlah masalah yang menyebabkan molornya pengembangan proyek Abadi Blok Masela itu. Dia bilang, ada tiga permasalahan besar yang menghambat.Pertama, Health Safety and Environment (HSE) yang terganggu ditengah pandemi Covid-19.
Hal ini berakibat pada Inpex Corporation selaku kontraktor terpaksa melakukan penundaan atas beberapa kegiatan. Penundaan itu, di antaranya kegiatan survei analisis dampak lingkungan (Amdal) di musim hujan serta terhambatnya mobilisasi personil dan peralatan untuk survei geofisika dan geoteknik darat dan lepas pantai (Survei G&C).
"Sehubungan protokol kesehatan bahwa adanya aturan terkait pembatasan kerja juga WNA ataupun orang dari kota lain harus dikarantina selama 14 hari. Sehingga proses pengerjaan Amdal menjadi terhambat," ujar dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Jakarta, Senin (24/8/2020).
Kedua, isu keuangan dan perekonomian global. Di mana, saat ini tren penurunan permintaan gas secara global terus berlanjut. Kemudian diperparah dengan terpangkasnya harga berbagai gas. "Sementara asumsi ekonomi yang digunakan dalam revisi PoD-1 adalah minyak 65/bbl per dolar Amerika Serikat, LNG per dolar AS 7,47/mmbtu, dan Gas Pipa per dolar AS 6/mmbtu," kata dia
Ketiga, isu kemitraan di mana hengkangnya Shell Upstream Overseas Ltd dari proyek tersebut. Shell telah melakukan divestasi kepemilikan PI di WK Abadi Masela. Lalu, Shell telah mengajukan izin pembukaan data yang disetujui Ditjen Migas. Bahkan, telah persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Adapun solusi yang diusulkan SKK Migas dan Inpex Corporation terkait persoalan HSE akibat damlak Corona adalah dengan mempercepat proses penyusunan Amdal melalui pengolahan data non seasonal. "Kami akan mengusulkan kepada KLHK, agar proses dilakukan secara remote (melalui video call). Sedangkan terkait pengolahan data seasonal, diusulkan menggunakan data sekunder paparnya," katanya.
Sementara untuk menjawab isu keuangan dan perekonomian global, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sedang melakukan evaluasi ulang untuk disampaikan ke SKK Migas. Untuk mengatasi isu kemitraan, Shell akan menyelesaikan proses divestasi dengan target 18 bulan. Begitupun Inpex selaku operator tetap berkomitmen dalam pengembangan lapangan abadi Masela
(nng)